- Planetary Boundaries: Konsep ini menyoroti sembilan batas ekologis yang tidak boleh dilampaui untuk menjaga kestabilan planet, termasuk perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.
- Doughnut Economics: Model ini menggabungkan fondasi sosial dan batas ekologis, menciptakan ruang yang aman dan adil bagi manusia tanpa merusak lingkungan.
- Kate Raworth menawarkan langkah-langkah seperti fokus pada kesejahteraan, distribusi yang adil, dan transisi ke ekonomi melingkar untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
Halo Sobat EBT Heroes! Kita tahu bahwa bumi adalah satu-satunya rumah kita, dan seperti rumah lainnya, planet ini punya batas-batas tertentu dalam menopang kehidupan. Konsep Planetary Boundaries yang diperkenalkan oleh Johan Rockström dan timnya menggambarkan batas-batas ini secara ilmiah. Mereka mengidentifikasi sembilan batas ekologis yang seharusnya tidak kita lampaui jika kita ingin menjaga kestabilan Bumi.
Dalam beberapa dekade terakhir, aktivitas manusia termasuk industrialisasi, urbanisasi, dan konsumsi berlebihan telah mendorong kita melewati beberapa dari batas-batas tersebut. Dampaknya terasa sangat nyata, dari meningkatnya bencana alam hingga perubahan iklim yang mulai mengancam masa depan generasi mendatang. Konsep Planetary Boundaries memberi kita peringatan, mengingatkan bahwa untuk menjaga kehidupan yang layak bagi umat manusia, kita perlu menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kapasitas alam untuk menopang kehidupan.
Memahami Batas Ekologis Planet
Setiap batas ekologis di Bumi mewakili elemen yang sangat penting untuk kelangsungan hidup. Salah satunya adalah perubahan iklim. Emisi gas rumah kaca yang terus meningkat berakibat pada pemanasan global, mencairnya es di kutub, naiknya permukaan laut, dan perubahan cuaca yang semakin tak terduga. Tanpa langkah yang lebih serius untuk mengurangi emisi, dunia akan menghadapi dampak yang lebih parah.
Selain itu, hilangnya keanekaragaman hayati juga menjadi ancaman yang besar. Kita kehilangan spesies dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada yang terjadi di masa lalu, sebagian besar akibat aktivitas manusia seperti deforestasi dan perburuan liar. Keanekaragaman hayati bukan hanya soal menjaga tanaman atau hewan, tapi juga soal menjaga keseimbangan ekosistem yang menopang sistem pangan, air bersih, dan kehidupan kita.
Lalu ada pengasaman laut, yang sering kali diabaikan. Lautan menyerap sebagian besar karbon dioksida dari atmosfer, namun dengan terus meningkatnya konsentrasi CO2, ini mengubah tingkat keasaman air laut, merusak ekosistem bawah laut seperti terumbu karang yang menjadi fondasi kehidupan laut.
Ketika kita melampaui batas-batas ini, dampaknya bukan hanya pada lingkungan, tapi langsung mengancam kehidupan manusia. Krisis air tawar, misalnya, mengancam jutaan orang yang kesulitan mendapatkan akses air bersih. Polusi kimiawi yang mencemari tanah dan perairan juga menambah risiko kesehatan yang serius. Hal ini menunjukkan bahwa menjaga keseimbangan planet ini adalah sebuah keharusan, bukan pilihan.
Mengapa Memahami Planetary Boundaries Itu Penting
Konsep Planetary Boundaries memberikan kita sebuah panduan untuk memahami seberapa besar risiko yang kita hadapi akibat aktivitas manusia. Jika kita terus melanggar batas-batas ini, kita tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup umat manusia. Dari perubahan iklim hingga hilangnya keanekaragaman hayati, setiap pelanggaran ini menciptakan lingkaran masalah yang saling berkaitan.
Namun, memahami batas-batas ini juga membuka peluang. Dengan mengetahui apa yang harus kita jaga, kita bisa merancang solusi yang lebih bijaksana dan berkelanjutan. Pengurangan emisi karbon, perlindungan keanekaragaman hayati, dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih bijak adalah langkah-langkah yang dapat membantu kita menjaga Bumi tetap layak huni.
Baca Juga
- Bagaimana Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir?
- Alur Produksi dan Pemanfaatan Biomassa Woodchip
Doughnut Economics – Merancang Masa Depan Ekonomi yang Adil dan Berkelanjutan
Sekarang, setelah kita melihat tantangan yang dihadapi planet ini, mari kita berbicara tentang bagaimana ekonomi kita bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan batasan tersebut. Seperti yang kita lihat, meskipun pertumbuhan ekonomi telah membawa banyak manfaat, hal ini juga memunculkan ketimpangan pendapatan yang besar. Ekonomi neoliberal yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi telah membuat sebagian orang sangat kaya, sementara sebagian besar masyarakat masih berjuang untuk bertahan hidup.
Di sisi lain, pola konsumtif yang berlebihan turut mempercepat kerusakan lingkungan. Sumber daya alam terus dieksploitasi untuk memenuhi keinginan material manusia, dan setelah barang-barang tersebut digunakan, banyak yang berakhir di tempat sampah. Fokus berlebihan pada pertumbuhan ekonomi ternyata menjadi penyebab utama pola pikir ini.
Namun, bagaimana cara kita mengubah paradigma yang sudah begitu tertanam dalam diri kita? Kate Raworth, seorang ekonom terkenal, menawarkan solusi melalui konsep Doughnut Economics, yang ia bahas dalam bukunya.
Raworth menjelaskan bahwa ekonomi saat ini dirancang untuk terus tumbuh, meskipun tidak selalu mendukung kesejahteraan manusia. Yang sebenarnya kita butuhkan adalah ekonomi yang membuat kita berkembang, terlepas dari apakah ekonomi tersebut tumbuh atau tidak. Ia menggambarkan ide ini dalam bentuk donat. Lingkaran dalam donat mewakili ruang aman dan adil bagi manusia untuk hidup. Di luar lingkaran ini, kita melampaui batas kapasitas sistem ekologis Bumi, yang disebut sebagai langit-langit ekologis. Sebaliknya, jika kita jatuh ke dalam lubang donat, kita merusak fondasi sosial yang menyangkut masalah-masalah seperti ketimpangan pendapatan, ketidaksetaraan gender, dan kelaparan.
Konsep ini terinspirasi dari model Planetary Boundaries yang kita bahas sebelumnya. Dalam Doughnut Economics, terdapat sembilan batas ekologis yang tidak boleh dilanggar seperti perubahan iklim, pengasaman laut, penarikan air tawar, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Melampaui batas-batas ini akan mengancam keseimbangan planet dan kemampuan kita untuk terus hidup di dalamnya. Di sisi lain, untuk memastikan bahwa fondasi sosial tetap kokoh, ada 12 elemen dasar yang harus dipenuhi. Elemen-elemen ini termasuk akses terhadap pangan, air bersih, sanitasi, energi bersih, pekerjaan yang layak, pendidikan, keadilan sosial, dan kesetaraan gender. Pencapaian ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan oleh PBB.
Baca Juga
- Dilema Pertanian Modern: Solusi Pangan vs. Dampak Lingkungan
- Pertanian Regeneratif: Masa Depan Pangan dan Lingkungan Sehat
Tujuh Langkah Menuju Ekonomi Baru
Raworth mengusulkan tujuh langkah utama untuk merancang ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan:
1. Ubah Tujuan Ekonomi: Alihkan fokus dari pertumbuhan PDB menuju pemenuhan kebutuhan semua orang.
2. Prioritaskan Masyarakat dan Lingkungan: Letakkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan di atas keuntungan perusahaan.
3. Dorong Kolaborasi dan Komunitas: Gantikan paradigma individualistis dengan kolaborasi dan kerja sama berbasis komunitas.
4. Akui Keterhubungan Sistemik: Ekonomi, masyarakat, dan lingkungan saling memengaruhi; perubahan pada satu elemen memengaruhi elemen lainnya.
5. Ciptakan Distribusi Kekayaan yang Merata: Dorong ekonomi yang lebih distributif untuk mengurangi kesenjangan pendapatan.
6. Beralih ke Circular Economic: Hentikan pola konsumsi linier dan beralih ke ekonomi yang mengutamakan daur ulang dan minimalkan limbah.
7. Hargai Batas-Batas Planet: Kenali bahwa ada batas dalam hal pertumbuhan ekonomi, yang harus disesuaikan dengan kapasitas planet.
Planetary Boundaries memberi kita panduan untuk menjaga keseimbangan planet agar tetap layak huni, sementara Doughnut Economics memberikan kerangka kerja untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan adil. Dengan menggabungkan kedua konsep ini, kita bisa merancang ekonomi yang memperhatikan kesejahteraan manusia, kelestarian lingkungan, dan keberlanjutan jangka panjang. Saatnya beralih dari paradigma lama yang berfokus hanya pada pertumbuhan ekonomi menuju masa depan yang lebih adil, seimbang, dan berkelanjutan.
#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes
Editor: Adhira Kurnia Adhwa
Referensi:
[2] Why it’s time for ‘Doughnut Economics’ | Kate Raworth | TEDxAthens
2 Comment
selamat datang di bandar togel terbaik, toto togel resmi dan terpercaya
Nice blog here Also your site loads up fast What host are you using Can I get your affiliate link to your host I wish my web site loaded up as quickly as yours lol