Indonesia Sejahtera: Listrik Murah dari Pembangkit Nuklir Mandiri

Ilustasi PLTN sebagai energi hijau terbarukan di masa depan. Sumber: sampaijauh.com
  • Percepatan pembangunan PLTN di Indonesia dilakukan sebagai upaya bauran energi baru terbarukan (EBT) dan gerakan netral karbon (net zero emission) 2060.
  • Listrik yang dihasilkan dari PLTN lebih besar dibandingkan listrik dari PLTU sehingga dapat menyejahterakan rakyat melalui program listrik murah nasional.
  • Tantangan transisi energi dan realisasi pembangunan PLTN masih terganjal SDM dan asumsi masyarakat (nuclearophobia).

Pernahkah Sobat EBT Heroes membayangkan jika nuklir mampu mendominasi pasokan listrik nasional? Tantangan suplai listrik yang rendah karbon saat ini mendorong inovasi penggunaan nuklir sebagai alternatif energi masa depan ramah lingkungan. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan energi berbasis nuklir diperlukan sebagai variasi dan penyeimbang pemanfaatan potensi sumber daya alam di Indonesia.

Melalui pembangunan PLTN mandiri skala nasional, diharapkan kestabilan pasokan listrik di seluruh daerah dapat terjaga ketersediaannya. Terlebih akses listrik di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) dapat menimbulkan kesenjangan antar wilayah di Indonesia. Perwujudan hak rakyat atas energi yang berkualitas dan terjangkau dapat berupa pemerataan akses listrik dengan harga ekonomis. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah secara menyeluruh.

Baca juga



Transformasi Nuklir untuk Kesejahteraan Nasional

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Sumber: pahamify.com

Dalam COP26 (Conference of the Parties) yang diselenggarakan 2021 lalu di Glasgow, energi nuklir mulai menjadi perhatian khusus untuk mengatasi permasalahan iklim global. Padahal selama lebih dari 2 dekade, topik energi nuklir tidak termasuk dalam agenda konferensi perubahan iklim PBB. Hal ini menunjukkan bahwa stigma pemanfaatan nuklir untuk menghadapi urgensi krisis iklim dan sebagai upaya transisi energi bebas karbon berdaya besar mulai diakui walaupun masih menyisakan trauma terhadap terulangnya tragedi Chernobyl dan Fukushima.

Pada konferensi tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan Indonesia akan mempersiapkan kesepakatan Paris Agreement melalui tindak lanjut kepada perusahaan di BUMN mengenai peralihan dari energi fosil. Skema tranformasi energi menuju NZE ke depan akan berfokus pada pembangkit listrik energi terbarukan, dimana listrik menjadi pusat transisi tersebut. Pemerintah menargetkan pemberhentian operasi pembangkit listrik yang bersumber dari batu bara secara bertahap dengan memaksimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) khususnya nuklir dengan kapasitas hingga mencapai 35 Giga Watt (GW) di 2060.

Dilansir dari brin.go.id, terdapat beberapa fokus perhatian upaya transisi menuju energi terbarukan dan nuklir berupa aspek Trilemma Energy. Aspek tersebut terdiri atas energy security (keamanan pasokan energi dan ketahanan dari goncangan di pasar energi global), energy equity (akses yang universal dengan harga yang terjangkau), dan environmental sustainability (memanfaatkan energi bersih dan berkelanjutan). Keberhasilan pemanfaatan nuklir sebagai energi alternatif dapat merepresentasikan kemandirian, kesejahteraan, dan ketahanan energi nasional dimata dunia.

Listrik Murah dari Nuklir

Ilustrasi tarif listrik Indonesia. Sumber: harapanrakyat.com

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat menghasilkan energi dalam jumlah besar yang tidak bergantung pada musim seperti sumber EBT lainnya. Misalnya saja PLTB yang bergantung pada kecepatan angin, PLTS yang bergantung pada intensitas matahari, dan lain sebagainya. PLTN juga tidak akan terpengaruh oleh fluktuasi harga bahan bakar. Potensi listrik yang dihasilkan dari pembangkit ini lebih besar dan mampu membuat harga listrik yang dihasilkan lebih ekonomis dari energi lainnya. Bahkan, satu unit PLTN mampu mengalirkan listrik hingga 1,6 juta rumah.

Dilansir dari CNBC Indonesia, harga listrik yang dihasilkan dari PLTN diklaim lebih murah dibandingkan harga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara. Menurut Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) periode 2012-2018, Djarot Sulistio Wisnubroto & kalkulasi bersama PT PLN (Persero), harga listrik dari PLTN bisa sekitar US$6-7 sen per kWh, lebih murah dibandingkan harga listrik dari PLTS yang mencapai US$8,5-10,15 sen per kWh tergantung kapasitas. Selain itu, usia PLTN lebih lama mencapai 60 hingga 80 tahun dibandingkan PLTU.

Baca juga



Tantangan dan Kesiapan Realisasi Pembangkit Nuklir Sebelum 2045

Ilustrasi rancangan desain PLTN dengan bahan bakar Thorium oleh Tim Inventhor ITS. Sumber: its.ac.id

Transisi fossil fuel-based energy menuju energi bersih ramah lingkungan seperti nuklir menjadi visi pemerintah guna mengendalikan perubahan iklim global. Selain itu, melalui pembangunan PLTN dapat meminimalisir terjadinya impor energi untuk kebutuhan pasokan listrik nasional maupun kebutuhan energi secara masif dan berkesinambungan pada industrialisasi Indonesia di masa depan. Namun, langkah Indonesia untuk ‘Go Nuklir’ dalam pemanfaatan energi listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir masih belum maksimal dibandingkan negara lainnya.

Ditinjau dari potensi daerah rawan gempa serta ketersediaan uranium dan thorium di Indonesia yang masih berupa cadangan (reserves) atau berupa potensi (resources) menjadi tantangan tersendiri untuk terhadap perolehan bahan baku pembangunan PLTN secara mandiri. Biaya investasi yang besar menjadi salah satu kendala untuk membangun pembangkit nuklir di Indonesia. Keterbatasan ruang dan kurangnya standar desain yang memadai juga menjadi indikator permasalahan transisi energi tersebut.

Selain itu, finansial yang rumit, pembangunan lama, dan stigma masyarakat terhadap nuklir turut menjadi pertimbangan khusus untuk membangun PLTN di Indonesia. Kesiapan dalam penanganan pembuangan limbah, aturan (regulasi), tanggung jawab, perencanaan biaya, kualitas SDM, dan badan pengawas independen tanpa campur tangan pemerintah dalam mengambil setiap keputusan turut diperlukan guna kelancaran proyek tersebut. Akibatnya, listrik murah untuk rakyat sejahtera dapat terjadi terealisasikan dengan baik.

Progres Proyek Pembangkit Nuklir Pertama Indonesia

Dua pembangkit listrik tepi pantai ThorCon 500 MW sebagai pemasok jaringan listrik. Sumber: thorconpower.com

Dilansir dari CNN Indonesia, Rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Indonesia berkapasitas 500 megawatt (TMRS500) akan dilakukan oleh PT ThorCon Power Indonesia (TPI). Investasi yang disiapkan perusahaan tersebut untuk membangun PLTN dengan reaktor thorium mencapai Rp.17 triliun. Rencananya, reaktor tersebut dibuat di atas galangan kapal Korea Selatan dan kapal reaktor yang sudah jadi akan berlabuh pada pelabuhan di Pulau Gelasa, Bangka Belitung.

Pada tahun 2019, PT PAL Indonesia telah menandatangani perjanjian dengan Thorcon International Pte Ltd guna studi pengembangan dan pembangunan PLTN. Selanjutnya, di tahun yang sama Kementerian Energi berhasil menyelesaikan studi tentang keselamatan, ekonomi, dan dampak jaringan dari prototipe ThorConIsle 500 MW. Fase pertama untuk membangun dan menguji setiap tahapan dan diakhiri dengan lisensi tipe pembangkit listrik masa depan. Fase 2 yaitu produksi galangan kapal dari pabrik ThorCon untuk menyediakan tenaga listrik tambahan 3 GW yang murah dan andal.

Pada Maret 2023, Nuclear Safety Senior Manager PT TPI menandatangani Perencanaan Konsultasi 3S dengan Direktur Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bapeten. Perusahaan juga menyampaikan dokumen High Level Safety Assessment (HLSA) yang disusun bersama konsultan engineering nuklir Spanyol Empresarios Agrupados (EA) dan Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (DTNTF) UGM. Berdasarkan hasil kajian dan kerangka regulasi, Bapeten menilai TMSR500 (desain konseptual) dirancang untuk dapat memitigasi kecelakaan Fukushima dan bahaya eksternal lainnya, serta bahaya eksternal tipikal Indonesia.

Bagaimana pendapat Sobat EBT Heroes setelah makin tahu Indonesia tentang potensi nuklir sebagai energi listrik? Meskipun banyak pro-kontra pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, inovasi pemanfaatan energi terbarukan tersebut perlu dilakukan guna menjaga keseimbangan sumber daya nasional. Dukungan masyarakat dan peran generasi muda sangat penting dalam kelancaran transisi energi tersebut.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor:  Gabriel Angeline Farenita Kusuma Putri

Referensi:

[1] Menggagas Energi Nuklir yang Mendukung Net Zero Emission Indonesia

[2] Indonesia Targetkan Pencapain Net-Zero Emission Pada 2060

[3] Harga Listrik Nuklir Bisa Lebih Murah dari Batu Bara, Serius?

[4] Pemerintah Ditantang Bangun PLTN Lebih Cepat Sebelum 2045 

[5] Kabar Terbaru Proyek Pembangkit Nuklir Pertama RI Senilai Rp17 T

[6] With cheap, reliable, CO2-free electric power, now

[7] Nuklir Dinilai Mahal untuk Listrik, Lihatlah Jepang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 Comment

  1. фамилия кудинова происхождение бородино, бородино читать 22 июня 2000 год день недели сонник если снится пшено
    астро астрология, астрологический сайт сотис