Tiga Prinsip Ekonomi Sirkular

Tiga prinsip ekonomi sirkular. Sumber: ellenmacarthurfoundation.org
  • Merancang Limbah dan Polusi: Prinsip utama ekonomi sirkular adalah menghilangkan limbah dan polusi sejak tahap desain. Contohnya adalah Ecovative Design yang menggunakan serat miselium sebagai alternatif ramah lingkungan untuk styrofoam dalam pengemasan.
  • Memperpanjang Masa Pakai Produk: Perusahaan seperti HIUT Denim dan Patagonia menerapkan kebijakan perbaikan produk untuk memperpanjang masa pakai barang, mengurangi limbah, dan mendukung keberlanjutan.
  • Meregenerasi Sistem Alam: Ekonomi sirkular menekankan regenerasi ekosistem dengan memanfaatkan pendekatan alami seperti pertanian regeneratif. Contohnya, petani di Jepang menggunakan praktik tanpa pestisida dan pupuk, mengandalkan ekosistem seperti bebek untuk mengendalikan hama dan menyediakan nutrisi alami bagi tanah.

Hai, Sobat EBT Heroes! Kali ini kita akan membahas topik menarik tentang tiga prinsip utama ekonomi sirkular yang bisa menjadi solusi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Mulai dari merancang produk tanpa limbah, menjaga bahan tetap digunakan lebih lama, hingga meregenerasi sistem alam, prinsip-prinsip ini menawarkan cara cerdas untuk menjaga lingkungan sekaligus menciptakan dampak positif bagi kehidupan kita.

Prinsip Nomor 1: Merancang Produk Tanpa Limbah dan Polusi

Kemasan Pelindung 100% Alami. Sumber: grown.bio

Prinsip utama dari ekonomi sirkular adalah merancang produk tanpa limbah dan polusi. Ini langkah awal yang esensial karena sebagian besar masalah limbah dan polusi dapat dicegah melalui desain produk yang cermat. Bagi para insinyur dan teknisi, tahap desain menjadi momen penting untuk menciptakan solusi yang efisien sekaligus ramah lingkungan.

Prinsip pertama ini bertujuan untuk memastikan bahwa limbah dan polusi tidak terjadi sejak awal. Pendekatan ini mengharuskan kita untuk mempertimbangkan dampak lingkungan di setiap tahap siklus hidup produk, mulai dari pemilihan bahan hingga cara produk tersebut digunakan dan akhirnya dibuang.

Salah satu contoh inovatif yang menerapkan prinsip ini adalah Ecovative Design, sebuah perusahaan yang menggunakan serat miselium (akar jamur) sebagai alternatif untuk styrofoam dalam pengemasan. Menurut Eben Beyer, CEO Ecovative Design, bahan berbasis miselium memiliki performa yang mirip dengan plastik selama penggunaannya, tetapi sepenuhnya terbuat dari limbah tanaman dan dapat terurai secara alami di akhir masa pakainya.

Keunggulan utama dari teknologi Ecovative meliputi:

  • Dapat Dikomposkan Secara Alami: Kemasan berbasis miselium dapat terurai sepenuhnya dalam waktu 30 hari ketika dibuang ke tanah, menjadikannya pupuk alami.
  • Bahan Alami: Terbuat dari campuran rami, miselium, dan air, tanpa bahan kimia berbahaya.
  • Ramah Mikroba: Disukai oleh mikroba tanah, yang mempercepat proses dekomposisi.

Paradise Packaging, salah satu perusahaan yang melisensikan teknologi ini, memproduksi kemasan jamur 100% dapat dikomposkan. Inovasi ini menunjukkan bagaimana prinsip pertama ekonomi sirkular dapat diterapkan untuk menggantikan material yang sulit terurai seperti styrofoam, sekaligus menciptakan dampak positif bagi lingkungan.

Prinsip ini membuktikan bahwa dengan desain yang tepat, limbah dan polusi bukanlah keniscayaan. Melalui pendekatan ini, kita dapat menghemat biaya, mengurangi jejak lingkungan, dan menciptakan produk yang lebih berkelanjutan.

Prinsip Nomor 2: Menjaga Bahan dan Produk Tetap Digunakan

Tempat produksi HIUT DENIM. Sumber: hiutdenim.co.uk

Prinsip kedua dari ekonomi sirkular adalah menjaga bahan dan produk tetap digunakan. Hal ini mengarah pada konsep produk yang lebih baik, yang dirancang untuk bertahan lebih lama. Jika produk mengalami kerusakan, prinsip ini menekankan pada perbaikan untuk memastikan produk tetap digunakan lebih lama, daripada membuangnya dan menggantikannya dengan yang baru. Ini adalah konsep yang telah diterapkan dengan sukses oleh HIUT DENIM Company, sebuah perusahaan jeans yang berlokasi di Cardigan, Wales.

HIUT DENIM Company merupakan contoh yang menarik tentang bagaimana menjaga bahan dan produk tetap digunakan dapat menciptakan dampak yang positif. Dahulu, di Cardigan terdapat pabrik jeans yang mempekerjakan sekitar 400 orang. Namun, dengan perpindahan industri pakaian ke Asia, pabrik tersebut akhirnya tutup, meninggalkan banyak pekerja tanpa pekerjaan. David dan Clair, dua pengusaha lokal, melihat peluang ini dan memutuskan untuk membeli kembali pabrik lama tersebut, mempekerjakan sebagian karyawan lama, dan membangun kembali industri jeans di wilayah tersebut.

Namun, kali ini mereka memutuskan untuk menggunakan strategi yang berbeda. Alih-alih berfokus pada volume produksi dan harga murah untuk bersaing dengan tenaga kerja berbiaya rendah dari luar negeri, mereka memutuskan untuk membuat jeans berkualitas tinggi. Produk mereka bukanlah jeans yang paling banyak diproduksi, tetapi jeans yang bertahan lama, dibuat oleh pengrajin yang terampil. Meskipun harga jeans mereka lebih tinggi dibandingkan dengan produk lainnya di pasaran, popularitas mereka meningkat, terutama setelah Meghan Markle mengenakan sepasang jeans dari HIUT.

Baca Juga



Salah satu aspek menarik dari model bisnis HIUT adalah program perbaikan gratis. Mereka menawarkan perbaikan gratis untuk jeans yang sudah mengalami keausan, menjadikan produk tersebut lebih tahan lama. Ketika kalian membeli sepasang jeans dari HIUT, tidak hanya membeli barang baru, tetapi juga membeli janji bahwa jika jeans kalian rusak, mereka akan memperbaikinya tanpa biaya tambahan. Ini adalah contoh bagaimana prinsip ekonomi sirkular diterapkan dalam dunia nyata, dengan fokus pada keberlanjutan dan mengurangi pemborosan.

Kebanyakan pengecer, terutama dalam industri fast fashion, mendorong konsumen untuk membeli barang baru begitu produk mereka rusak atau ketinggalan zaman. Namun, HIUT mengambil pendekatan yang sangat berbeda. Mereka ingin produk mereka digunakan lebih lama, dan jika rusak, mereka akan diperbaiki dan dipakai lebih lama. Dengan cara ini, mereka mengurangi kebutuhan untuk memproduksi lebih banyak jeans, menghindari penanaman kapas baru yang memerlukan sumber daya besar.

HIUT DENIM mungkin belum mempekerjakan kembali seluruh 400 karyawan pabrik sebelumnya, tetapi mereka telah memulai langkah positif dengan mempekerjakan beberapa dari mereka. Cardigan, yang dulu kehilangan industri manufaktur, kini kembali menjadi pusat pembuatan jeans berkualitas tinggi. Dengan menjaga produk agar tetap digunakan lebih lama, HIUT tidak hanya membantu mengurangi limbah tetapi juga menghidupkan kembali industri lokal.

Prinsip kedua ini, yang berfokus pada perpanjangan umur produk, adalah kunci dari ekonomi sirkular. Ini bukan hanya tentang menghindari pemborosan, tetapi juga menciptakan nilai jangka panjang dari produk yang sudah ada. Dengan merancang produk yang lebih tahan lama dan mudah diperbaiki, kita bisa mengurangi kebutuhan akan bahan baru dan mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pembuangan produk. Ini adalah langkah besar menuju keberlanjutan, baik untuk perusahaan maupun untuk planet kita.

Prinsip Nomor 3: Meregenerasi Sistem Alam

Prinsip ketiga dari ekonomi sirkular adalah regenerasi sistem alam. Konsep ini lebih dari sekadar menjaga kelestarian alam, tetapi juga mengembalikan dan memanfaatkan sistem ekologi secara alami untuk menciptakan manfaat jangka panjang. Sebagai contoh menarik, mari kita bahas praktik pertanian yang diterapkan oleh Takoa Faruno, seorang petani di Jepang yang mengelola pertanian seluas enam hektar.

Praktik Pertanian Regeneratif

Bebek dilepas pada sawah di Bali untuk mencari serangga dan gulma. Sumber: greenagenda.org.au

Meskipun enam hektar adalah area yang relatif kecil untuk pertanian padi, Takoa Faruno berhasil menghasilkan pendapatan yang sama dengan petani padi komersial yang mengelola 600 hektar. Kunci keberhasilan Faruno terletak pada penggunaan praktik pertanian restoratif dan regeneratif, yang memanfaatkan sistem alam untuk mengelola pertanian, tanpa menggunakan pestisida atau pupuk kimia. Faruno mengandalkan ekosistem alami untuk menghasilkan beras berkualitas tinggi yang bebas bahan kimia, yang juga mampu memperoleh harga premium karena bebas dari kontaminasi kimia.

Tidak hanya itu, Faruno mampu menghemat pengeluaran untuk bahan kimia yang biasanya dibutuhkan dalam pertanian konvensional, seperti pestisida dan pupuk. Oleh karena itu, sebagian besar keuntungan yang dihasilkan bisa disimpan. Pendekatan regeneratif ini sangat berfokus pada penggunaan sumber daya alam yang ada, tanpa mengorbankannya atau merusaknya. Dengan cara ini, petani dapat menghasilkan produk yang berkelanjutan dan mendukung keberlanjutan alam.

Jika kita melihat contoh lainnya, kita bisa belajar dari pasangan yang tinggal di Los Angeles dan membeli sebuah pertanian kecil yang tidak terawat. Mereka memutuskan untuk menerapkan praktik pertanian regeneratif untuk menghidupkan kembali tanah yang telah terdegradasi. Salah satu masalah yang mereka hadapi adalah keberadaan siput yang mengganggu tanaman mereka. Namun, bukannya menggunakan bahan kimia berbahaya untuk mengatasi masalah tersebut, mereka menggunakan bebek untuk memakan siput-siput tersebut. Bebek yang dibawa ke ladang ternyata menjadi solusi alami untuk masalah siput, tanpa merusak lingkungan.

Pendekatan ini mengingatkan kita pada konsep bahwa sampah satu organisme bisa menjadi makanan bagi organisme lain, sebuah prinsip yang juga menjadi dasar dalam ekonomi sirkular. Konsep ini menunjukkan betapa alam dapat mendaur ulang dirinya sendiri, jika kita membiarkan proses tersebut terjadi secara alami, tanpa intervensi yang merusak.

Siklus Nutrisi Biologis dan Teknis

Konsep Cradle to Cradle oleh M. Braungart dan W. McDonough. Sumber: en.wikipedia.org

Dalam ekonomi sirkular, produk dan bahan dibagi menjadi dua kategori yang berbeda: siklus nutrisi biologis dan siklus nutrisi teknis. Produk dengan siklus nutrisi biologis terdiri dari unsur-unsur yang dapat terurai secara alami, seperti bahan organik yang dapat dikomposkan dan digunakan untuk menyuburkan tanah. Contohnya adalah kapas yang bisa digunakan dalam produk tekstil dan kemudian dikembalikan ke tanah sebagai kompos. Di sisi lain, siklus nutrisi teknis mencakup bahan-bahan yang dapat didaur ulang dan digunakan untuk membuat produk baru, seperti aluminium.

Prinsip ini sangat mirip dengan metodologi desain Cradle to Cradle (C2C), yang diperkenalkan oleh Michael Braungart, seorang ahli kimia, dan William McDonough, seorang arsitek. Dalam buku mereka yang berjudul Cradle to Cradle, mereka mengusulkan agar produk dirancang untuk bisa dibongkar dan dibagi menjadi dua kategori: nutrisi biologis dan teknis. Konsep ini melampaui prinsip daur ulang biasa dengan tujuan untuk menciptakan desain yang baik, yang bukan hanya mengurangi dampak buruk, tetapi meningkatkan siklus alam dan teknisnya.

Baca Juga



C2C adalah prinsip yang bertujuan untuk membuat produk yang tidak hanya mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas ekosistem yang ada. Prinsip ini menginspirasi perubahan cara berpikir kita dalam mendesain produk, dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua bahan dapat digunakan kembali atau dikembalikan ke alam tanpa menimbulkan kerusakan. Melalui konsep desain berkelanjutan, C2C membantu kita menciptakan dunia yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Ekonomi sirkular tidak hanya menawarkan solusi terhadap masalah lingkungan, tetapi juga membuka peluang untuk inovasi yang lebih besar dalam desain produk. Dengan menggabungkan prinsip-prinsip seperti merancang limbah dan polusi, menjaga bahan tetap digunakan, dan meregenerasi sistem alam, kita dapat menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan dan efisien. Sistem ekonomi yang memperhatikan regenerasi alam tidak hanya mendukung keberlanjutan, tetapi juga memberikan keuntungan ekonomis yang signifikan. Ellen MacArthur Foundation dan konsep Cradle to Cradle menjadi contoh nyata bagaimana ide-ide ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Adhira Kurnia Adhwa

Referensi:

[1] TOWARDS THE CIRCULAR ECONOMY

[2] What is a circular economy?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 Comment

  1. Your blog is a true hidden gem on the internet. Your thoughtful analysis and in-depth commentary set you apart from the crowd. Keep up the excellent work!