Sudahkah Kita Membangun Budaya Jalan Kaki?

Ilustrasi Rambu-Rambu Penyeberangan Pejalan Kaki. Sumber: freepik.com
  • Sektor transportasi menjadi penyumbang emisi utama di Indonesia, terutama di kota-kota besar
  • Berjalan kaki menjadi salah satu alternatif yang tidak hanya untuk kesehatab semata, tetapi bisa membantu menjaga lingkungan
  • Kesadaran untuk berjalan kaki di Indonesia masih sangat kurang dengan dinobatkannya Indonesia sebagai negara paling malas untuk jalan kaki
  • Keengganan masyarakat Indonesia untuk berjalan kaki bukan hanya masalah kebiasaan, tetapi masalah struktural yang membuat para pejalan kaki tidak mendapat ruang yang layak untuk berjalan kaki

Pada 22 Januari 2012, sebuah peristiwa tragis meninggalkan luka mendalam, terutama bagi para pejalan kaki. Di mana hari itu, terjadi kecelakaan di kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, merenggut nyawa 9 orang pejalan kaki.

Peristiwa tersebut melatarbelakangi para aktivis pejalan kaki untuk menetapkan 22 Januari sebagai Hari Pejalan Kaki Nasional. Peringatan ini dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan sekaligus upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya berjalan kaki dan keselamatan para pejalan kaki.

Beberapa tahun peristiwa tersebut telah terjadi, sudahkah kita membangun budaya jalan kaki di lingkungan kita? Sudahkah Sobat EBT Heroes berjalan kaki hari ini?

Berjalan Kaki Penting untuk Kesehatan dan Lingkungan 

Berbagai riset dan penelitian telah menunjukkan bahwa berjalan kaki baik untuk kesehatan tubuh kita. Bahkan, setiap harinya kita dianjurkan untuk berjalan kaki selama 30 menit secara rutin. Harvard Medical School merilis manfaat berjalan kaki, seperti mencegah obesitas, menanggulangi stress, mengurangi risiko kanker payudara, mencegah penyakit sendi, dan meningkatkan imunitas tubuh.

Tidak hanya bermanfaat bagi tubuh kita sendiri, ternyata berjalan kaki mendatangkan manfaat bagi lingkungan sekitar kita. Berjalan kaki sangat baik untuk lingkungan, karena tidak menghasilkan gas emisi rumah kaca, dan berbagai polusi lainnya. Berbeda dengan kendaraan bermotor yang menjadi penyumbang emisi di Indonesia, bahkan dunia.

Baca Juga



Menurut penelitian yang dilakukan Bappenas, AFD, dan WRI Indonesia, proyeksi dampak sektor transportasi terhadap polusi udara dan kesehatan tahun 2010 – 2045 terus meningkat seiring waktu. Salah satu kota besar di Indonesia yaitu, DKI Jakarta pada tahun 2020 juga menunjukkan bahwa sekitar 67,04% polusi udara disumbangkan oleh sektor transportasi. Ironinya, jumlah kendaraan pribadi di Indonesia terus meningkat sejak tahun 2010 hingga 2021 yang didominasi sepeda motor. 

Bagaiamana Budaya Jalan Kaki di Indonesia?

Di tengah masifnya dampak polusi oleh sektor transportasi di Indonesia, khususnya kendaraan pribadi, negara kita ini justru sangat lemah dalam menjalankan budaya jalan kaki. Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara paling malas jalan kaki, dengan rata rata 3.513 langkah per hari. Jumlah ini berada di bawah rata-rata dunia yaitu, 5.000 langkah per hari. 

Budaya jalan kaki di Indonesia nampaknya belum menjadi kebiasaan banyak orang. Banyak dari kita mungkin ingin cepat sampai tujuan atau dengan berbagai alasan lainnya. Tidak hanya itu, sebagian dari kita juga pasti memilih menggunakan sepeda motor walaupun jarak yang ditempuh masih kurang dari 1 km.

Kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi dan transportasi yang tersedia luas juga menjadi faktor masyarakat Indonesia tidak berjalan kaki. Saat ini, banyak tersedia platform belanja online yang membuat masyarakat memilih untuk berdiam diri di rumah, dan menunggu pesanannya datang dibandingkan dengan berjalan untuk membeli sendiri. 

Kesadaran untuk berjalan kaki tentu harus ditanamkan kepada masyarakat. Hal ini penting, karena akan berdampak pada berbagai aspek, seperti lingkungan, kesehatan, dan bahkan ekonomi seseorang.

Ruang Layak Bagi Pejalan Kaki

Ilustrasi Buruknya Fasilitas Pedestrian di Indonesia. Sumber: beritasatu.com

Tidak adil rasanya jika hanya memberi satu sudut pandang bahwa orang Indonesia enggan berjalan kaki hanya karena rasa malas. Faktanya, infrastruktur pejalan kaki di Indonesia masih sangat minim dan terkadang digunakan tidak sesuai dengan fungsinya.

Sobat EBT Heroes, pernahkah melihat pengendara motor yang melintas di trotoar atau pedagang kaki lima yang memenuhi area tersebut? Lantas, apakah pantas melabeli masyarakat Indonesia sebagai yang paling malas berjalan kaki?

Pejalan kaki di Indonesia nampaknya belum menjadi prioritas utama. Pembangunan infrastruktur yang ramah pejalan kaki, perlu menjadi pertimbangan bagi para pemangku kepentingan. Hal ini terutama di kota-kota besar, dengan jumlah penduduk yang banyak dan dengan mobilisasi yang tinggi. Bahkan, di kota besar seperti Jakarta, hanya 8,71% atau 610 kilometer, dari total ruas jalan (7.000 kilometer) yang memiliki trotoar.

Mewujudkan Kota Ramah Pejalan Kaki

Ilustrasi Fasilitas Pedestrian. Sumber: kumparan.com

Saat ini sebagian besar konsentrasi emisi dan polusi udara berada di kota-kota besar Indonesia. Maka dari itu, penting untuk bisa mengatasi masalah tersebut dengan berbagai kebijakan yang komprehensif.

Membangun kota yang ramah bagi pejalan kaki adalah salah satu langkah yang bisa menimbulkan multiplier effect. Tidak hanya bermanfaat bagi para pejalan kaki, membangun infrastruktur trotoar yang baik juga dapat mendorong masyarakat untuk lebih sering berjalan kaki. Penertiban penggunaan trotoar dan fasilitas pejalan kaki lainnya perlu menjadi perhatian pemerintah untuk menciptakan ruang yang aman bagi para pejalan kaki.

Kenyaman dan keselamatan tentunya menjadi aspek penting untuk mewujudkan kota yang ramah pejalan kaki. Kejadian Tugu Tani menjadi peristiwa pengingat bagi kita semua bahwa pejalan kaki di Indonesia masih sangat rentan di jalan. 

Baca Juga



Aspek kultural dan struktural menjadi komponen utama yang harus diselesaikan dalam mewujudkan kota ramah pejalan kaki. Masyarakat harus diberi kesadaran akan pentingnya kebiasaan berjalan kaki bagi kesehatan dan lingkungan. Selain itu, penyediaan ruang ramah bagi pejalan kaki juga sangat penting untuk menjadi perhatian semua pihak.

Membangun ruang ramah pejalan kaki tidak hanya bagi para pejalan kaki itu sendiri. Membangun kebiasaan berjalan kaki adalah langkah awal untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan, dan lingkungan yang selama ini diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kendaraan bermotor secara berlebihan. Penurunan emisi sektor transportasi tentu akan dapat ditekan dengan banyaknya masyarakat yang memilih untuk berjalan kaki.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi:

[1] Daftar Negara Paling Malas Jalan Kaki di Dunia, Indonesia Peringkat Pertama

[2] Mengungkap Alasan Indonesia menjadi Negara paling Malas Jalan Kaki : Infrastruktur, Kebiasaan, dan Dampaknya pada Lingkungan

[3] How does walking and cycling help to protect the environment?

[4] Polusi Jakarta Peringkat 1 di Dunia, Bagaimana Dampaknya pada Kesehatan?

[5] Kenapa Orang Indonesia Malas Jalan Kaki ?

[6] Mewujudkan Kota yang Ramah Pejalan Kaki

[7] 5 surprising benefits of walking

[8] Dampak Polusi Udara dari Transportasi terhadap Kesehatan di Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 Comment