
- Kebutuhan akan energi listrik yang hari demi hari semakin meningkat membuat pemerintah gencar mencari sumber energi alternatif.
- Hal ini dilakukan karena sumber energi kita masih mengandalkan bahan bakar fosil seperti batubara dan gas bumi yang selain tidak dapat diperbarui, juga menghasilkan gas karbon dioksida
- Berbagai sumber energi alternatif mulai dimanfaatkan seperti tenaga angin dan surya akan tetapi daya yang dihasilkan tentu tidak sebesar energi nuklir, membuatnya menjadi bahan perbincangan untuk negara kita membangun PLTN
Tahukah, sobat EBT heroes bahwa Indonesia sedang mempersiapkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)? Berdasarkan pernyataan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pemerintah menargetkan pembangunan PLTN dimulai pada tahun 2030.
Melansir dari laman cnnindonesia.com, Rohadi Awaludin, Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN memaparkan bahwa saat ini rencana pembangunan PLTN itu masih dalam tahap pembicaraan awal.
Pengadaan PLTN mungkin akan menjawab sebagian besar dari permasalahan ketersediaan energi di Indonesia. Namun, apakah negara kita siap dengan segala konsekuensi yang ada dari penggunaan energi nuklir?
Apa itu PLTN dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Sebelum kita mendalami mengenai kesiapan Indonesia dalam membangun PLTN, mari kita cari tahu terlebih dahulu apa itu PLTN dan cara kerjanya.
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) adalah jenis pembangkit listrik yang memanfaatkan energi panas dari proses fisi nuklir untuk mendidihkan air menjadi uap yang berfungsi untuk menggerakkan turbin listrik.
Cara kerja PLTN ini adalah dengan mengendalikan proses fisi nuklir menggunakan reaktor berbahan bakar uranium yang sudah disuling lalu dibuat menjadi pelet keramik kecil yang ditumpuk dalam tabung logam tersegel yang disebut batang bahan bakar (fuel rods).
Setelah itu, batang bahan bakar disusun menjadi rakitan yang terdiri dari 200 batang bahan bakar lalu dimasukkan ke dalam inti reaktor berisi air yang berfungsi sebagai medium untuk memperlambat proses fisi yang menghasilkan neutron agar reaksinya tetap berjalan serta berperan sebagai pendingin.
Untuk mengendalikan laju reaksi fisi nuklir di dalam inti reaktor, batang kendali dimasukkan untuk menyerap neutron berlebih. Fisi nuklir ini menghasilkan panas yang sangat tinggi, yang kemudian digunakan untuk mengubah air menjadi uap. Uap tersebut memutar turbin yang berfungsi sebagai penggerak generator listrik sehingga menghasilkan energi.
Baca juga
- Gali Potensi PLTN di Indonesia Pasca Tragedi Nuklir Fukushima
- Nuklir: Energi Bersih atau Risiko Lingkungan ?
Perkembangan dan Wacana Pengadaan PLTN di Indonesia

Sejak era pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya pada tahun 1956, Indonesia menetapkan diri sebagai negara nuklir. Presiden Soekarno mendirikan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). Menindaklanjuti hal tersebut, presiden pertama Indonesia tersebut mengirim para insinyur muda untuk belajar teknik nuklir di Universitas Michigan, Amerika Serikat.
Insinyur-insinyur muda inilah yang kemudian membangun reaktor atom pertama di Indonesia di Kota Bandung dan beroperasi pada tahun 1965. Kemudian, dibangun reaktor bernama RA Kartini di Yogyakarta pada tahun 1979. Terakhir reaktor GA Siwabessy di Serpong Jawa Barat. Ketiga reaktor nuklir ini masih hanya sebatas untuk keperluan penelitian, belum sebagai sumber energi listrik utama atau PLTN.
Menurut Rohadi Awaludin, Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, saat ini perencanaan mengenai pembangunan PLTN di Indonesia masih dalam pembicaraan dengan berbagai pihak, seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Melansir dari laman lestari.kompas.com, Rohadi Awaludin menilai energi nuklir dapat menghasilkan daya listrik yang lebih stabil serta berkesinambungan sehingga dapat mengurangi terjadinya pemadaman listrik karena kekurangan daya.
Penerapan energi nuklir memang dapat menjawab berbagai macam permasalahan, dari mulai ketersediaan energi sampai memitigasi climate change. Namun, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan jika benar-benar ingin menggunakan tenaga nuklir. Yuk! Kita simak potensi dan resikonya.
Keunggulan dari Pemanfaatan PLTN di Indonesia

1. Bebas Karbon
Pembangkit listrik tenaga nuklir hanya mengandalkan panas yang dihasilkan oleh reaksi fisi nuklir untuk mendidihkan air menjadi uap yang berfungsi sebagai penggerak turbin. Dalam prosesnya tersebut, sama sekali tidak menghasilkan gas karbon dioksida yang berperan besar dalam meningkatnya suhu udara di bumi.
Penerapan energi nuklir secara menyeluruh dapat membantu menekan angka pencemaran udara.
2. Biaya Operasional Rendah
Pada tahap awal, pengadaan PLTN memerlukan biaya yang tidak sedikit karena infrastruktur PLTN menggunakan teknologi yang sangat kompleks dan disertai dengan sistem pendingin, penyimpanan limbah, serta standar keamanan yang mumpuni. Hal ini tidak lain agar menghindari segala bentuk risiko yang dapat terjadi.
Namun di luar pembangunan infrastrukturnya, PLTN termasuk pembangkit listrik yang relatif murah biaya operasionalnya dibandingkan dengan pembangkit listrik lain.
3. Daya yang Dihasilkan Tinggi
Selain biaya operasional yang relatif rendah, daya yang dihasilkan dari energi nuklir sangat tinggi. Bahkan, melebihi daya yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan sekalipun dari angin dan surya.
Daya yang tinggi dan tidak menghasilkan jejak karbon, membuat PLTN berpotensi menggantikan pembangkit listrik batu bara.
Baca juga
- Nuclear Energy In Archipelagic And Ring Of Fire Nation
- Indonesia’s New President Has A Military Background, Will Nuclear Become Energy?
Tantangan dan Risiko Pembangunan PLTN di Indonesia

Memang banyak hal yang menguntungkan dari pembangunan PLTN. Namun, harus diketahui juga banyak risiko dan ancaman dari penggunaan teknologi nuklir ini. Apa saja? Yuk! Simak penjelasannya berikut ini.
1. Limbah yang Beracun
Meski energi nuklir dapat digolongkan sebagai sumber energi bersih, limbah yang dihasilkannya tetap menjadi tantangan serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Limbah ini mengandung senyawa kimia berbahaya, seperti plutonium dan uranium, yang berasal dari bahan bakar nuklir. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah radioaktif dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan, termasuk paparan radiasi yang berpotensi mematikan.
Oleh karena itu, pemrosesan limbah nuklir memerlukan biaya yang sangat tinggi serta prosedur yang kompleks untuk memastikan limbah tersebut dapat dibuang secara aman tanpa membahayakan manusia maupun ekosistem.
2. Dibutuhkan Pengamanan yang Ketat
Pengamanan pada PLTN perlu ketat. Hal ini sebagai langkah preventif dari risiko yang tidak diinginkan, baik malafungsi maupun aksi teror. Hal yang tak kalah penting adalah standar keamaanan yang harus dipatuhi oleh para pekerja PLTN.
3. PLTN Membutuhkan Banyak Air
Untuk menggunakan energi nuklir dengan aman, diperlukan sistem pendingin yang membutuhkan air dengan jumlah yang banyak.
Sistem pendingin menjadi sangat krusial mengingat jika inti reaktor nuklir tidak dapat didinginkan dengan baik, bisa terjadi core meltdown yang membuat bejana reaktor meleleh dan menyebabkan uap radioaktif keluar.
Hal ini menjadi kendala yang serius, terutama jika di negara kita masih sering dilanda kekeringan saat musim kemarau.
4. Bencana Alam dan Malafungsi Menjadi Ancaman Bencana Nuklir
Tragedi Fukushima pada tahun 2011 menjadi pengingat nyata akan risiko yang melekat pada pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Gempa bumi besar yang diikuti tsunami tersebut, menyebabkan kerusakan pada generator cadangan sehingga reaktor tidak dapat didinginkan secara optimal dan memicu ledakan hidrogen.
Kejadian tersebut menjadi tantangan besar, terutama bagi Indonesia yang juga rawan bencana alam, seperti gempa bumi. Pemilihan lokasi yang tepat dan aman menjadi salah satu tugas penting yang harus diperhatikan pemerintah jika rencana pembangunan PLTN ingin direalisasikan.
PLTN menawarkan potensi besar dalam mengatasi krisis energi. Namun, pengadaannya memerlukan persiapan yang matang di berbagai aspek. Pemerintah dan instansi terkait perlu mempertimbangkan respon masyarakat, teknologi yang digunakan, standar keamanan, serta dampak sosial dan lingkungan untuk memastikan keberlanjutan proyek ini. Dengan begitu barulah kita siap dengan kehadiran PLTN.
#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan
Editor: Aghnia Tazqiah
Referensi
- Apa itu PLTN, Kelebihan PLTN, dan Bagaimana Cara Kerjanya?
- Mengapa Indonesia Tidak Menjadikan Energi Nuklir Sebagai Alternatif Energi Kotor
- 10 Reasons to Oppose Nuclear Energy | Green America
- BRIN Ungkap PLTN di Indonesia Dibangun 2030-an
- Menuju PLTN Pertama di Indonesia, Ada Sejarah Panjang Perkembangannya
- BRIN Sebut PLTN Pertama Indonesia Dibangun 2030