
Dunia sedang mengalami lonjakan permintaan listrik yang luar biasa, dengan pertumbuhan yang diprediksi mencapai 4,3% pada tahun 2024. Angka ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak krisis finansial 2007, menandai dimulainya era baru dalam elektrifikasi global. Tren ini didorong oleh elektrifikasi cepat, konsumsi energi yang melonjak, dan transformasi ekonomi digital di berbagai belahan dunia.
makin tahu Indonesia Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA), permintaan listrik global diperkirakan akan terus tumbuh hingga 4% per tahun dengan proyeksi mencapai 3.500 TWh secara total pada periode 2024-2027. Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor kunci yang saling berinteraksi menciptakan gelombang elektrifikasi masif.
Sektor industri dan komersial menjadi kontributor utama dengan pangsa lebih dari 60% dari total pertumbuhan permintaan listrik global. Adopsi teknologi pendingin udara (AC) di bangunan perumahan dan komersial menjadi salah satu pendorong utama, terutama di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan yang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat.
Sektor transportasi dan industri menyumbang 40% sisanya, dengan elektrifikasi kendaraan dan penggunaan pompa panas sebagai katalis utama. Menurut data IEA, kapasitas pompa panas global mencapai 108 GW pada tahun 2024, sementara penjualan kendaraan listrik tumbuh lebih dari 25% mencapai 17 juta unit di akhir tahun lalu.
Baca juga
- Masa Depan Mobilitas: Peran AI dalam Kendaraan Listrik
- Mengupas Alasan di Balik Harga Murah Kendaraan Listrik China
China dan India: Lokomotif Pertumbuhan Asia

China dan India memimpin gelombang elektrifikasi global dengan karakteristik yang berbeda namun saling melengkapi. China, sebagai pusat manufaktur dunia, mengalami pertumbuhan permintaan listrik yang didorong oleh elektrifikasi sektor industri dan komersial. Dengan tingkat pertumbuhan 7% pada tahun 2024, China diproyeksikan terus menjadi konsumen listrik terbesar dunia.
India menghadirkan dinamika yang berbeda dengan pertumbuhan yang didorong oleh ekonomi yang berkembang dan peningkatan kepemilikan AC. Tingkat pertumbuhan 6,3% per tahun mencerminkan transformasi struktural ekonomi India dari agraris menuju industri dan jasa. Kedua negara ini secara kolektif menyumbang sebagian besar pertumbuhan permintaan listrik global.
Indonesia: Akselerasi Menuju Elektrifikasi Penuh

Indonesia mengalami momentum elektrifikasi yang signifikan dengan target ambisius mencapai rasio elektrifikasi 100% pada tahun 2024. Berdasarkan data Kementerian ESDM, rasio elektrifikasi Indonesia telah mencapai 99,81% per April 2024, dengan 83,568 juta rumah tangga telah berlistrik.
Konsumsi listrik Indonesia diprediksi mencapai 430 TWh pada tahun 2025, menunjukkan pertumbuhan yang substantial dari kondisi saat ini. Sektor industri menjadi pendorong utama dengan proyeksi konsumsi mencapai 215 TWh, didukung oleh pertumbuhan ekonomi dan investasi infrastruktur yang masif.
Namun, konsumsi listrik per kapita Indonesia masih relatif rendah, yakni sekitar 1.337 kWh per kapita pada tahun 2023, meningkat 13,98% dari tahun sebelumnya. Angka ini masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga, menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar di masa depan.
Tantangan Afrika: 600 Juta Orang Masih Tanpa Listrik

Afrika menghadapi tantangan elektrifikasi yang kompleks dengan masih terdapat 600 juta orang tanpa akses listrik yang andal. Benua ini mengalami pertumbuhan permintaan listrik yang masih tertinggal dibandingkan Asia, namun memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar mengingat populasi yang besar dan ekonomi yang berkembang.
Upaya elektrifikasi di Afrika difokuskan pada ekspansi jaringan dan peningkatan kapasitas pembangkit, dengan emphasis pada solusi off-grid dan mini-grid untuk menjangkau daerah terpencil. Investasi dalam energi terbarukan menjadi kunci untuk mengatasi tantangan akses listrik sambil mendukung target iklim global.
Baca juga
- Charging Station di Gerai Ritel, Tanda Kendaraan Listrik Kian Populer?
- Yuk! Pahami Perbedaan Listrik 1 Fasa dan 3 Fasa
Lonjakan permintaan listrik global ini membawa implikasi besar terhadap sistem energi dunia. Pertama, kebutuhan investasi infrastruktur pembangkit dan transmisi yang masif. Kedua, tekanan pada pasokan energi primer dan kebutuhan diversifikasi sumber energi. Ketiga, tantangan dalam mencapai target net-zero emissions di tengah meningkatnya konsumsi energi.
Transformasi ini juga menciptakan peluang besar untuk percepatan adopsi energi terbarukan. Dengan pertumbuhan permintaan yang tinggi, investasi dalam solar, wind, dan teknologi penyimpanan energi menjadi semakin menarik secara ekonomi.
Nah Sobat EBT Hereos makin tahu Indonesia bahwa Pertumbuhan permintaan listrik global sebesar 4,3% pada tahun 2024 menandai dimulainya era baru dalam elektrifikasi dunia. Dengan China dan India sebagai pendorong utama, Indonesia yang bergerak menuju elektrifikasi penuh, dan Afrika yang masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar, lanskap energi global sedang mengalami transformasi fundamental.
Keberhasilan mengelola lonjakan permintaan ini sambil menjaga sustainability akan menentukan arah perkembangan sistem energi dunia di dekade mendatang. Kolaborasi internasional dalam teknologi, investasi, dan kebijakan menjadi kunci untuk memastikan transisi energi yang adil dan berkelanjutan.
#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes
Referensi:
[1] Kementerian ESDM Tuntaskan Program Elektrifikasi di Tahun 2024.
[2] Tahun Ini dan 2025, Permintaan Listrik Dunia Bakal Pecahkan Rekor.
[3] Permintaan Listrik Indonesia Naik, Diperkirakan Capai 430 TWh pada 2025