Sedotan Tepung? Bisnis Sedotan Edible yang Kian Dilirik

Ilustrasi Sedotan Ramah Lingkungan. Sumber : kumparan.com
  • Manusia menyumbang sampah plastik sebanyak 16 triliun di laut.
  • Tren sedotan alternatif sejak 2018 hingga muncul sedotan Edible di awal tahun 2020.
  • Sedotan edible menjadi peluang yang menjanjikan dalam tren eco-lifestyle.
  • Ecostrawme bergerak dibidang sedotan edible sebagai sedotan alternatif yang menarik dan fungsional.

Halo Sobat EBT Heroes!

Semakin lama penggunaan plastik akan merusak lingkungan. Diberitakan bahwa sekitar 20 tahun lalu, terdapat 16 triliun sampah plastik di laut. Jika tidak diatasi, hal ini akan mengakibatkan masalah yang cukup serius di masa depan. Sampah tersebut mengapung, dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 510 triliun pada tahun 2040. Sampah plastik tersebut dihasilkan dari aktivitas manusia, dan per tahun diperkirakan menghasilkan 400 juta ton sampah plastik. Plastik yang beredar, diteliti, dihasilkan dari bahan bakar fosil.

Dengan kesadaran penuh akan bahaya sampah plastik di masa mendatang, muncul sebuah tren gerakan sedotan alternatif yang ramah lingkungan. Tren ini mulai muncul sekitar tahun 2018, setelah sebuah video viral yang memperlihatkan seekor penyu laut dengan hidungnya tersumbat oleh sedotan plastik. Dari kejadian tersebut, gerakan untuk mengurangi penggunaan sedotan plastik mulai digalakkan.

Sebagai respons, muncul sedotan alternatif dari bahan logam hingga bambu yang semakin populer pada tahun 2019-an. Keunikan sedotan bambu tersebut dinilai cocok dengan gaya hidup alami. Banyak pengrajin lokal di Indonesia mulai memproduksi sedotan bambu dengan memanfaatkan potensi alam, seperti pohon bambu.

Inovasi terus berkembang hingga pada tahun 2020-an muncul tren sedotan alternatif berbahan dasar tepung. Sedotan ini tidak hanya diklaim ramah lingkungan, tetapi juga memiliki keunikan yang dapat membuka peluang bisnis berkelanjutan.

Baca Juga



Dampak Lingkungan

Ilustrasi Dampak Sedotan di Lingkungan. Sumber : nagakomodo.co.id

Dalam pengembangan sedotan alternatif berbahan dasar produk agroindustri, yaitu tepung atau pati sagu yang dikenal dengan sebutan sedotan edible, terdapat sejumlah keunggulan. Salah satunya adalah konsep “no waste”, yang berarti bahan baku yang digunakan tidak mencemari lingkungan dan dapat langsung dikonsumsi setelah digunakan untuk minum. Daya tahannya cukup baik, mampu bertahan dalam perendaman air selama sekitar 240 menit (4 jam) dengan masa simpan hingga 1 tahun.

Sedotan edible ini menjadi solusi terhadap penumpukan sampah plastik sekali pakai yang dapat merusak ekosistem. Bahan yang digunakan antara lain tepung pati atau tapioka, beras, dan jagung, yang memiliki sifat biodegradable, artinya dapat terurai secara alami.

Keberadaan bisnis ini tidak hanya memberikan solusi ramah lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan produksi tepung serta hasil pertanian lokal. Hal ini membuka peluang untuk memberdayakan petani dan UMKM. Menurut penelitian S. Rimasdias dkk. pada tahun 2023, dengan melibatkan masyarakat dalam produksi sedotan edible, tidak hanya dapat meningkatkan penghasilan mereka, tetapi juga menumbuhkan kesadaran konsumen mengenai pentingnya keberlanjutan. Selain itu, bisnis ini juga mendukung edukasi lingkungan yang sejalan dengan promosi produk ramah lingkungan.

Peluang Bisnis Berkelanjutan di Bidang Sedotan Edible

Dalam mengatasi sampah plastik sekali pakai, beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, telah mengeluarkan regulasi terkait penggunaan plastik dan styrofoam. Regulasi ini mendorong pelaku usaha untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan peluang yang ada. Inovasi ini menjadi peluang yang menjanjikan dalam tren eco-lifestyle yang berkembang. Sedotan edible kini menjadi daya tarik bagi restoran, hotel, dan kafe, terutama karena konsumen yang lebih banyak terdiri dari generasi muda. Generasi ini sudah semakin peduli terhadap lingkungan dan lebih memilih produk-produk yang ramah lingkungan.

Selain itu, bentuk, kemasan, bahkan rasa yang diciptakan dalam produksi sedotan edible dapat mendorong terciptanya inovasi yang lebih kreatif. Hal ini membuka peluang dalam pengembangan agribisnis lokal.

Ilustrasi Ecostrawme. Sumber : ecostrawme.com

Sebuah perusahaan memiliki komitmen terhadap inovasi yang ramah lingkungan. Perusahaan ini bergerak di bidang agroindustri dengan memproduksi sedotan berbahan baku tepung. PT Selera Mitra Sentosa, dengan merek dagang Ecostrawme, bergerak di bidang sedotan edible sebagai alternatif sedotan yang menarik dan fungsional.

Dengan melakukan riset dan pengembangan, perusahaan berhasil menciptakan sedotan edible dengan standar kualitas dan keamanan pangan yang tinggi. Produk ini diperkenalkan melalui berbagai platform digital untuk distribusi yang lebih luas.

Dalam menghadapi tantangan, seperti mengedukasi masyarakat dan persaingan dengan produk serupa, Ecostrawme terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas produk, rasa, bentuk, dan kemasan yang menarik. Sedotan ini dikemas satu per satu menggunakan kertas, kemudian dibungkus kembali dengan kotak karton, sehingga semua produknya tetap ramah lingkungan.

Baca Juga



Tantangan dan Inovasi Sedotan Edible

Sedotan edible telah menawarkan solusi penggunaan sedotan yang ramah lingkungan. Namun, tantangan yang dihadapi masih ada, sehingga perlu dilakukan edukasi kepada konsumen mengenai alternatif ini. Banyak orang masih berpikir, “Apa bisa tepung dijadikan sedotan dan layak untuk digunakan?” Pada dasarnya, sedotan ini aman digunakan dan dikonsumsi, serta tentunya lebih ramah lingkungan dibandingkan sedotan plastik.

Edukasi ini perlu dilakukan bukan hanya sebagai tren sesaat, tetapi harus dapat mengubah pola dan gaya hidup yang berkelanjutan. Upaya ini dapat dilakukan melalui media sosial, kolaborasi dengan berbagai aktivis lingkungan, serta melalui pameran produk-produk hijau.

Karena terbuat dari bahan alami dan proses produksinya yang kompleks, serta produksi yang masih terbatas, harga sedotan edible ini masih sangat tinggi. Namun, apabila produksi dilakukan dalam skala besar, menggunakan bahan lokal, dan distribusi yang lebih efisien, maka harga yang ditawarkan akan lebih terjangkau.

Produk ini sejalan dengan visi dan misi ekonomi sirkular, yang mengedepankan sistem ekonomi yang meminimalkan limbah. Hal ini membuktikan bahwa bahan baku yang digunakan berasal dari sumber lokal, seperti pati singkong. Hasil limbahnya pun dapat dimanfaatkan sebagai kompos atau pakan ternak, sehingga menciptakan ekonomi yang lebih efisien.

Kecil dan Berdampak pada Lingkungan Berkelanjutan

Dalam menghadapi krisis lingkungan global, setiap langkah, sekecil apapun, yang dipilih oleh konsumen sangat berarti. Oleh karena itu, mulailah mencoba produk-produk lokal yang berkelanjutan. Dalam hal ini, pilihlah sedotan edible, bukan sekadar mengganti plastik, tetapi juga sebagai bagian dari roda ekonomi yang lebih hijau.

#zonaebt #sebarterbarukan #EBTheroes #BebasSampahPlastik

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *