
Resume :
- Proyek-proyek utama tersebut mencakup Kwala Sawit: 1 MW (O&M), Pagar Merbau: 1 MW (O&M) PLTBg, Sei Mangkei: 2,4 MW
- Sampai tahun 2029, Pertamina NRE berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi hidrogen menjadi 77,1 kiloton per tahun, kapasitas produksi baterai menjadi 51,5 GWh, dan kapasitas pembangkit listrik geothermal mencapai 1,4 GW.
- Sementara itu, pemerintah menetapkan target komposisi EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025. Pencapaian EBT di tahun 2023 baru mencapai 13,09 persen.
PT Pertamina Energi Baru dan Terbarukan (NRE), subholding PT Pertamina (Persero), saat ini mengutamakan pengolahan limbah kelapa sawit menjadi energi bersih. CEO Pertamina NRE, John Eusebius Iwan Anis, mengungkapkan bahwa biomassa dari limbah kelapa sawit, khususnya yang terdapat di daerah Sei Mangkei, Sumatera Utara, memiliki potensi yang signifikan untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi.
“Kemudian untuk biomassa, menarik juga, ini ada di Sumatera Utara, terutama salah satunya di Semangke yang cukup menarik. Karena ini kan dari waste-nya si kelapa sawit yang kita jadikan energi,” ujar John pada acara Media Briefing Pertamina NRE, Jakarta, Kamis 13 Maret 2025.
Proyek Biomasa Pertamina
Pertamina NRE telah menjalankan sejumlah proyek biomassa dan biogas dengan kapasitas total mencapai 4,4 Mega Watt (MW). Proyek-proyek utama tersebut mencakup:
- Kwala Sawit: 1 MW (O&M)
- Pagar Merbau: 1 MW (O&M) PLTBg
- Sei Mangkei: 2,4 MW
Proyek ini merupakan bukti nyata tentang bagaimana limbah sawit yang umumnya terbuang bisa diubah menjadi energi bersih yang ramah lingkungan. Dengan kapasitas itu, energi yang dihasilkan tidak hanya memenuhi kebutuhan listrik lokal, tetapi juga mendukung upaya nasional menuju energi ramah lingkungan.
Perdagangan Karbon: Strategi Penting Menuju NZE 2060

Selain memaksimalkan biomassa, Pertamina NRE juga sedang memperkuat perdagangan karbon. Sejak memulai perdagangan karbon pada tahun 2023, perusahaan ini berusaha untuk mengoptimalkan penggunaan kredit karbon dari proyek-proyek energi terbarukan lainnya, seperti geothermal, Solar PV, dan Biomassa.
Baca Juga :
- Bedah Peran Sertifikasi dalam Bisnis Berkelanjutan di Webinar Green Skilling bersama LindungiHutan
- Sumber Daya Biomassa, Bisa Didapat dari Mana Saja?
Melalui strategi ini, Pertamina NRE dapat menjual kredit karbon kepada perusahaan yang ingin menyeimbangkan emisi mereka. Langkah ini tidak hanya berkontribusi pada penyeimbangan emisi nasional, tetapi juga mendorong investasi di bidang energi hijau, sejalan dengan tujuan Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
“Kami ingin berkontribusi dalam pengurangan emisi dengan memanfaatkan potensi besar Indonesia dalam energi bersih serta memastikan ekosistem perdagangan karbon yang transparan dan berkelanjutan,” imbuh John.

Target Kapasitas Energi Bersih 6 GW Tahun 2029
PT Pertamina Energi Baru & Terbarukan (Pertamina NRE) menargetkan kapasitas terpasang pembangkit listrik yang berbasis energi bersih mencapai 6 gigawatt (GW) pada tahun 2029, dua kali lipat dari kapasitas sekarang.
Direktur Manajemen Risiko Pertamina NRE, Lin Febrian, dalam suatu diskusi di Jakarta pada hari Selasa (20/8/2024), menyatakan bahwa Pertamina NRE menargetkan pendapatan usaha sebesar 2,1 miliar dolar AS, meningkat lima kali dibandingkan dengan pendapatan saat ini.
Investasi ini ditujukan untuk mencapai pertumbuhan bisnis rendah emisi Pertamina serta mendukung sasaran net zero emission Indonesia pada tahun 2060. Terdapat 4 target ambisius Pertamina hingga tahun 2029 untuk mendukung ini, yaitu 60 juta kilo liter (KL) penjualan biofuel, 5,5 KL produksi petrokimia, kapasitas terpasang geotermal 1,4 gigawatt (GW), dan pengurangan emisi setara CO2 sebesar 1,5 juta ton melalui CCS/CCUS.
Target 6 GW tersebut akan disumbangkan untuk pengembangan produksi berbagai sumber energi bersih, termasuk hidrogen, geotermal, gas, surya, angin, dan biomassa.
Sampai tahun 2029, Pertamina NRE berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi hidrogen menjadi 77,1 kiloton per tahun, kapasitas produksi baterai menjadi 51,5 GWh, dan kapasitas pembangkit listrik geothermal mencapai 1,4 GW.
Di samping itu, perusahaan menargetkan produksi listrik dari sumber energi gas mencapai 3,8 GW, solar 1,3 GW, angin 58 megawatt (MW), biomassa 33 MW, serta bioethanol 840.000 kiloliter, dan penjualan kredit karbon yang meningkat hingga 19,2 juta ton setara CO2 pada tahun 2029.
Lin mengakui bahwa masih terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam pengembangan energi bersih terbarukan (EBT) di Indonesia, diantaranya akses pendanaan, pengembangan teknologi, pendanaan awal, peningkatan kapasitas dan kemampuan perusahaan dalam menjalankan bisnis EBT, serta regulasi yang mendukung.
Baca Juga :
- Cara Pertandingan Sepak Bola Tetap Bersih Karbon
- Mengintip Besarnya Jejak Karbon Sepak Bola: Seberapa Parah Dampaknya?
“Inisiasi ini membutuhkan sumber daya yang besar. Selain itu, beberapa bisnis EBT yang ada saat ini masih dalam tahap awal pengembangan dan menghadapi tantangan dalam menciptakan demand,” ujarnya.
Usaha untuk memajukan EBT di Indonesia mengalami kendala karena sampai kini belum ada undang-undang khusus yang mengatur pengembangan energi terbarukan. Sementara itu, pemerintah menetapkan target komposisi EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025. Pencapaian EBT di tahun 2023 baru mencapai 13,09 persen.
Meskipun demikian, pemerintah saat ini sedang giat membahas dan merancang Rancangan Undang-Undang (RUU) Energi Baru dan Energi Terbarukan bersama DPR, yang diharapkan bisa menjadi regulasi yang menyeluruh untuk menciptakan iklim pengembangan energi EBT yang berkelanjutan dan adil.
#zonaebt #EBTHeroes #Serbaterbarukan
Editor: Tri Indah Lestari
Referensi :
[1] Pertamina NRE Optimalkan Energi Hijau dari Limbah Sawit: Biomassa di Sei Mangkei Sumatera Utara
[2] Pertamina NRE targetkan kapasitas energi bersih 6 GW pada 2029
[3] Pertamina Gelontorkan USD 5,7 Miliar Untuk Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan