Jepang Tuai Kontroversi Akibat Buang Limbah Nuklir ke Laut

Ilustrasi Pembuangan Limbah Nuklir ke Laut. Sumber: Pixabay.com
  • Jepang membuat kontroversi dengan membuang air limbah nuklir dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushimake laut pasifik pada 24 Agustus 2023
  • Pembuangan itu dipicu oleh kekurangan lahan untuk menampung air limbah nuklir
  • Beberapa negara membatasi impor produk Jepang dan organisasi lingkungan serta industri perikanan setempat menentangnya

Masyarakat Jepang yang terkenal peduli lingkungan membuat heboh dunia dengan tindakan kontroversial. Tindakan itu adalah pembuangan air limbah nuklir dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke laut Pasifik pada 24 Agustus 2023. Keputusan itu menuai banyak reaksi yang bertentangan, baik dari masyarakat Jepang maupun negara tetangga, seperti China dan Korea Selatan. Meskipun mendapat kecaman dari berbagai pihak, Jepang tetap membuang lebih dari satu juta metrik ton air radioaktif ke laut Pasifik. Pembuangan limbah ini diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun.

Mengapa Jepang Membuang Limbah Nuklir ke Laut?

Illustration of Nuclear Power Plant Workers. Source: Pixabay.com

Masih ingkatkah Sobat EBT Heroes dengan gempa dan tsunami di Jepang pada tahun 2011 silam? Bencana tersebut merusak dan melelehkan sistem pendingin reaktor, sehingga digunakanlah lebih dari 1 juta metrik ton air untuk mendinginkan reaktor-reaktor tersebut. Air yang telah mengandung unsur radioaktif tersebut kemudian diolah dalam proses penyaringan yang kompleks. Proses penyaringan itu melalui Sistem Pemrosesan Cairan Lanjutan (ALPS), yaitu untuk menghilangkan unsur-unsur radioaktif yang berbahaya. Meskipun telah dilakukan berbagai proses penyaringan, terdapat unsur radioaktif yang tidak dapat dipisahkan, yaitu tritium dan karbon-14.

Air yang telah disuling kemudian ditampung dalam seribu tangki besar hingga akhirnya telah terisi penuh. Operator PLTN Fukushima, Tokyo Electric Power Company (Tepco), mengatakan bahwa Jepang kekurangan lahan untuk menampung tangki-tangki tersebut, sehingga dikhawatirkan akan kemungkinan runtuh jika terjadi bencana di masa depan. Itulah alasan mengapa Jepang memilih untuk melakukan praktik pembuangan air limbah nuklir ke laut Pasifik.

Baca juga



Amankah Praktik Pembuangan Limbah Nuklir ke Laut?

Jepang mengklaim bahwa tindakan yang dilakukan aman karena air yang dibuang telah diencerkan dan melalui proses yang kompleks untuk menghilangkan hampir semua unsur radioaktif. Tindakan praktik ini juga sudah mendapat persetujuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Hal ini disebabkan tingkat akhir tritium dari limbah nuklir Fukushima hanya sekitar 1.500 becquerel per liter. Nilai tersebut jauh di bawah tingkat yang disyaratkan oleh regulator untuk pembuangan limbah nuklir.

Jepang bukanlah negara pertama yang melakukan praktik pembuangan limbah ke laut. Praktik ini juga pernah dilakukan oleh Prancis, Kanada, Tiongkok, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan masih banyak lagi. Jadi tindakan ini merupakan praktik yang umum, sebagaimana yang dikemukakan oleh Dirjen IAEA, Rafael Mariano Grossi. Grossi mengatakan bahwa keputusan Jepang bukanlah sesuatu yang baru, pembuangan tersebut mirip dengan pembuangan air limbah dari berbagai pembangkit lain di dunia.

Reaksi Masyarakat Global terhadap Keputusan Jepang

Illustration of Sashimi. Source: Freepik.com

Berbeda dengan reaksi IAEA, keputusan Jepang tersebut menjadi kontroversial, baik dari masyarakat Jepang maupun dunia. Seperti China yang telah membatasi impor produk akuatik dari Jepang dan Korea Selatan yang mengecam keras tindakan pemerintah Jepang tersebut. Pemerintah Jepang juga mengatakan bahwa kantor-kantor pemerintahan mendapat banyak telepon dari masyarakat China yang memprotes sambil berkata-kata kasar.

Beberapa organisasi lingkungan seperti Greenpeace menentang praktik pembuangan air limbah ke lautan sejak lama. Greenpeace menyampaikan bahwa keputusan Jepang membuang air limbah nuklir ke laut menunjukkan kelalaian terhadap penduduk Fukushima. Industri perikanan setempat juga menentang karena alasan konsumen yang menolak hasil laut Fukushima. Sebaliknya, Amerika Serikat justru tampak mendukung dengan menyebutkan bahwa Jepang telah mengadopsi pendekatan yang sesuai dengan standar keamanan nuklir yang diterima secara global.

Baca juga



Adanya berbagai reaksi tersebut, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, mencoba menepis berbagai kekhawatiran dengan memakan sushi sashimi yang berasal dari laut Fukushima pada Rabu, 30 Agustus 2023. Hal ini dilakukan oleh Kishida dan tiga menteri kabinetnya untuk menunjukkan kepada publik bahwa hasil tangkapan nelayan dari lautan Fukushima aman dikonsumsi. Mereka memakan sushi sashmi, di antaranya adalah gurita, ikan flounder, dan seabass. Kishida juga menambahkan, aksi protes yang dilakukan oleh negara tetangga merupakan sesuatu yang tidak perlu dan menyebutnya sebagai sentimen yang semata-mata bersifat politis.

Aksi Kishida memakan sushi sashimi menjadi viral di media sosial karena dikaitkan dengan prediksi dari serial kartun Amerika Serikat, yaitu The Simpson. The Simpson pernah menayangkan episode yang menceritakan tentang polemik pembuangan limbah ke laut. Cerita itu juga berlanjut dengan aksi memakan hasil lautan yang dilakukan oleh kepala pemerintahan. Namun di balik video viral tersebut, protes masih tetap dilayangkan dari berbagai pihak hingga saat ini, termasuk dunia maya. Ini disebabkan karena praktik ini akan berlangsung selama bertahun-tahun dan membawa dampak negatif pada ekosistem laut dan lingkungan. Mari makin tahu Indonesia mengenai isu global ini terhadap dampak yang dihasilkan di masa mendatang.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor: Tika Sari Safitri

Referensi:

[1] Heboh Jepang Buang Limbah Nuklir ke Laut, Ternyata Karena Ini

[2] Kenapa Jepang Buang Limbah Nuklir Fukushima ke Laut?

[3] Fukushima: Apa saja yang dikhawatirkan soal pembuangan air limbah nuklir Jepang ke laut?

[4] PM Jepang Makan Sushi dari Tangkapan Laut Fukushima

[5] Bukan Cuma Jepang, Ini Negara yang Buang Limbah Nuklir ke Laut

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *