
- Tata kelola perkotaan yang ideal dalam menghadapi cuaca ekstrim
- Perubahan iklim dan dampaknya terhadap urbanisasi
- Adaptasi perubahan iklim pada perkotaan
Perubahan iklim dan urbanisasi adalah fenomena yang saling berhubungan dan memiliki implikasi mendalam bagi masa depan. Ketika populasi global terus bertambah dan lebih banyak orang bermigrasi ke kota, tantangan lingkungan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim menjadi semakin nyata. Meskipun perubahan iklim mungkin bukan satu-satunya alasan penduduk bermigrasi ke kota, hal itu juga dapat bertindak sebagai pendorong yang signifikan dalam keadaan tertentu, misalnya gangguan lingkungan seperti kekeringan, banjir, angin topan, dan kenaikan permukaan laut yang secara langsung memiliki dampak pada daerah pedesaan, menjadikannya tidak dapat dihuni atau tidak cocok untuk pertanian maupun sumber mata pencaharian. Menanggapi hal itu, penduduk desa terpaksa bermigrasi ke kota untuk mencari kondisi hidup yang lebih aman dan peluang ekonomi.
Peningkatan Urbanisasi Terus-Menerus di Indonesia

Pada 2019, populasi Indonesia yang tinggal di perkotaan meningkat hingga 55,99 persen. Populasi terbanyak berada di kota Jakarta yang mencapai 273 juta penduduk. Tiga kota lainnya seperti Surabaya, Bandung, dan Bekasi juga mulai dipadati. Pertumbuhan urbanisasi di Indonesia paling besar terjadi di pulau Jawa dan utamanya berfokus pada kota-kota, salah satunya ialah DKI Jakarta, yang mana sekitar 70% terdapat perputaran uang dari seluruh Indonesia. Dinamika urbanisasi berdampak jumlah penduduk yang kian bertambah dan kian padat, hingga akhirnya Jabodetabek menjadi suatu kesatuan dari “metropolitan” menjadi “megapolitan”.
Didukung oleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS), diperkirakan sebanyak 56,7% penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan pada 2020. Persentase tersebut diprediksi terus meningkat menjadi 66,6% pada 2035. Sejalan dengan itu, Bank Dunia juga memperkirakan sebanyak 220 juta penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan pada 2045. Jumlah itu setara dengan 70% dari total populasi di tanah air. Urbanisasi ke kota-kota besar seperti Jakarta ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Kendati, ada dampak buruk yang ditimbulkan urbanisasi, seperti kemacetan, wilayah kumuh, meningkatnya kriminalitas, polusi, dan sebagainya.
Baca Juga
- Bus Listrik Transjakarta: Solusi Ramah Lingkungan untuk Transportasi Publik Jakarta
- Green Jobs: Kepekaan Generasi Muda Terhadap Isu Lingkungan
Bagaimana Cara Menciptakan Lingkungan Perkotaan Layak Huni dan Tangguh terhadap Perubahan Iklim?

Perencanaan kota dan strategi desain memainkan peran penting dalam menciptakan kota berkelanjutan yang memitigasi dampak perubahan iklim dan mendorong efisiensi energi. Merancang kota yang memprioritaskan infrastruktur pejalan kaki dan bersepeda membantu menciptakan pilihan transportasi yang berkelanjutan. Trotoar, pedestrian-friendly streets, dan jalur khusus sepeda dapat mendorong masyarakat untuk memilih transportasi umum dalam bepergian untuk perjalanan yang lebih singkat. Dalam hal ini, kota dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan juga meningkatkan kesehatan masyarakat dalam menciptakan lingkungan layak huni. Tak hanya itu, infrastruktur hijau seperti atap hijau, taman kota, penanaman pohon, dan integrasi elemen alam untuk mengelola air hujan, mengurangi efek pulau panas, dan meningkatkan keanekaragaman hayati juga berkontribusi dalam peran mitigasi dampak perubahan iklim di perkotaan.
Dalam pembangunan perkotaan berkelanjutan, bangunan, teknologi, dan integrasi sumber energi terbarukan seperti panel surya dan sistem panas bumi dalam struktur perkotaan memainkan peran penting dengan mengurangi konsumsi energi, menurunkan emisi gas rumah kaca, dan mempromosikan lingkungan dalam ruangan yang lebih sehat dan nyaman.
Contohnya bangunan yang menerapkan teknologi hemat energi, meliputi strategi pencahayaan alami dan kontrol pencahayaan yang efisien dalam meminimalkan penggunaan listrik untuk pencahayaan dan sistem pemanas, ventilasi, dan penyejuk udara (HVAC) dengan efisiensi tinggi, seperti sistem aliran pendingin variabel (VRF), pompa panas, dan ventilasi yang dikendalikan permintaan, mengoptimalkan kontrol suhu dan mengurangi pemborosan energi.
Bangunan hemat energi tidak hanya berkontribusi pada pengurangan konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca tetapi juga menawarkan manfaat seperti peningkatan kualitas udara dalam ruangan, peningkatan kenyamanan penghuni, dan potensi penghematan biaya melalui tagihan energi yang lebih rendah.
Baca Juga
Adaptasi Perubahan Iklim di Daerah Perkotaan

Strategi adaptasi perubahan iklim di daerah perkotaan sangat penting untuk meningkatkan ketahanan dan meminimalkan dampak peristiwa cuaca ekstrem, salah satu contohnya seperti infrastruktur tahan banjir (konstruksi bangunan tahan banjir, jalan layang, dan sistem drainase yang tangguh) pada daerah perkotaan dimana kejadian curah hujan ekstrem menjadi lebih sering dan intens karena perubahan iklim. Dengan menerapkan langkah-langkah adaptasi perubahan iklim di daerah perkotaan, diharapkan adanya peningkatan ketahanan, perlindungan kehidupan dan infrastruktur, serta pengurangan biaya sosial dan ekonomi terkait dengan peristiwa cuaca ekstrem.
Memahami keterkaitan antara urbanisasi dan perubahan iklim sangatlah penting dalam mengembangkan strategi dan kebijakan yang efektif untuk memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim di daerah perkotaan. Dengan mengadopsi praktik pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, mempromosikan efisiensi energi, memanfaatkan sumber energi terbarukan, meningkatkan sistem pengelolaan limbah, dan mengintegrasikan tindakan ketahanan iklim, kota dapat berkontribusi secara signifikan terhadap upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes
Editor: Annisa Nur Fissilmi Kaffah
Referensi:
[1] Urbanisasi Indonesia 10 Tahun Terakhir
[2] Sebanyak 56,7% Penduduk Indonesia Tinggal di Perkotaan pada 2020