- Sekolah alam Al-Firdaus menggunakan sampah untuk membayar uang sekolah.
- Sekolah alam dibangun karena permasalahan lingkungan di daerah setempat.
- Tujuan sekolah alam ini untuk menanamkan peduli lingkungan sejak dini.
Apakah Sobat EBT Heroes sudah mengetahui bahwa di Indonesia ada sekolah yang menerima pembayaran dengan menggunakan sampah plastik? Sekolah tersebut dikenal sebagai Sekolah Alam Al-Firdaus yang terletak di Karawang, Jawa Barat. Konsep pendidikan di sekolah alam ini telah banyak diterapkan di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mengasah kecerdasan natural peserta didik. Dengan konsep belajar yang berbeda, diharapkan peserta didik dapat merasakan proses belajar yang menyenangkan, sebagaimana diterapkan di Sekolah Alam Al-Firdaus.
Awal Berdirinya Sekolah Alam Al-Firdaus
Sekolah Alam Al-Firdaus pertama kali didirikan oleh seorang pemuda daerah bernama Dave. Sekolah ini berangkat dari kekhawatiran Dave terhadap keadaan lingkungan di tempat tinggalnya, yaitu Kepulauan Aru. Masalah utama yang dihadapi di kepulauan Aru adalah pencemaran laut dan lingkungan akibat sampah plastik. Apalagi masyarakat setempat sangat bergantung pada laut sebagai sumber kehidupan dan menjadi jalur lalu lintas penghubung antarpulau. Selain itu, minimnya infrastruktur dan sistem pengelolaan sampah menjadi faktor tambahan yang memperburuk situasi ini.
Selain kondisi lingkungan, isu pendidikan juga memperkuat tekad Dave untuk mendirikan sekolah. Di daerahnya, banyak sekolah yang tidak menyediakan layanan pendidikan yang memadai, bahkan ada banyak anak setempat yang terpaksa putus sekolah. Dave merasa bahwa ini adalah hal yang sangat penting, sehingga dia rela meninggalkan pekerjaannya demi mendirikan sekolah alam di wilayah tersebut.
Dave mendirikan sekolah alam Al-Firdaus pada April 2018 dengan konsep sekolah alam pada umumnya, yaitu berfokus pada kegiatan outdoor dan berintegrasi dengan alam. Tentunya, perjuangan Dave untuk mewujudkan cita-citanya ini tidaklah mudah, loh, Sobat EBT Heroes. Pada awalnya, Dave hanya mengajar sendirian di sekolahnya, dan hanya ada enam siswa. Meskipun demikian, Dave tidak menyerah dan terus berjuang hingga saat ini, di mana banyak relawan pengajar telah bergabung dan jumlah siswa yang belajar di sekolah alam Al-Firdaus sudah mencapai puluhan.
Baca juga
- Antara Gunung, Sampah, dan Tanggung Jawab Kita Sebagai Pecinta Alam
- LindungiHutan dan Oriflame, Tanam Lebih dari 3.000 Pohon di 4 Lokasi Indonesia
Sekolah Alam Al-Firdaus: Bayar SPP Menggunakan Sampah?
Fokus utama di sekolah alam Al-Firdaus adalah alam dan masalah sampah. Seperti yang telah Sobat EBT Heroes baca sebelumnya, warga setempat menghadapi kesulitan ekonomi dalam membayar sekolah. Oleh karena itu, Dave telah membuat sekolah alam ini sedikit berbeda dengan sekolah alam pada umumnya, yaitu dengan menukarkan sampah sebagai alat pembayaran sekolah (SPP). Pada salah satu wawancara disebutkan bahwa sampah dikumpulkan dan diubah menjadi kerajinan yang kemudian memiliki nilai ekonomi dan hasilnya digunakan untuk membayar biaya sekolah.
Sistem pembayaran uang sekolah dengan menggunakan sampah ini, berlaku untuk semua siswa yang belajar di Al-Firdaus. Pengumpulan sampah dilakukan setiap bulan dengan mengelompokkan berdasarkan jenis sampah, misalnya sampah plastik, botol, kertas, kain, hingga sampah besi yang juga diterima di sekolah tersebut.
Tujuan dari sistem pembayaran menggunakan sampah ini adalah untuk mendidik anak-anak tentang kepedulian lingkungan sejak usia dini, dan juga untuk mengurangi volume sampah di kepulauan Aru. Namun, Sobat EBT Heroes perlu mengingat bahwa sistem ini tidak hanya berdampak pada anak-anak, melainkan terhadap orang tua siswa yang memiliki peran penting dalam mengumpulkan sampah dan menyetorkannya ke sekolah. Keren, kan?
Baca juga
- Perusahaan Singapura Gandeng LindungiHutan Lakukan Penghijauan di Indonesia
- Kampung Pemulung: Anugerah Terindah di Antara Tumpukan Sampah
Pembelajaran yang Menarik
Hal menarik yang perlu Sobat EBT Heroes ketahui tentang sekolah alam Al-Firdaus ini adalah kurikulum yang diterapkan oleh sekolah ini tidak kalah dengan sekolah umum lainnya meskipun mereka tampak sangat sederhana dan berfokus pada lingkungan. Sekolah ini menggunakan sistem pendidikan yang inklusif, mereka juga mempelajari Bahasa Inggris, kewirausahaan, public speaking, kelas inspirasi, dan pastinya pembelajaran mengenai lingkungan. Wah, sangat menarik bukan?
Selain itu, untuk mencapai visi mereka terhadap peduli lingkungan, mereka juga memiliki program-program terkait lingkungan seperti capacity-building, festival, dan pelatihan.
Menariknya lagi, di sekolah ini tidak hanya diajarkan teori saja, tetapi mereka juga melakukan praktik nyata dalam menjaga lingkungan. Misalnya, setiap hari mereka harus membawa botol minum dan tempat makan dari rumah untuk mengurangi produksi sampah lagi, sehingga hal inilah yang membuat lingkungan sekolah mereka tetap bersih.
Mereka juga diajarkan bagaimana cara untuk mendaur ulang sampah. Kerennya lagi, mereka diajarkan cara mengolah sampah organik untuk dijadikan sebagai pupuk tanaman, yang mana tanamannya mereka tanam sendiri di lingkungan sekolahnya.
Sobat EBT Heroes makin tahu Indonesia, kan, ternyata ada pembayaran SPP menggunakan sampah? Jadi, Sekolah Alam Al-Firdaus ini sungguh menarik, bukan? Penting untuk menanamkan cinta dan peduli terhadap lingkungan sejak usia dini. Melihat situasi lingkungan di Indonesia, tampaknya dibutuhkan lebih banyak sekolah yang mengadopsi pendekatan pembelajaran yang fokus pada lingkungan sekitar, seperti yang dilakukan oleh Sekolah Alam Al-Firdaus. Paling tidak, hal ini dapat membuka mata banyak orang terhadap pentingnya peduli terhadap lingkungan dan setidaknya dapat mengurangi volume serta produksi sampah.
#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes
Editor: Tika Sari Safitri
Referensi:
[1] Pertamina EP Berikan Bantuan untuk PAUD Alam Karawang
[2] Uang SPP Dibayar Pakai Sampah, Ini Dia Sosok Pendiri Sekolah Mimpi