Ancaman Nyata Overfishing yang Bisa Merusak Ekosistem Laut

Overfishing yang mengancam populasi ikan. Sumber: freepik
  • Overfishing merupakan kegiatan penangkapan ikan secara berlebihan tanpa memperhatikan kemampuan ikan untuk bereproduksi, sehingga menyebabkan penurunan populasi secara drastis.
  • Tingginya permintaan akan hasil laut merupakan salah satu penyebab terjadinya overfishing yang berdampak pada kesehatan lingkungan, ekosistem laut, serta kestabilan ekonomi masyarakat pesisir.
  • Memburuknya ekosistem laut membuat banyak pihak mulai berupaya untuk mengendalikan angka penangkapan ikan laut agar populasinya tetap terjaga.

Di balik kelezatan dan kekayaan nutrisi yang terkandung dalam makanan laut, tersembunyi ancaman serius terhadap ekosistem laut, yakni penangkapan ikan secara berlebihan atau overfishing.

Menurut laman marinebiodiversity.ca, overfishing atau penangkapan ikan secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan populasi ikan karena jumlah ikan yang ditangkap melampaui kemampuan mereka untuk bereproduksi secara alami.

Praktik ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti tingginya permintaan pasar terhadap produk laut, lemahnya regulasi dan pengawasan pemerintah, serta maraknya aktivitas penangkapan ikan ilegal.

Jika terus dibiarkan, overfishing akan mengganggu keseimbangan ekosistem laut. Hilangnya atau menurunnya populasi satu spesies ikan dapat mengacaukan rantai makanan dan menyebabkan perubahan drastis pada komposisi biota laut secara keseluruhan.

Tak hanya itu, penangkapan ikan secara masif juga menyebabkan banyak hewan laut lain tertangkap secara tidak sengaja seperti lumba-lumba, penyu laut, ikan badut, ubur-ubur, hingga hiu yang dikenal sebagai bycatch.

Lebih parah lagi, tak jarang ditemukan hewan laut yang tubuhnya terlilit sisa-sisa jaring atau alat tangkap lainnya yang ditinggalkan nelayan. Kondisi ini sangat membahayakan keberlangsungan hidup berbagai spesies laut dan mengancam masa depan ekosistem yang sehat.

Baca Juga



Seberapa Parah Dampak yang Diakibatkan oleh Overfishing?

Penangkapan ikan secara masif dapat merusak kehidupan di laut. Sumber: pixabay

Dampak dari penangkapan ikan secara berlebihan selama beberapa dekade ini terbilang cukup mengkhawatirkan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sekitar 37% stok ikan global dipancing secara berlebihan.

Overfishing juga menjadi penyebab utama hilangnya berbagai macam spesies laut. Dilansir dari laman forestdigest.com, berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), overfishing merupakan ancaman terbesar bagi ribuan spesies hiu, ikan pari, dan juga chimaera (hiu hantu).

Hal ini disebabkan tingginya permintaan terhadap sirip hiu sebagai komoditas utama, terutama di negara-negara Asia seperti Indonesia yang termasuk salah satu negara dengan jumlah penangkapan hiu terbesar di dunia.

Selain itu, beberapa spesies ikonik seperti tuna sirip biru juga mengalami penurunan populasi akibat praktik overfishing. Bahkan pada tahun 1996, spesies ini sempat terancam punah karena populasinya menurun hingga 85% akibat penangkapan secara massal.

Ikan kod juga mengalami penurunan populasi yang signifikan akibat overfishing. Contohnya terjadi di kawasan perikanan Grand Banks, yang pada tahun 1992 terpaksa ditutup karena jumlah ikan kod menurun drastis.

Overfishing tidak hanya mengancam keberadaan spesies laut, tetapi juga mengguncang stabilitas ekonomi masyarakat pesisir. Mereka yang menggantungkan hidup pada hasil laut sebagai mata pencaharian utama, kini menghadapi penurunan pendapatan akibat berkurangnya hasil tangkapan harian.

Akibat tekanan ekonomi, sebagian nelayan kecil pun beralih ke metode penangkapan yang lebih agresif demi mendapatkan ikan sebanyak mungkin. Sayangnya, beberapa metode tersebut justru memperburuk kondisi ekosistem laut.

Ketika berbagai upaya penangkapan tak lagi membuahkan hasil yang memadai, banyak nelayan kecil akhirnya kehilangan mata pencahariannya. Mereka pun berpindah ke kota untuk mencari pekerjaan baru, yang pada akhirnya memperburuk laju urbanisasi.

Apa Saja Upaya yang Telah Dilakukan untuk Mengurangi Overfishing?

Laut merupakan rumah bagi seluruh biota laut. Sumber: freepik

Segala macam dampak yang diakibatkan oleh penangkapan ikan secara berlebihan membuat berbagai pihak mulai membuka mata, dan menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung perikanan berkelanjutan. 

Banyak negara di seluruh dunia telah menerapkan kebijakan pembatasan kuota penangkapan ikan. Seperti di Amerika Serikat, terdapat regulasi yang mengatur ukuran dan jumlah ikan yang boleh ditangkap. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga populasi ikan tetap stabil agar dapat berkembang biak, dan mendukung keberlanjutan ekosistem laut.

Di Indonesia sendiri terdapat kebijakan serupa yang bernama program Penangkapan Ikan Terukur (PIT). Program ini telah diterapkan secara bertahap sejak 1 Januari 2025 kemarin yang mengatur kuota dan zona penangkapan ikan. 

Harapannya kebijakan ini dapat meningkatkan perekonomian para nelayan lokal, serta merupakan bentuk kontribusi pemerintah Indonesia untuk melestarikan sumber daya ikan laut, dan menyokong ekonomi biru.

Namun, penerapan PIT masih sering mengalami kendala yang diakibatkan oleh beberapa hal, mulai dari masyarakat yang belum sepenuhnya memahami peraturan penangkapan ikan terukur, kurangnya sosialisasi, ketidakjelasan parameter untuk nelayan kecil, hingga minimnya pengawasan pergerakan nelayan. 

Melansir dari laman mongabay.co.id, perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal juga menyebutkan bahwa konsep ekonomi biru di Indonesia masih tergolong baru, sehingga penerapannya akan banyak mengalami kendala dan tantangan.

Oleh karena itu, sejak tahun 2024 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) gencar melakukan sosialisasi massal di berbagai tempat agar masyarakat dapat semakin paham mengenai kebijakan Penangkapan Ikan Terukur.

Baca Juga



Bagaimana Cara untuk Mengurangi Overfishing?

Terumbu karang menjadi habitat bagi berbagai spesies ikan dan mikoorganisme. Sumber: freepik

Overfishing dapat dikurangi apabila para nelayan tetap memperhatikan pola perkembangbiakan hewan laut yang ditangkap. Selain itu, pengawasan dan regulasi terkait kuota hasil laut juga sangat membantu melestarikan ekosistem laut.

Para nelayan juga bisa mengurangi overfishing dengan tetap menggunakan alat-alat pancing konvensional, seperti joran pancing, jala, dan lain sebagainya.

Hal tersebut dikarenakan, jumlah ikan yang ditangkap dengan menggunakan alat-alat konvensional tidak akan mengurangi jumlah populasi ikan secara signifikan. Berbeda dengan penggunaan pukat harimau yang sekali digunakan bisa mengangkat ratusan hingga ribuan ekor ikan sekaligus.

Selain itu, alat tangkap tradisional seperti joran, kail, tombak, dan jala tidak merusak ekosistem laut karena ikan ditangkap satu per satu. Risiko terjadinya bycatch pun sangat minim. Jika nelayan secara tidak sengaja menangkap jenis ikan yang tidak diinginkan, ikan tersebut masih bisa dilepas kembali ke laut dalam kondisi hidup.

Memang benar, alat tangkap konvensional tidak mampu menangkap ikan dalam jumlah besar seperti pukat harimau, terutama untuk memenuhi tingginya permintaan pasar akan hasil laut. Namun, kita tetap bisa membantu menekan angka permintaan dengan mengurangi konsumsi makanan laut secara bertahap.

Terutama untuk jenis-jenis ikan yang populasinya terancam akibat overfishing, seperti tuna, hiu, kod, belida, dan lainnya. Sebagai konsumen, kita sebaiknya tidak ragu untuk bertanya dan mencari tahu asal-usul ikan yang disajikan di atas piring kita.

Dengan begitu kita akan memahami dibalik kelezatan hidangan laut yang kita makan, ada kelestarian lingkungan laut yang selalu menjadi korban akibat praktik overfishing.

#ZonaEBT #SebarTerbarukan #EBTHeroes

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi

  • Harpowo, H., & Tain, A. (2011). Fenomena kemiskinan nelayan sebagai dampak overfishing di Pantai Utara Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 14(2), 13–23.
  • https://unity.edu/careers/how-to-stop-overfishing/
  • https://education.nationalgeographic.org/resource/sustainable-fishing/
  • https://ombudsman.go.id/news/r/aturan-penangkapan-ikan-terukur-bikin-bingung-para-juragan-kapal-dan-nelayan
  • https://peraturan.bpk.go.id/Details/244907/pp-no-11-tahun-2023
  • https://jdih.maritim.go.id/en/penangkapan-ikan-terukur
  • https://mongabay.co.id/2024/12/26/penangkapan-ikan-terukur-jadi-fokus-utama-ekonomi-biru-indonesia-di-2025/#:~:text=Penerapan%20PIT,menjaga%20kesehatan%20ekologi%20di%20laut.
  • https://mongabay.co.id/2023/12/26/catatan-akhir-tahun-mengukur-kesiapan-kebijakan-penangkapan-ikan-terukur/#:~:text=Jumlah%20tangkapan%20yang%20diperbolehkan%20(JTB,Laut%20Flores%2C%20dan%20Laut%20Bali)
  • https://www.marinebiodiversity.ca/the-devastating-domino-effect-how-overfishing-is-destroying-our-oceans/
  • https://ombudsman.go.id/artikel/r/ombudsman-ri–penerapan-program-penangkapan-ikan-terukur-sebaiknya-bertahap
  • https://www.forestdigest.com/detail/2679/populasi-tuna-sirip-biru-ancaman-perubahan-iklim
  • https://www.forestdigest.com/detail/2687/overfishing-ancaman-hiu-dan-pari