- Komitmen untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 serius diwujudkan oleh Pemerintah.
- Strategi yang dilakukan yaitu pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), salah satunya energi nuklir.
- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) terus melakukan pengembangan teknologi nuklir untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia yang sekarang masih dalam tahap pengkajian.
PLTN saat ini merupakan salah satu sumber energi yang menjadi andalan dan telah banyak dimanfaatkan di negara-negara maju, serta telah terbukti dapat menghasilkan energi listrik dengan lebih efisien dengan emisi yang lebih sedikit dibandingkan dengan sumber energi fosil.
Energi nuklir menjadi pilihan alternatif dalam menghasilkan energi listrik dengan zero emission. Pembangunan PLTN memang membutuhkan biaya yang besar diawal, dan penanganan hasil limbahnya cukup lama. Namun, kelebihannya jauh lebih banyak, seperti lamanya waktu operasi, emisi karbon rendah dan penggunaan area lahan yang lebih sedikit.
Baca juga:
- Korelasi Kualitas Lingkungan dengan Konsumsi Energi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
- Target Baru Pertamina NRE Untuk Mewujudkan Transisi Energi. Apa itu?
Kelebihan PLTN yang pertama ialah masa waktu operasinya lama, lebih dari 80 tahun. Selain itu, emisi karbonnya sangat rendah, most reliable energy source, penggunaan lahan yang sedikit, dan relative affordable.
Kesiapan Indonesia sendiri untuk memiliki PLTN sudah pernah dievaluasi secara langsung pada misi Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) ke Indonesia pada tahun 2009 untuk infrastruktur tahap pertama, yaitu sebelum pemerintah menyampaikan ingin membangun PLTN, hasil evaluasi IAEA menunjukkan hampir sebagian sudah terjawab oleh Indonesia.
Untuk kesediaan Sumber Daya Manusia, Indonesia sendiri telah menyiapkan SDM-nya sejak tahun 1990-an. SDM untuk tenaga kerja paling banyak dibutuhkan ketika proses pembangunan PLTN, yakni ketika pengoperasian SDM yang dibutuhkan hanya ratusan saja.
Keberhasilan mengoperasikan tiga reaktor riset di Serpong, Bandung, dan Yogyakarta bisa menjadi modal pengalaman untuk mengoperasikan PLTN, walaupun reaktor riset tidak menghasilkan listrik seperti PLTN.
Dari segi SDM dan Infrastruktur, Indonesia sudah siap dalam program pembangunan PLTN. Namun, tantangan utama ada pada sosial-politik karena nuklir memiliki tantangan bukan pada teknologi, SDM, infrastruktur, tetapi lebih kepada masalah sosial-politik.
Pada era transisi energi, perlu menyiapkan Indonesia net zero carbon untuk tahun 2060, tentunya nuklir yang mengimisikan saat operasi itu nol atau zero carbon dapat dijadikan pertimbangan.
Energi nuklir merupakan energi yang terbarukan dan memiliki masa penggunaan yang lebih lama dibandingkan dengan energi bahan baku fosil, energi nuklir tidak berbasis sumber daya alam, tetapi berbasis teknologi dan kemampuan umat manusianya.
Baca juga:
- BUMN Bangun Green Industry Cluster
- Harga Baterai Akan Turun, Masyarakat Siap Genjot Penggunaan Panel Surya
Nuklir tidak tergantung pada sumber daya alam, tetapi tergantung pada teknologi seberapa jauh manusia mampu memikirkan untuk menciptakan teknologi nuklir. Hal ini disebabkan bahan bakunya ada di bumi, matahari, dan di tata surya.
Indonesia sudah sangat membutuhkan energi baru dan terbarukan, salah satunya adalah PLTN untuk bisa mendapatkan energi listrik yang murah bagi masyarakat dan juga terjamin ramah lingkungan. Memang ada kendala dalam mendirikan PLTN di Indonesia yang jelas ada pada sosio politik karena sebagian pemangku kepentingan merupakan pebisnis dibidang SDA lain. PLTN Generasi IV cocok untuk dibangun di Indonesia. Jika kita terus takut akan terjadinya kecelakaan PLTN, maka tak akan pernah terwujud adanya PLTN di Indonesia.
zonaebt.com
Renewable Content Provider
#zonaebt #sebarterbarukan #pltn #nuklir #BRIN #SDA
Editor: Riana Nurhasanah
Referensi:
https://www.brin.go.id/teknologi-nuklir-solusi-penghasil-energi-listrik-beremisi-rendah/