SAMPAH PEMBUNGKUS PAKET NAIK SELAMA PANDEMI, SEBERAPA PARAH KAH?

  • 96% Paket belanja tersebut dibungkus dengan plastik yang tebal dan ditambahkan dengan bubble wrap, selotip, dan bungkus plastik. Bubble Wrap merupakan pembungkus berbahan plastik yang paling sering ditemukan. 
  • Tokopedia menghimbau masyarakat untuk menggunakan ulang kantong plastik atau kardus yang didapat saat memesan produk/paket di E-Commerce.

Saat Pandemi saat ini, pemerintah memberlakukan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menekan penyebaran dan penularan pandemi COVID-19. Penerapan PSBB dilakukan hampir seluruh wilayah Indonesia. PSBB sangat berdampak pada sektor ekonomi yang mengakibatkan sektor ekonomi menurun. 

Disisi lain, persentase belanja online dan pesan antar delivery di masyarakat semakin meningkat selama PSBB berlangsung. 

Seperti yang dialami, sebut saja Surti selama pandemi COVID-19 mengalami pola perubahan gaya berbelanja. Perempuan 29 tahun ini memilih berbelanja keperluan lewat aplikasi e-commerce maupun pesan antar.

Ilutrasi pembungkus paket dengan bubble wrap,

“Kalau biasanya datang paket, pembungkus plastik yang kotor dan bubble wrap, langsung saya buang ke tong sampah karena emang tidak bisa dipakai lagi”, ujarnya. Cerita singkat, kebiasaan masyarakat setelah mendapatkan paket yang baru datang. 

Sepintas, berbelanja online di E commerce seperti halnya aplikasi Tokopedia, Bukalapak, Shopee dll. Memang terlihat lebih efisien dan ramah lingkungan, karena si pembeli tidak perlu berpergian ke luar rumah. Tetapi apakah Anda tahu sisi lain berbelanja online juga menimbulkan masalah serius terhadap lingkungan?

Baca juga:



Mengapa hal itu terjadi? Sampah yang dihasilkan oleh sektor perdagangan online dapat menjadi masalah yang sangat serius karena banyaknya kemasan yang digunakan saat fase pengiriman. Kebanyakan para pedagang menggunakan kemasan plastik yang sekali pakai.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan LIPI, aktivitas belanja online masyarakat berbentuk pembelian paket selama pandemi meningkat sebesar 62% di DKI Jakarta. 

96% Paket belanja tersebut dibungkus dengan plastik yang tebal dan ditambahkan dengan bubble wrap, selotip, dan bungkus plastik. Bubble Wrap merupakan pembungkus berbahan plastik yang paling sering ditemukan.   

Jejak Karbon Dari Aktivitas Pengiriman Paket 

Disamping itu juga, dampak lingkungan lainnya adalah jejak karbon atau dikenal dengan carbon footprint. Carbon footprint dihasilkan dari pengiriman paket belanja online menggunakan berbagai moda transportasi seperti: pesawat, mobil dan motor.

Seperti dilansir pada situs nature.org, rata-rata jejak karbon per-orang secara global mendekati 4 ton per tahun. Sedangkan rata-rata untuk satu orang di Indonesia diperkirakan mencapai 2.5 ton per tahun.  

Tanggapan Para E-commerce Terhadap Dampak Lingkungan 

Dilansir dari katadata.co.id, merespons hal itu Tokopedia dan Bukalapak mengaku sudah berupaya untuk meminimalkan penggunaan plastik. External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya menjelaskan: Tokopedia merupakan marketplace yang kegiatan pengemasan barang dilakukan oleh mitra penjual (merchant).

Baca juga:



Namun, sebagai perusahaan salah satu E-Commerce terbesar di Indonesia, Tokopedia tetap berupaya agar mitra menjual produk dengan cara ramah lingkungan. Lanjutnya, menghimbau masyarakat untuk menggunakan ulang kantong plastik atau kardus yang didapat saat memesan produk/paket di E-Commerce.

Kepedulian bersama antara Tokopedia, mitra penjual dan juga konsumen merupakan alternatif dari mengurangi efek buruk sampah plastik di lingkungan. Untuk itu mari lakukan langkah bijak dalam menggunakan sampah plastik dengan cara sederhana yang bisa dilakukan di rumah Anda. 

Sudahkah Anda melakukan bijak menggunakan plastik?

#zonaebt #sebarterbarukan #sampah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 Comment