- Perubahan iklim memicu curah hujan ekstrem, meningkatkan risiko banjir di perkotaan akibat urbanisasi dan berkurangnya area resapan air.
- Kota spons adalah konsep yang meniru prinsip spons untuk menyerap dan menyimpan air, menggunakan infrastruktur hijau (pepohonan, taman) dan biru (danau, sungai) untuk mengelola air secara alami.
- Konsep ini menganggap banjir sebagai fenomena alami yang tidak dapat sepenuhnya dihindari, tetapi dapat dikelola untuk keberlanjutan.
- Konsep kota spons diterapkan di berbagai kota-kota besar dunia, di Indonesia konsep ini diterapkan pada proyek pembangunan IKN.
Saat ini dunia dihadapkan pada tantangan perubahan iklim yang semakin nyata. Salah satu dampaknya adalah pola curah hujan yang ekstrem di beberapa tempat tertentu. Jika tidak diatasi dengan cermat, curah hujan yang berlebihan tentu akan menimbulkan bencana alam yang tidak diinginkan.
Perkotaan merupakan daerah yang paling rentan di tengah situasi tersebut. Pesatnya pembangunan dan urbanisasi membuat kota harus menampung beban penduduk yang melebihi kapasitasnya. Permukaan tanah ditutupi beton dan gedung-gedung tinggi yang membuat resapan air semakin berkurang.
Banjir kemudian menjadi masalah utama yang banyak terjadi, khususnya di daerah perkotaan. Berbagai upaya dan inovasi dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir. Banyak negara berlomba-lomba menciptakan infrastruktur yang menunjang sistem resapan air di kota-kotanya, agar mencegah terjadi banjir.
Salah satu inovasi terbaru yang muncul adalah konsep spons city. Lalu, bagaimana konsep ini diterapkan? Artikel ini mengajak Sobat EBT Heroes untuk mengetahui lebih lanjut tentang penerapan konsep spons city dalam kehidupan nyata.
Apa Itu Spons City?
Konsep spons city, pertama kali dipopulerkan di China pada tahun 2014 untuk mengatasi masalah banjir di kawasan perkotaan. Konsep ini juga diterapkan di kota-kota besar China, seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen. Bahkan, beberapa negara lain termasuk Indonesia mulai menerapkan konsep ini, salah satunya di kawasan IKN yang saat ini sedang dalam proses pembangunan.
Spons city merupakan sebuah konsep yang meniru prinsip dari spons itu sendiri, dengan bisa menyerap dan menyimpan air di dalam tubuhnya. Konsep spons city, mengandalkan infrastruktur pengelolaan hujan secara alami, dengan tetap fokus pada pengendalian banjir dan mitigasi dampak pembangunan perkotaan terhadap aspek hidrologi kota.
Berbanding terbalik dengan konsep mitigasi banjir konvensional lainnya, yang menjadikan banjir sebagai ancaman yang harus dihilangkan. Konsep spons city menganggap banjir sebagai fenomena alami yang tidak bisa sepenuhnya dihindari. Pendekatan konsep ini meniru siklus hidrologi alami dan memanfaatkan air sebagai sumber daya yang bisa digunakan kembali.
Baca Juga
Alih-alih membangun beton dan tanggul sebagai ciri khas umumnya kota, konsep ini memanfaatkan area alami dan semi-alami yang melimpah, seperti pepohonan, danau, dan taman yang didesain sedemikian rupa untuk bisa menyerap air hujan.
Dengan demikian, untuk menambah daya serap kota layaknya spons, konsep ini memerlukan dukungan infrastruktur hijau dan infrastruktur biru sebagai penunjang.
Bagaimana Spons City Diterapkan?
Cara kerja utama konsep spons city adalah dengan menyerap kelebihan air yang ada di permukaan, kemudian disalurkan menuju badan air, sungai, dan sistem infrastruktur air yang tersedia. Spons city diterapkan dengan menggabungkan bentang alami kota dan desain infrastruktur yang mendukung penyerapan air.
Saat terjadi hujan, sistem spons city akan mendaur ulang kembali air hujan agar bisa digunakan kembali. Spons city juga dilengkapi beberapa komponen utama yang meliputi:
- Ruang terbuka hijau dan biru. Desain kota spons dilengkapi berbagai infrastruktur seperti, taman kota, taman hujan, trotoar berpori, alun-alun cekung dan lain sebagainya.
- Atap hijau. Bangunan dan gedung kota spons didesain dengan fasilitas atap hijau untuk menyerap dan menahan air hujan sebelum disalurkan ke sistem drainase kota. Selain itu, atap hijau ini berfungsi mengurangi suhu yang ada di kawasan perkotaan.
- Sistem drainase kota. Komponen ini adalah yang paling utama untuk menyerap dan menahan air. Tidak hanya itu, sistem ini bisa dilengkapi dengan fasilitas pemurnian air yang memungkinkan air bisa dikonsumsi kembali oleh masyarakat.
Kota-Kota Dunia yang Berhasil Menerapkan Konsep Spons City
Banyak kota-kota besar di dunia yang telah menerapkan konsep spons city. Tidak mengherankan, saat ini sebagian besar populasi dunia tinggal di daerah perkotaan. Hal tersebut, membuat permintaan akan infrastruktur dan inovasi yang mampu memitigasi bencana seperti banjir diinginkan oleh publik.
Kota di Selandia Baru yaitu Auckland, berhasil menerapkan konsep spons city. Kota Auckland berhasil menduduki peringkat satu, dengan kota yang memiliki tingkat penyerapan air layaknya spons sebesar 35%. Selain itu, setengah dari total area kota ini dibangun infrastruktur hijau dan biru.
Kedua, Kota Shanghai yang ada di China, juga menerapkan konsep spons city untuk mendesain ruang kotanya. Kota ini memiliki tingkat penyerapan air sebesar 28%, dengan urutan ke-4 di dunia. Total infrastruktur hijau dan biru yang dibangun di kota ini mencapai angka 33%.
Tidak hanya dua kota tersebut, banyak kota besar di dunia yang menerapkan konsep spons city untuk mendesain tata ruang dan wilayah kotanya.
Diadopsi oleh Ibu Kota Baru Indonesia
Ibu Kota Nusantara (IKN) yang saat ini sedang dalam proses pembangunan, merupakan salah satu penerapan konsep spons city di Indonesia. Perencanaan tata kelola air melalui konsep spons city ini, selaras dengan rencana induk pembangunan IKN dalam Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara. Dalam UU tersebut dijelaskan, bahwa prinsip dasar pengembangan kawasan IKN adalah pembangunan yang berorientasi pada alam, teknologi, dan keberlanjutan lingkungan.
Pembangunan IKN yang berada di tengah-tengah hutan dinilai bisa mengintegrasikan bentang alam, dan infrastruktur hijau-biru untuk menunjang siklus hidrologi kota tersebut. Perencanaan tata kelola air di wilayah IKN, menjadi sangat penting karena topografi wilayah Kalimantan Timur yang bergelombang dan beriklim tropis. Kondisi tersebut menyebabkan wilayah ini rentan mengalami berbagai bencana yang tidak diinginkan, seperti banjir, kebakaran, dan tanah longsor.
Konsep spons city bisa menjadi solusi, mengingat tujuan utama konsep ini tidak hanya untuk menyerap air sebanyak-banyaknya, tetapi bisa memanfaatkan kembali air tersebut untuk digunakan lagi. Perencanaan konsep ini perlu pertimbangan yang matang, serta kolaborasi dari berbagai pihak untuk mendukung upaya mitigasi bencana dan keberlanjutan kota.
Baca Juga
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes #kotaspons #IKN #Ibukotanusantara #Lingkungan
Editor : Alfidah Dara Mukti
Referensi:
[1] “Sponge City” in China—A breakthrough of planning and flood risk management in the urban context
[3] What are ‘sponge cities’ and how can they prevent floods?
[5] ‘Sponge cities’ can help protect against flooding. Here’s how
[6] IKN Bakal Jadi Role Model ‘Kota Spons’ di Indonesia, Apa itu?
[7] What on earth are sponge cities?
[8] OIKN sebut IKN menerapkan kota spons sebagai Solusi Berbasis Alam