New Energy Nexus Indonesia Ajak Ratusan Kaum Muda ‘Megalungan Iklim’ Lewat Kumpul Kolaborasi Inovasi Iklim dan Pertunjukan Musik oleh Nosstress

Denpasar, 12 Oktober 2024 – Dalam rangka memperingati Hari Raya Galungan dan Kuningan, New Energy Nexus (NEX) Indonesia mengundang kaum muda, pendiri startup inovasi iklim, komunitas lokal, ahli industri, dan seniman untuk berkolaborasi mendukung inovasi iklim dan ekosistem ekonomi hijau melalui acara Megalungan Iklim.

Acara ini mengusung tema Galungan sebagai perayaan keyakinan masyarakat Bali atas kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (ketidakbaikan). Megalungan Iklim bertujuan menjadi wadah kolaborasi lintas sektor dalam mendorong solusi dan mendukung pertumbuhan inovasi serta bisnis yang berorientasi pada alam dan iklim.

Bertempat di Taman Baca Kesiman, Diyanto Imam, Direktur Program New Energy Nexus Indonesia, menegaskan pentingnya peran kaum muda, ruang-ruang informal, seni, diskusi, serta inovasi dalam membangun ekonomi hijau menuju Bali Emisi Nol Bersih.

“Inovasi dan solusi iklim telah menjadi bagian dari tradisi Bali. Di sini, kami tidak memperkenalkan hal baru, tetapi mengajak kaum muda untuk kembali mengingat esensi kehidupan yang mengutamakan harmoni dengan alam, termasuk dalam aktivitas ekonomi. Melalui Megalungan Iklim dan berbagai kegiatan yang kami jalankan dalam dua tahun terakhir di Inisiatif Matangi Bali bersama dengan Koalisi Bali Emisi Nol Bersih, kami berharap kaum muda dapat ikut serta pada penerapan teknologi rendah karbon dan model bisnis berkelanjutan, khususnya di sektor pariwisata, didukung oleh konsep yang kuat, teknologi inovatif, serta pendanaan berkelanjutan.” Ujar Diyanto Imam.

Dalam diskusi bertajuk “Menghadapi Krisis Iklim di Bali: Kewirausahaan Iklim dan Peran Komunitas,” Ni Nyoman Rida Bimastini (Ima), Co-founder & CMO MagiFarm, sebuah social enterprise asal Bali yang berfokus pada pengelolaan limbah makanan berkelanjutan, berbagi pengalaman tentang membangun startup yang mengatasi masalah limbah sekaligus mengurangi emisi karbon. Sebagai penerima grant lewat Inisiatif Matangi Bali, Ima menunjukkan bagaimana kewirausahaan iklim dapat memberikan solusi nyata untuk menghadapi tantangan lingkungan di Bali dan memperkuat inovasi lokal.

“Mendukung inovasi dan bisnis sosial lokal berarti turut mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan komunitas. Bersama Soma, Co-founder MagiFarm, kami berkomitmen menjadikan dampak positif bagi masyarakat sebagai prioritas utama. Visi kami adalah melihat Bali kembali bersih, bebas dari limbah organik yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Untuk mencapai visi tersebut, keberlanjutan pendanaan tentunya memang menjadi salah satu faktor kunci. Namun, di saat banyak industri berusaha berkembang dengan cara yang mungkin merugikan lingkungan, kami justru percaya sebaliknya—bahwa bisnis kami dapat terus tumbuh karena kami menempatkan keberlanjutan alam sebagai prioritas utama” Ujar Ima.

Dimoderatori oleh Anak Agung Gde Ngurah Termana, Community Development Specialist WRI Indonesia, turut hadir Muhammad Haiqal Rizaldi,  Green Infrastructure Project Financing Specialist WRI Indonesia, menjelaskan emisi dan dampaknya bagi lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, Luh Putu Anggita Baruna Putri, Community Manager Sungai Watch, mengangkat pentingnya keterlibatan komunitas dalam untuk mendukung inisiasi dan gerakan yang dilaksanakan Sungai Watch.

Acara Megalungan Iklim juga dimeriahkan dengan berbagai aktivitas yang lekat dengan tradisi Bali, seperti membuat penjor, gebogan, membuat sate lilit, latihan tari kecak, penampilan grup seni tradisional Ngelawang dan Bondres Rare Kual. Lewat musik dan narasi monolog, Band Nosstress turut hadir memberikan dukungan dan pesan untuk kaum muda demi Bali yang lebih berkelanjutan sebagai penampil penutup, membuat pembicaraan tentang iklim tidak lagi menjadi hal dibicarakan dalam konferensi-konferensi besar saja, namun juga melalui medium yang dekat dengan kaum muda, yaitu musik. Lewat lagu-lagu yang dibawakan, Nosstress mengingatkan pengunjung yang hadir malam itu untuk mengerti kata cukup, untuk berpihak pada alam mulai dari langkah terkecil, keputusan-keputusan yang dibuat diri sendiri.

Dinda dan Nila, pengunjung yang menghadiri acara Megalungan Iklim, berbagi pengalaman mereka tentang keseruan acara tersebut. Dinda, yang berasal dari Bali, mengungkapkan antusiasmenya. “Acaranya seru banget! Saya sendiri orang Bali, tapi nggak setiap Galungan saya ikut membuat penjor, biasanya Ajik (ayah saya) yang membuat. Jadi, benar-benar merasakan suasana perayaan Galungan, ditambah lagi dengan ilmu baru yang bermanfaat.”

Nila menambahkan, “Sesi diskusinya sangat menarik, banyak hal yang sebelumnya tidak kami ketahui, termasuk organisasi sosial yang baru kami kenal. Sekarang, ada banyak hal yang ingin kami terapkan di rumah. Khususnya, informasi tentang pengolahan sampah makanan menggunakan maggot yang dilakukan oleh MagiFarm sangat membuka wawasan kami.

Sekarang kami bisa berjejaring dan belajar dari mereka.” Ujar Nila.

Megalungan Iklim juga menyoroti untuk lima startup yang telah lulus dari program pengembangan prototipe produk, Matangi Bali: Smart Energy Lab, untuk memperkenalkan produknya ke masyarakat Bali, mulai dari inovasi berbahan dasar limbah kelapa hingga aplikasi ramah lingkungan yang bertujuan untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan: Ambawarna, Kishara, Decoco Luminer, Ecous, Kelana Terra.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 Comment

  1. Masalqseen I’m often to blogging and i really appreciate your content. The article has actually peaks my interest. I’m going to bookmark your web site and maintain checking for brand spanking new information.