5 Tips Menarik Untuk Mengajarkan Anak Peduli Sampah dari Kecil

Illustrasi karakter Don di film animasi Jumbo bersiap untuk menjadi pahlawan sampah untuk lingkungan. Sumber: Illustrasi oleh Frendy Marselino.
  • Mengajarkan peduli sampah sejak dini bisa membentuk empati dan kebiasaan positif jangka panjang. Pendekatan kreatif adalah salah satu cara belajar yang dapat dilakukan orang tua kepada anak.
  • Mulai berkebun dan membuat karya seni bersama anak, melatih sensorik dan koneksi anak dengan lingkungan.
  • Melihat permasalahan dengan langsung dan turut aktif di komunitas lingkungan bisa membantu anak berteman dan mengetahui permasalahan nyata. Seperti komunitas Peri Bumi, Komunitas Indonesia Hijau, dan Sanggar BGBJ (Biji-biji Bantar Gebang).
  • Selain bergabung dengan komunitas, cara lain yang bisa dilakukan orang tua adalah memberikan edukasi lewat cerita atau film. Dapat dalam bentuk buku cerita anak seperti buku Luftan dan Monster dan film Wall-E yang memperingati bahaya sampah manusia jika tidak dikelola dengan baik.

Sekolah formal tentu menjadi salah satu cara untuk mengenalkan lingkungan yang baik kepada anak. Akan tetapi, untuk membentuk kebiasaan yang baik, pendidikan formal saja tidaklah cukup.

Pendidikan di rumah membantu anak mengenal lingkungan, alam, dan kebiasaan mengelola sampah secara alami. Semakin dini anak diajarkan menjaga alam, seperti mendaur ulang dan memilah sampah, semakin terbiasa anak mengadopsi kebiasaan tersebut.

Pendidikan tentang lingkungan merupakan investasi jangka panjang bagi orang tua. Efeknya mungkin tidak terasa dalam waktu dekat, tetapi akan dirasakan di masa depan. Selain itu, perilaku ini juga dapat meningkatkan empati anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Baca Juga



Meski begitu, mengajarkan bukanlah hal yang mudah. Proses belajar anak pun berbeda-beda. Maka dari itu, orang tua dan orang dewasa perlu menggunakan cara kreatif untuk mengenalkan pengelolaan sampah dan alam kepada anak-anak secara menarik.

Berikut ini, EBT Heroes akan memberikan tips menarik dari berbagai sumber untuk mengajarkan anak tentang kepedulian terhadap sampah sejak dini!

1. Ajak Berkebun dan Membersihkan

Proses anak mengenal alam adalah dengan mengajak berkebun bersama. Sumber: StockCake.com

Berkebun merupakan aktivitas yang sangat bermanfaat bagi anak, terutama dalam hal sensorik. Menurut Zero Waste Indonesia, ketika anak dilibatkan dengan alam, secara naluriah mereka akan melakukan eksplorasi sendiri, seperti menyentuh rumput, pasir, dan menemukan binatang di alam bebas.

Di masa sekarang, berkebun tidak memerlukan lahan yang luas; daerah perkotaan pun bisa melakukan hal tersebut, terutama dengan membuat kebun mini di rumah. Berikan ruang kepada anak untuk ikut menanam, mengenal hewan, dan membersihkan kebun.

Di sisi lain, orang tua bisa mengenalkan kepada anak manfaat dari tumbuhan yang ditanam, peran hewan di tanaman tersebut, hingga bagaimana sampah bisa menjadi pupuk untuk menyuburkan tanah kembali.

2. Membuat Karya Seni Dari Sampah

Mengajarkan anak anak dengan membuat karya seni seperti membuat bunga dari sampah plastik. Sumber: Pxhere.com

Tips lain untuk mengolah sampah adalah dengan membuat karya seni dari sampah itu sendiri, baik anorganik maupun organik. Karya seni dari sampah anorganik bisa menggunakan limbah plastik ataupun barang lain yang tidak dipakai lagi.

Menurut Waste4Change, membuat prakarya dari sampah adalah cara untuk menunjukkan kepada anak bahwa barang atau kemasan yang sudah tidak terpakai tidak harus berakhir menjadi sampah. Contohnya, membuat botol plastik atau gelas menjadi tempat alat tulis atau pot tanaman. Kain bekas bisa diubah menjadi taplak meja, dan lainnya. Selain itu, membuat pewarna organik dari tumbuhan sekitar juga bisa menjadi pilihan.

Selain itu, menghias kebun dengan membuat karya seni berwarna juga merupakan cara agar menarik minat anak untuk terikat dengan alam. Menurut The Journal of Genetic Psychology, anak-anak memiliki reaksi positif terhadap warna-warna cerah (misalnya merah muda, biru, merah) dan reaksi negatif terhadap warna-warna gelap (misalnya cokelat, hitam, abu-abu).

Hal ini bisa diterapkan bagi anak untuk membebaskan mereka memilih warna dalam menghiasi kebun dan tanaman mereka.

3. Gabung Komunitas atau Sekolah Lingkungan

Kegiatan mingguan komunitas sekolah di TPA Bantar Gebang atau yang disebut Biji-biji Bantar Gebang (BGBJ) yang membuat pendidikan pada anak di sekitaran TPA. Sumber: Laman BGBJ

Bila orang tua masih bingung menentukan strategi edukasi lingkungan bagi anak, bergabung dengan komunitas atau terlibat dalam sekolah alam bisa menjadi salah satu solusinya. Tidak hanya untuk anak, ini juga bisa menjadi ruang kesadaran bagi orang tua.

Salah satunya adalah komunitas Peri Bumi, yang merupakan gerakan untuk menumbuhkan koneksi dengan alam bagi perempuan dan anak-anak serta menyadari pentingnya hidup berkelanjutan. Selain itu, terdapat Komunitas Indonesia Hijau (KIH) yang memberikan program-program menarik bagi anak-anak, seperti Bermain di Alam Bebas (BAB), Keterampilan Alam Bebas (Trabas), dan Peka Alam (Pendidikan Konservasi Alam).

Orang tua dan anak juga dapat mengunjungi tempat-tempat di mana anak bisa melihat realita di lapangan, seperti Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi, yang merupakan timbunan sampah terbesar di Indonesia.

Di TPA Bantar Gebang terdapat Komunitas Sanggar BGBJ (Biji-biji Bantar Gebang), tempat bagi anak-anak belajar tentang bahaya sampah, pengelolaan sampah, hingga pendidikan formal bagi anak-anak di sekitar TPA. Tentunya ini dapat membantu anak melihat kenyataan jika sampah tidak dikelola dengan baik dan mengembangkan kesadaran lingkungan mereka.

4. Bercerita Lewat Buku

Mengenalkan pengetahuan tentang lingkungan melalui buku cerita, salah satunya adalah komik Luftan dan Monster. Sumber: Digitalmama.id

Kebanyakan anak-anak menyukai cerita dari orang tua mereka, baik fiksi maupun nonfiksi. Alih-alih langsung memberi tahu anak tentang fakta dan data, mengemasnya dalam bentuk cerita yang menarik akan lebih efektif. Cerita ini bisa dibuat sendiri atau melalui buku cerita anak dengan visual yang menarik.

Dikutip dari Waste4change, contoh cerita singkat untuk mengajarkan anak tentang mengompos adalah dengan menceritakan bahwa sisa-sisa makanan yang mereka makan akan menjadi sumber makanan bagi cacing dan makhluk hidup lain yang tinggal di bawah tanah. Dengan cara ini, anak menjadi tertarik dan mendapatkan pengetahuan baru tanpa proses yang rumit.

Selain itu, cerita dari buku bisa membantu anak mengembangkan imajinasi, seperti buku berjudul Luftan dan Monster dari penerbit Nourabooks. Buku ini diangkat dari kisah nyata seorang anak bernama Luftan, yang memulai perjuangannya untuk lingkungan.

Cerita dalam buku ini tentang seorang anak bernama Luftan yang melihat orang membuang sampah sembarangan di desa neneknya. Sampah yang menumpuk akhirnya berubah menjadi monster raksasa, dan Luftan memulai petualangan untuk mengalahkan monster tersebut.

Buku ini juga bisa diakses secara bebas di internet, atau bisa diakses melalui laman ini.

5. Menonton Film

Wall-E salah satu fim animasi yang mengangkat tema tentang masa depan manusia yang penuh sampah dan Wall-E adalah robot yang telah dibuang oleh manusia. Sumber: Searialcleaners.com

Siapa yang tidak suka menonton film? Tentu semua orang menyukainya, terutama film animasi. Film kini mudah diakses oleh semua orang, baik melalui ponsel, laptop, maupun bioskop.

Mengenalkan lingkungan atau bahaya sampah juga sangat memungkinkan melalui film. Salah satu rekomendasi adalah film Wall-E dari Pixar. Film ini mengangkat isu sampah dengan cara yang menarik.

Wall-E bercerita tentang Bumi yang tidak lagi layak huni karena tren konsumsi berlebihan manusia, pengelolaan sampah yang buruk, serta kerusakan lingkungan. Film ini juga menunjukkan manusia yang memilih meninggalkan Bumi daripada memperbaikinya.

Wall-E adalah sebuah robot yang ditinggalkan di Bumi untuk membersihkannya dari sampah, dan menjadi satu-satunya robot yang masih berfungsi setelah ratusan tahun.

Baca Juga



Hidup Wall-E yang sehari-hari berputar pada kegiatan mengumpulkan sampah berubah ketika ia bertemu dengan EVE, sebuah robot yang dikirim ke Bumi untuk memeriksa apakah ada peluang bagi Bumi untuk kembali dihuni. Dari sinilah petualangan Wall-E berlanjut.

Film ini sangat cocok ditonton bersama keluarga dan dapat membuka ruang diskusi bagi anak-anak mengenai permasalahan nyata akibat sampah manusia.

Melalui aktivitas sehari-hari, cerita, hingga karya seni, orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan nilai cinta alam sejak dini. Mari mulai dari rumah, dari hal-hal kecil, untuk berubah menjadi lebih baik demi masa depan Bumi yang lebih bersih dan lestari bagi anak-anak serta generasi mendatang.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes #KurangiPlastik #MengolahSampah

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi:

[1] Rekomendasi Buku Anak, Ajak Pilah Sampah Sejak Dini

[2] 5 Tips Berguna dalam Mengajarkan Anak soal Pengelolaan Sampah

[3] Tips Membiasakan Anak Kelola Sampah Sejak Dini

[4] 5 Film Tentang Sampah yang Wajib Kamu Tonton

[5] Kisah ‘Putri Sampah’ yang membina anak-anak di Bantar Gebang