Pejeng Kendalikan Pencemaran Lingkungan Dengan TPS-3R dan Bank Sampah

Ilustrasi Pencemaran Lingkungan. Photo: unsplash
  • Berbagai macam upaya dikerahkan untuk menangani masalah sampah yang merusak lingkungan kita.
  • Dengan pembangunan TPS-3R dan Bank Sampah diharapkan dapat menangani keadaan darurat sampah.
  • Mengolah kembali sampah organik yang bisa dijadikan MOL

Bali menghadapi ‘darurat sampah’ karena tempat pembuangan sampah semakin meluap. 70 persen sampah di Bali adalah sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos. Namun, dicampur dengan plastik dan bahan lain di sampah, mereka hanya menambah tumpukan sampah di tempat pembuangan sampah yang padat, membuat apa yang bisa didaur ulang tidak dapat digunakan.

Sebagai upaya mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta membantu pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah sampah, Desa Pejeng, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar,  Bali, membangun Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) berbasis 3R (Reuse, Reduce, Recycle). TPS yang dipadukan dengan bank sampah ini diresmikan pada tahun 2020 lalu oleh Wakil Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Mayun.

Pembangunan TPS-3R

Ilustrasi TPS-3R. Photo: Mimoza

Alasan dibangunnya TPS-3R ini adalah karena produksi sampah yang tiap harinya mencapai 600-700 kg. Bahkan narasumber dapat mengumpulkan sekitar 7,5 ton setiap 3 harinya. Sampah tersebut kebanyakan berasal dari rumah tangga, pasar dan upacara agama. Sampah organik akan diolah jadi pupuk kompos, sedangkan sampah non-organik ditabung di bank sampah. Narasumber mengategorikan sampah non-organik sebagai sampah yang sulit dikelola.

Dibangunnya TPS-3R di Pejeng, menunjukkan adanya semangat masyarakat untuk mendukung program pemerintah Kabupaten Gianyar dalam memerangi sampah. Dibutuhkan waktu lama untuk membangunnya, karena proses yang dihadapi cukup panjang untuk sampai bisa memiliki 48 bank sampah dan TPS-3R ini.

Wakil Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Mayun menyampaikan, “Dengan TPS ini, kami berharap desa dapat mengubah sampah menjadi benda tak membahayakan lingkungan. Sampah ini juga bernilai ekonomis,” saat didampingi Plt Kepala DLH Gianyar, I Wayan Kujus Pawitra.

TPS-3R Desa Pejeng dibangun di atas lahan 10 are dengan luas bangunan 500 meter. Dalam bangunan terdapat mesin pencacah sampah, komposting dengan sistem blower, hingga contoh-contoh tanaman yang disuburkan dengan pupuk kompos. TPS ini dapat mengolah sampah organik antara 600 kg – 700 kg hingga jadi pupuk sekitar 500 kg/hari. Pupuk ini disebar secara gratis kepada masyarakat agar masyarakat kembali mengolah lahan yang kosong untuk berkebun.

Baca Juga:



Dikatakan, pembangunan TPS memakan biaya yang tidak sedikit. Bersumber dari APBDes Desa Pejeng, tahun 2019 biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 317.204.000, dan pada tahun 2020 anggaran ditambah untuk pembangunan fisik sebesar Rp 94.970.000. Belanja mesin Rp 123.000.000, dan operasional penanganan sampah sebesar  Rp 279.000.000.

Dengan adanya TPS-3R ini, maka Desa Pejeng bisa mengelola sampah sendiri dan tidak sampai mengirim ke tempat pembuangan sampah di wilayah lain. Sementara untuk mendukung program TPS ini, pihak desa sudah membentuk kader kebersihan yang bertugas memberi pemahaman untuk memilah sampah organik dan non-organik kepada warga sekitar agar lebih mudah dilelola di TPS-3R.

Program MPH- TPS-3R

Ilustrasi Pembuangan Sampah. Photo: istockphoto

Desa Pejeng juga melakukan kerja sama dengan Yayasan LSM Bumi Sasmaya dengan program MPH (Merah Putih Hijau) untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah di desa, sehingga lebih banyak sampah yang dapat digunakan kembali dan didaur ulang, dan lebih sedikit sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah yang kelebihan muatan.

Pada hari yang berbeda dalam seminggu, truk dengan kode warna — hijau, merah-putih atau hitam — dapat dilihat di desa-desa tertentu di Bali, menandakan kepada penduduk desa jenis sampah yang dikumpulkan. Sampah organik yang terkumpul kemudian dibawa ke fasilitas pengelolaan sampah 3R-Transfer Depo (TPS-3R), untuk menghasilkan kompos berkualitas yang dapat digunakan petani untuk budidaya regeneratif.

Baca Juga:



Untuk mendapatkan dukungan dari desa, staf yayasan menghabiskan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, untuk memahami kebutuhan unik setiap desa. Dengan melibatkan gubernur dan kepala desa setempat, MPH juga menggalang warga untuk menjadi eco-champion, mendidik, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemilahan sampah di komunitasnya.

Penggunaan MOL Untuk Sawah di Desa

Ilustrasi: MOL. Photo: 99.blog

Pejeng TPS-3R Desa Pejeng menggunakan MOL (Mikro Organisme Lokal) dari sampah organik sebagai dekomposer pembuatan pupuk kompos.

Apa itu MOL?

Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah bahan yang bisa digunakan untuk menyuburkan tanah. MOL juga bisa bermanfaat sebagai aktivator dalam proses penguraian maupun fermentasi bahan organik menjadi pupuk organik maupun cair. MOL bisa dicari di toko-toko pertanian atau pun dibuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan di rumah, salah satunya sampah organik.

MOL bisa digunakan sebagai pupuk cair karena mengandung unsur hara mikro, makro, bakteri perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan agen pengendali hama atau penyakit tanaman.

Narasumber di TPS-3R menyebutkan bahwa sebelum menggunakan MOL, proses mengelola sampah bisa per-bulan. Semenjak mengubah sampah-sampah organik menjadi bahan MOL, proses mengelola sampah menjadi lebih mudah dan cepat. Sebagian pupuk kompos dan cair yang dibuat diberikan kepada petani sekitar, sebagian lagi dijual. Dengan pupuk tersebut, padi-padi di sawah para warga menjadi lebih sehat dan subur.

Dengan adanya TPS-3R ini, pengolahan sampah dengan pertanian organik bisa berjalan dengan cukup baik. Kelancaran proses tersebut tentu tidak akan berjalan maksimal tanpa dukungan seluruh masyarakat. Diharap daerah lain juga dapat segera mengikuti cara dari Desa Pejeng ini untuk mendukung Indonesia bebas sampah.

Makin tahu Indonesia kaya akan sumber energi terbarukan dan lingkungan bersama zonaebt.com

Referensi:

[1] Daur ulang sampah di Bali

[2] TPS-3R dan Bank Sampah

[3] MOL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

347 Comment

  1. I received an e-mail about starting a website for a small business. I don’t yet have a business but I would like to start my own personal website..