Mewujudkan Sektor Pertanian Rendah Karbon, Bagaimana Caranya?

Padi. Sumber: freepik.com
  • Pemerintah berupaya menerapkan sistem agrikultura yang lebih rendah karbon atau Low Carbon Agriculture.
  • Penerapan Low Carbon Agriculture dilatarbelakangi oleh penuturan dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) pada 2019, bahwa sektor pertanian menjadi penyumbang emisi karbon sebesar 2,23% per tahunnya. 
  • Karena pengaruhnya yang signifikan terhadap perubahan iklim, maka pemerintah Indonesia membentuk kebijakan nasional yang disebut sebagai Low Carbon Development Initiative.

Halo, Sobat EBT Heroes!

Di tengah kondisi iklim Indonesia yang akhir-akhir ini mulai kacau, jejak emisi karbon menjadi hal krusial yang perlu diperhatikan. Salah satunya disebabkan oleh prosedur dalam pertanian, yang berperan signifikan dalam pelepasan Gas Rumah Kaca (GRK), terutama unsur emisi karbon. Sebagai upaya penekanan jumlah karbon yang dilepaskan, maka pemerintah berupaya menerapkan sistem agrikultura yang lebih rendah karbon atau Low Carbon Agriculture.

Low Carbon Agriculture

Pertanian Rendah Karbon adalah metode pertanian modern yang berfokus pada pencegahan dan pengurangan dampak negatif dari perubahan iklim. Sistem tersebut dilakukan dengan menurunkan emisi dan meningkatkan penyerapan karbon lewat strategi pengelolaan yang lebih baik. Penerapan Low Carbon Agriculture dilatarbelakangi oleh penuturan dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) pada 2019, bahwa sektor pertanian menjadi penyumbang emisi karbon sebesar 2,23% per tahunnya. 

Karena pengaruhnya yang signifikan terhadap perubahan iklim, maka pemerintah Indonesia membentuk kebijakan nasional yang disebut sebagai Low Carbon Development Initiative. Dalam kebijakan tersebut, agrikultura menjadi skala prioritas nasional yang masuk dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) Tahun 2020-2024. Pada perencanaan tersebut, pemerintah memasang target untuk menurunkan tingkat emisi karbon dari sektor pertanian sebesar 58,3% di tahun 2024. 

Baca Juga



Aktivitas Pertanian dan Emisi Karbon

Aktivitas Pertanian. Sumber: freepik.com

Tahukah Sobat EBT Heroes? Ternyata, hampir seluruh aktivitas dalam sektor pertanian yang kita lihat selama ini berkontribusi besar dalam menghasilkan emisi karbon, lho! Apa saja itu?

  • Pengolahan Lahan

1. Pengolahan lahan dibagi menjadi tiga cara. Pertama, pembajakan lahan yang dilakukan menggunakan mesin. Karena masih berbahan bakar fosil, gas buang dari mesin tersebut mengandung banyak emisi karbon. 

2. Residu yang terkandung dalam jerami. Sisa-sisa pemotongan pada saat panen yang mengalami pembusukan mengalami zat tertentu yang dapat membuat emisi CO2 meningkat. 

3. Residu pada pupuk kandang. Sebaiknya pupuk kandang digunakan setelah melalui proses pengolahan. Jika memakai pupuk kandang yang belum diolah, emisi CO2 di udara akan meningkat karena pupuk tersebut masih mengandung gas metana yang tinggi. 

  • Pemeliharaan Lahan

1. Terdapat tiga cara yang dilakukan dalam melakukan pemeliharaan lahan. Pertama, pemupukan urea. Pupuk urea merupakan pupuk yang dibuat dengan menggabungkan reaksi zat amoniak (NH3) dan karbon dioksida (CO2). Dilansir dalam National Geographic (2023), baik penggunaan pupuk organik maupun sintetis mengeluarkan 2,6 Gigaton karbon per tahunnya. Dengan kata lain, pupuk urea pun tidak terkecuali. 

2. Pengairan lahan pertanian. Ada dua penyebab, yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna ketika mengaktifkan mesin pompa air dan proses penggenangan yang dipengaruhi oleh seberapa lama tanah menggenang dan pola penggenangan. 

  • Pemanenan

Dengan teknologi yang kian canggih dan modern, kini proses pemanenan tidak dilakukan secara manual, melainkan mengandalkan mesin penggiling. Hampir sebagian besar mesin memerlukan bahan bakar fosil untuk menjalankannya sehingga turut menyumbang jumlah emisi karbon di udara.  

Baca Juga



Strategi Menuju Pertanian Rendah Karbon

Menuju Pertanian Lebih Rendah Karbon. Sumber: freepik.com

Ada sejumlah strategi yang dapat diterapkan sebagai upaya untuk mencapai Low Carbon Agriculture atau Pertanian Rendah Karbon. 

1. Mengimplementasikan usaha tani terintegrasi, yaitu dengan berkolaborasi bersama sektor komoditas lainnya. Contohnya seperti integrasi usaha pertanian dan peternakan, usaha tanaman dan perikanan, maupun usaha perkebunan dan peternakan. Tidak hanya itu, dalam melaksanakan strategi ini, transisi penggunaan teknologi yang lebih efisien dalam proses budidaya juga perlu diperhatikan. Dengan begitu, tingkat efisiensi lebih meningkat, biaya produksi lebih hemat, dan produktivitas menjadi lebih tinggi. 

Usaha tani terintegrasi dengan teknologi tersebut telah dijalankan oleh Pesantren Al-Ittifaq di daerah Lembang, Kabupaten Bandung. Mereka menerapkan integrasi antara sektor sayuran, peternakan, dan perikanan. Limbah yang dihasilkan dari penanaman sayur-mayur dialih-fungsikan menjadi pakan ternak dan ikan. Sebaliknya, kotoran yang dihasilkan dari hewan-hewan ternak digunakan sebagai pupuk tanaman dan kolam ikan. Bergabungnya ketiga komoditas tersebut membentuk hubungan simbiosis mutualisme di setiap prosedurnya sehingga biaya produksi pun semakin hemat. 

2. Sekuestrasi karbon organik tanah atau Soil Organic Carbon dinilai sebagai langkah untuk menyimpan emisi karbon di dalam tanah. Hal ini bertujuan supaya jumlah karbon yang ada di atmosfer berkurang dan pertumbuhan dampak negatif dari perubahan iklim dapat ditekan. Selain itu, Soil Organic Carbon juga bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas lahan untuk produksi serta ketahanan bahan pangan. Soil Organic Carbon dapat disimpan dalam dua tempat, yaitu biomassa yang dihasilkan oleh mikroba tanah dan sisa-sisa tanaman yang terurai dengan mudah. 

Selain kedua cara tersebut, hal-hal lain yang bisa dilakukan adalah pemupukan dengan dosis dan waktu yang tepat, perbaikan rotasi kandungan nitrogen, dan perbaikan manajemen pengairan supaya lebih efisien.  

Itu dia faktor penyebab emisi karbon pada pertanian dan strategi mengatasinya. Sebagai komoditas yang paling krusial dalam kehidupan manusia, sistem pertanian yang lebih rendah karbon perlu diterapkan secara masif sehingga baik manusia maupun bumi dapat terhindar dari efek yang dihasilkan oleh tingkat emisi karbon yang tinggi. 

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Adhira Kurnia Adhwa

Referensi:

[1] Adetama, D. S., Fauzi, A., Juanda, B., & Hakim, D. B. 2023. Evaluasi Pembangunan Berkelanjutan dengan Rendah Karbon pada Sektor Pertanian Padi. TATALOKA, 25(1), 50-69.

[2] Menekan Emisi Karbon di Sektor Pertanian

[3] Pertanian Rendah Karbon (Low Carbon Agriculture)

[4] Melebihi Industri Penerbangan, Pupuk Menyumbang 5 Persen Emisi Karbon

[5] Siringoringo, H. H. 2014. Peranan Penting Pengelolaan Penyerapan Karbon Dalam Tanah. Jurnal analisis kebijakan kehutanan, 29285.

[6] Bahaya Pupuk Kandang yang Belum Matang Bagian 1

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 Comment