Transisi Energi PT Adaro: Komitmen Hijau atau Strategi Bisnis?

Ilustrasi Kegiatan Pertambangan. Sumber : Unsplash.com
  • Perubahan iklim dan tekanan publik membuat Adaro mengambil langkah penting dengan melakukan perubahan model bisnisnya menuju model bisnis yang lebih berkelanjutan
  • Langkah awal Adaro dilakukan dengan restrukturisasi struktur perusahaan dan melepas tulang punggung utama perusahaan yaitu anak perusahaanya Adaro Andalan Indonesia yang dinilai menyumbang emisi paling banyak
  • Strategi Adaro ini menjadi pro-kontra terkait komitmen perusahaan untuk menjalankan model bisnis berkelanjutan

Saat ini, dunia menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak, mendorong berbagai pihak untuk berkontribusi dalam mengurangi dampak negatifnya. Salah satu cara signifikan adalah melalui transisi energi menuju sumber energi terbarukan yang lebih bersih.

Perusahaan tambang, yang sering dianggap sebagai penyumbang besar emisi karbon dan kerusakan lingkungan, menjadi sasaran utama tekanan publik dan aktivis lingkungan. Mereka menuntut penghentian eksplorasi tambang dan mendorong inovasi dalam pengembangan energi terbarukan.

Salah satu perusahaan yang berada di tengah pusaran tekanan ini adalah PT Adaro Energy, yang kini bertransformasi menjadi PT Alamtri Resources Indonesia. Sebagai salah satu pemain utama dalam industri tambang Indonesia sejak 2004, Adaro kerap menghadapi kritik atas dampak operasionalnya terhadap lingkungan dan sosial.

Perusahaan ini bahkan pernah masuk dalam daftar “Dirty 30”, sebutan bagi perusahaan dengan rekam jejak buruk dalam kerusakan lingkungan dan konflik sosial. Penyematan gelar tersebut menyoroti dampak destruktif yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan Adaro, mencakup degradasi lingkungan hingga gesekan dengan komunitas lokal di sekitar wilayah operasionalnya.

Dalam menghadapi tekanan global dan reputasi yang dipertaruhkan, transformasi Adaro menuju energi terbarukan dapat dipandang sebagai langkah penting. Namun, publik tetap mempertanyakan, apakah langkah ini murni karena komitmen hijau atau sekadar strategi bisnis untuk menjaga kelangsungan perusahaan di era transisi energi.

Baca Juga



Transisi Energi Adaro

PLTS Adaro Power. Sumber: kumparan.com

Berbagai isu dan tekanan publik mendorong Adaro untuk mengambil langkah signifikan dengan mengubah lanskap bisnisnya. Perusahaan mulai beralih ke model bisnis yang lebih ramah lingkungan melalui penerapan transisi energi terbarukan. Langkah ini diharapkan dapat menjawab tantangan perubahan iklim sekaligus merespons ekspektasi masyarakat global terhadap keberlanjutan operasional perusahaan. Berikut langkah yang diambil Adaro dalam upaya transisi energinya.

  1. Membentuk Green Pilar Adaro

Pada tahun 2022, Adaro Energy mereorganisasi struktur bisnisnya untuk fokus pada tiga pilar pertumbuhan utama, salah satunya adalah Adaro Green. Pilar ini mencerminkan komitmen perusahaan dalam mengembangkan bisnis energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Melalui Adaro Green, perusahaan berencana untuk memanfaatkan berbagai sumber energi terbarukan, seperti angin, sampah, biomassa, tenaga surya dan air. Dalam implementasinya, Adaro telah memulai sejumlah proyek energi terbarukan di berbagai wilayah Indonesia.

Beberapa proyek unggulan yang sedang dikembangkan meliputi:

  • Solar PV di fasilitas terminal batu bara Adaro di Kalimantan Tengah, yang memanfaatkan energi matahari untuk operasional.
  • PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) di Tanah Laut, Kalimantan Selatan, yang mengandalkan kekuatan angin.
  • PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) di Mentarang, Kalimantan Utara, yang memanfaatkan potensi besar aliran sungai setempat.

2. Melakukan Spin-Off Anak Perusahaannya

Pada 18 Oktober 2024, Adaro Energy memutuskan untuk melepas kepemilikan anak perusahaannya, Adaro Andalan Indonesia (AAI), yang selama ini menjadi salah satu tulang punggung utama dalam eksploitasi batu bara termal.

Keputusan ini memunculkan berbagai tanggapan di kalangan publik dan pelaku industri. Sebagian pihak menilai langkah ini sebagai strategi Adaro untuk memperbaiki citra perusahaan, serta menarik perhatian segmen investor baru yang lebih berfokus pada sektor energi terbarukan. Langkah ini juga dianggap sebagai bagian dari upaya Adaro dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan global menuju transisi energi yang lebih bersih.

Di sisi lain, pelepasan AAI dianggap sebagai langkah strategis Adaro untuk mengurangi keterlibatan langsung dalam produksi batu bara termal. Di mana yang terkenal sebagai salah satu jenis batu bara paling “kotor” karena kontribusinya yang signifikan terhadap emisi karbon global. Langkah ini memungkinkan Adaro untuk memfokuskan operasional bisnisnya pada pengembangan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan, sejalan dengan visi keberlanjutan perusahaan.

3. Memberi Pernyataan Net-Zero Emissions (NZE)

Untuk mengukuhkan komitmennya menerapkan model bisnis yang lebih hijau, Adaro memberi pernyataan kepada publik untuk menjalankan prinsip NZE dalam operasionalnya. Adaro memberi kerangka kerja dan roadmap perusahaan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Dengan menargetkan pendapatan bisnis dari non-batubara termal hingga di atas 50% pada tahun 2030.

Langkah Adaro melepas AAI sebagai bagian perusahaannya, dinilai publik sebagai strategis bisnis untuk mencapai target tersebut. Hal itu karena, 15% dari total emisi karbon Adaro pada tahun 2023 disumbangkan oleh AAI. Dengan demikian, mengeluarkan anak perusahaan ini dari portofolio Adaro adalah langkah yang tepat untuk mencapai target NZE.

Divestasi Bisnis yang Mendukung Transisi Energi Berkelanjutan

Berbagai strategi Adaro tersebut dianggap oleh sebagian pihak, sebagai langkah utama untuk menjalankan komitmen bisnis yang lebih berkelanjutan. Upaya Adaro melepas kepemilikan AAI dianggap menjadi exit strategy untuk mengurangi ketergantungan perusahaan pada batubara termal. Melalui direktur PT Adaro Energy Garibaldi Thohir, perusahaan ini menyatakan tidak lagi melakukan ekspansi dan eksplorasi terhadap batubara termal.

Opsi kebijakan yang diambil Adaro merupakan langkah strategis dalam mendukung transisi menuju bisnis yang lebih ramah lingkungan. Dengan memberikan pilihan baru bagi investor untuk berinvestasi di sektor energi berkelanjutan, Adaro menciptakan peluang bagi terciptanya ekosistem pendanaan yang mendukung inovasi dan pertumbuhan energi terbarukan.

Pemisahan bisnis melalui pelepasan AAI dapat menjadi skema pembiayaan transisi energi berkelanjutan, sembari memastikan kinerja perusahaan tetap optimal. Langkah ini juga memungkinkan Adaro untuk lebih fokus pada pengembangan energi hijau tanpa sepenuhnya meninggalkan sumber daya yang mendukung pertumbuhan perusahaan di masa lalu.

Pembentukan Adaro Green sebagai bagian dari strategi transformasi ini mencerminkan visi perusahaan untuk menciptakan model bisnis yang seimbang, berorientasi pada keberlanjutan dan mampu memberikan nilai jangka panjang bagi para pemangku kepentingan. Hal ini menjadi bukti bahwa transisi energi tidak hanya relevan dari perspektif lingkungan, tetapi juga sebagai strategi bisnis yang kompetitif di masa depan.

Strategi Bisnis Semata?

Ilustrasi Aktivis Lingkungan. Sumber: unsplash.com

Strategi yang diterapkan Adaro tentu bukan tanpa celah, ada beberapa pihak juga yang mengkritik aksi korporasi ini tidak sesuai dengan komitmen hijau yang seharusnya dilakukan. Dugaan greenwashing juga dituduhkan pada langkah Adaro dalam menjalankan bisnis hijaunya. 

Strategi bisnis Adaro dengan melepas kepemilikan AAI dinilai sebagian pihak sebagai perwujudan tindakan perusahaan untuk mendukung model bisnis hijau dan mendukung upaya pengurangan emisi karbon yang dihasilkan perusahaan. 

Beberapa pihak mempertanyakan apakah tindakan Adaro adalah murni komitmennya mewujudkan bisnis hijau atau hanya restrukturisasi perusahaan agar mendapatkan pembiayaan yang lebih banyak. Dikeluarkannya AAI dari portofolio bisnis Adaro bukan semata-mata melepaskan tanggung jawab Adaro terhadap langkah selanjutnya anak perusahaan tersebut. Adaro perlu menjaga dan memastikan komitmen bisnis hijaunya tetap bisa berjalan di bawah kepemilikan baru AAI.

Baca Juga



Masa Depan Bisnis Berkelanjutan Adaro: Komitmen Nyata atau Strategi Bisnis?

Langkah-langkah yang diambil Adaro mencerminkan upaya navigasi perusahaan untuk melakukan penyesuaian, dengan lanskap industri energi global yang mulai lebih memperhatikan aspek lingkungan dan energi terbarukan. Di tengah tekanan publik, strategi Adaro bisa menjadi langkah awal untuk melakukan transisi energi yang berkelanjutan.

Namun, pertanyaan publik terkait komitmen Adaro dalam mewujudkan transisi energi dan pengembangan bisnis ramah lingkungan perlu dijawab dengan upaya nyata. Adaro masih berada di persimpangan untuk mewujudkan komitmen secara tulus atau hanya mengambil langkah pragmatis untuk meraup pembiayaan perusahaan. Dengan demikian, keberhasilan Adaro mencapai transisi energi berkelanjutan memerlukan komitmen jangka panjang yang konsisten.

#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi:

[1] Masuk Daftar Dirty 30, Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil Ucapkan Selamat ke Adaro

[2] Pilar Adaro Green

[3] Spin-off or just spin? Adaro’s bold plan to achieve net-zero

[4] Ada Apa di Balik Rencana Adaro Lepas Aset Batu Bara?

[5] Serius Garap Transisi Energi Hijau, Adaro tak akan Ekspansi Bisnis Batu Bara Thermal

[6] Emiten Milik Boy Thohir ADRO Bakal Jual Seluruh Saham Adaro Andalan Indonesia, Ini Sebabnya

[7] Adaro’s coal spin-off: growing a climate conscience or simple greenwashing?

Comment closed