
- FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian) dan IEA (Badan Energi Internasional) mendeskripsikan pertanian energi sebagai strategi yang memanfaatkan sumber daya pertanian, seperti biomassa, bioenergi, dan teknologi energi terbarukan, dalam rangka memproduksi energi berkelanjutan sambil mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
- Tren terbaru dalam pengembangan biomassa menekankan pemanfaatan limbah pertanian seperti jerami padi, tongkol jagung serta sisa kopi.
- Program pasar kredit karbon diberikan sebagai bentuk dukungan dari pemerintah serta organisasi internasional, seperti Food and Agriculture Organization (FAO) dan Agenzia Italiana per la Cooperazione allo Sviluppo (AICS).
- Tahun 2025, kebutuhan biomassa secara nasional oleh PLTU meningkat menjadi 10,2 juta ton, hampir empat kali lipat dari kenaikan tahun lalu di Banyumas.
Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia
Pertanian energi yang didasarkan pada biomassa kian menjadi fokus utama dalam kemajuan energi berkelanjutan di berbagai negara di kawasan Asia Pasifik. Sebagai elemen dari energi terbarukan, biomassa pertanian dianggap sebagai solusi untuk menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil sekaligus strategi mitigasi perubahan iklim yang dapat mendorong pembangunan pedesaan yang inklusif.
Ide ini berlandaskan ekonomi sirkular, di mana limbah dari sektor pertanian, industri, dan perkotaan digunakan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan serta bernilai ekonomis.
FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian) dan IEA (Badan Energi Internasional) mendeskripsikan pertanian energi sebagai strategi yang memanfaatkan sumber daya pertanian, seperti biomassa, bioenergi, dan teknologi energi terbarukan, dalam rangka memproduksi energi berkelanjutan sambil mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Dengan memproduksi biofuel, biogas, dan biomassa, pertanian energi tidak hanya membantu keberlanjutan lingkungan namun juga menawarkan variasi pendapatan untuk para petani.
Berbagai contoh inovatif di daerah ini semakin menegaskan kapasitas biomassa sebagai elemen krusial dalam peralihan energi. Di Filipina, limbah jagung diolah untuk memproduksi bioetanol dan biogas yang mendukung pemenuhan kebutuhan energi setempat.
Baca Juga :
- Peralihan Energi dengan Penanaman Pohon Biomassa di Indonesia
- Bedah Peran Sertifikasi dalam Bisnis Berkelanjutan di Webinar Green Skilling bersama LindungiHutan
Di Vietnam, sekam padi telah digunakan untuk memproduksi listrik dan sebagai sumber bahan bakar alternatif yang berbiaya rendah. Sama halnya seperti di Indonesia, limbah pertanian berupa jerami di sawah pasca panen umumnya tumpukkan sekam padi dari sisa penggilingan dan terbengkalai di tepi-tepi sawah hampir di seluruh daerah penghasil padi. Petani hanya membiarkan sisa-sisa panen mereka, kadang-kadang juga membakarnya sehingga menciptakan polusi udara. Begitu juga, tanaman indigofera dimanfaatkan untuk produksi bioenergi dan pakan ternak, menciptakan nilai tambah dari sektor pertanian.
Sejauh ini, sekam tercatat memiliki beragam potensi pemanfaatan, antara lain sekam basah digunakan sebagai bahan bakar kompor rumah tangga pedesaan, pengembangan briket arang sekam hingga produksi biopelet (meliputi langkah-langkah pembuatan, proses formulasi, analisis pembakaran CO) bahkan turut digunakan dalam pengembangan prototipe alat pemanas berbahan bakar biopelet, evaluasi performa alat pemanas di lokasi UMKM, pengembangan model jalur produksi biopelet skala UMKM hingga potensi biopelet sebagai sumber energi alternatif.
Perihal Pengembangan Energi Biomassa
Pengembangan energi biomassa membantu mengurangi emisi karbon sekaligus menciptakan peluang ekonomi bagi komunitas pedesaan. Di Indonesia, pembangkit energi milik perusahaan listrik negara mengembangkan ekosistem biomassa sebagai bahan baku alternatif pengganti batu bara melalui program co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Tujuan pendekatan ini guna meraih target Emisi Nol Bersih (NZE) pada tahun 2060 dan memberdayakan komunitas lokal sebagai mitra dalam pengelolaan biomassa. Dukungan kebijakan strategis, pendanaan berbasis karbon, dan kerjasama antar negara menjadi faktor utama dalam mempercepat pengembangan energi biomassa. Keterlibatan petani, koperasi, dan sektor swasta sangat krusial agar keuntungan dari energi biomassa dapat dinikmati secara luas.
Tren terbaru dalam pengembangan biomassa menekankan pemanfaatan limbah pertanian seperti jerami padi, tongkol jagung serta sisa kopi. Dukungan yang diperoleh dari pemerintah serta organisasi internasional, seperti Food and Agriculture Organization (FAO) dan Agenzia Italiana per la Cooperazione allo Sviluppo (AICS), diberikan melalui program pasar kredit karbon. Pendekatan ini memperkuat kerangka kebijakan untuk pengelolaan biomassa yang berkelanjutan, mengurangi emisi gas rumah kaca, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan di negara berkembang.

Investasi pada teknologi canggih, seperti pirolisis, gasifikasi, dan konversi termal, mendukung produksi biochar, bio-oil, dan gas sintetis dengan nilai ekonomi yang tinggi. Sebagai contoh, biochar dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan lahan, bio-oil berfungsi sebagai bahan bakar alternatif, dan gas sintetis menggantikan bahan bakar fosil.
Teknologi pengolahan biomassa mengalami perkembangan yang substansial. Proses pirolisis, gasifikasi, dan konversi termal lainnya menghasilkan gas sintetis, bio-oil, serta biochar. Barang ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta manfaat lingkungan yang signifikan. Kerja sama regional dan internasional di antara anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) dan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) semakin diperkuat. Negara-negara saling bertukar praktik unggulan dan teknologi pengelolaan biomassa, mendukung pengelolaan yang lebih efisien serta ramah lingkungan.

BUMDes di Banyumas
Sementara di Banyumas, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berkah Mandiri Lumbir, Desa Lumbir, berkolaborasi dengan PT Sinar Energi Utama (SEU) untuk pengembangan ekosistem industri biomassa. Ekosistem industri biomassa ini diharapkan dapat mendukung inisiatif pemerintah Republik Indonesia, yaitu swasembada energi dan swasembada pangan. RRI melaporkan bahwa Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Wamendes PDT) Ariza Patria menghadiri kolaborasi di Desa Lumbir, Kabupaten Banyumas, pada Senin silam (17/02/2025).
Lebih lanjut, Ariza Patria menyatakan, saat ini permintaan pasokan biomassa untuk PLTU sangat besar. Pada tahun 2024, sasaran kebutuhan biomassa ditetapkan sebesar 2,83 juta ton, tetapi realisasinya hingga akhir Oktober 2024 hanya sebesar 1,49 juta ton atau 60% dari sasaran.
Sementara itu, untuk tahun 2025, kebutuhan biomassa secara nasional oleh PLTU meningkat menjadi 10,2 juta ton, hampir empat kali lipat dari kenaikan tahun lalu.
Industri biomassa bertujuan untuk menghasilkan energi baru dan terbarukan, sekaligus mendorong terbentuknya rantai pasok baru yang dapat menyerap tenaga kerja setempat, meningkatkan nilai tambah dari produk pertanian, dan memperkuat ketahanan pangan baik di tingkat lokal maupun nasional. Serta melibatkan 301 desa di Banyumas yang memiliki potensi serupa.
#zonaebt #EBTHeroes #Serbaterbarukan
Editor: Tri Indah Lestari
Baca Juga :
- Verde Two Menjadi Kompleks Hunian Tinggi Pertama di Indonesia yang Meraih Sertifikasi EDGE Zero Carbon
- Sumber Daya Biomassa, Bisa Didapat dari Mana Saja?
Referensi :
[1] Pertanian Energi Biomassa dan Strategi Kedepan
[2] Teknologi Peletisasi Sekam Berpotensi sebagai Solusi Penanganan Limbah di Indonesia
[3] Dukung Kemandirian Energi, BUMDes di Banyumas Kembangkan Industri Biomassa
1 Comment