Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan bersama KREDIBALI

Proses pembelajaran program KREDIBALI. Sumber: IDNTIMES
  • KREDIBALI ( Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan) dimulai pada Bulan Mei 2020 digagas oleh pemuda dari Desa Pemuteran, Bali yaitu Gede Andika. 
  • Pembelajaran bahasa inggris ini juga dilakukan sistem pembayaran yang unik, yaitu dengan membayar sampah plastik yang sudah dipilah.
  • Kerja keras Andika memberikan pelajaran Bahasa Inggris membuahkan hasil, banyak anak-anak kemampuan bahasa inggrisnya semakin meningkat.

Berawal dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan semua kegiatan harus daring, begitu juga aktivitas pembelajaran. Tentu saja pergantian aktivitas dari luring menjadi daring ini memerlukan fasilitas yang mendukung untuk proses pembelajaran. Hal tersebut yang membuat terbentuknya project belajar bersama yang diberi nama program KREDIBALI: Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan.

Apa itu KREDIBALI?

KREDIBALI ( Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan) dimulai pada Bulan Mei 2020 digagas oleh pemuda dari Desa Pemuteran, Bali yaitu Gede Andika.  Program tersebut muncul akibat keresahannya dari pandemi 3 tahun silam di desa tempat ia tinggal. Melihat hal tersebut, Andika membuka program belajar bahasa inggris setiap minggunya di Balai Desa. Alasan tersebut juga karena desa Pemuteran merupakan desa wisata yang berada di Bali dengan kunjungan turis yang cukup tinggi. Bahkan untuk melanjutkan program tersebut Andika sampai membatalkan beasiswa kuliah S2 di UK karena merasa memiliki tanggung jawab atas perkembangan dari program KREDIBALI ini.

Dokumentasi KREDIBALI. Sumber: IDNTIMES

Konsep Pembelajaran yang Unik

Pembelajaran bahasa inggris ini juga dilakukan sistem pembayaran yang unik, yaitu dengan membayar sampah plastik yang sudah dipilah. Hal itu sesuai dengan nama dari program itu sendiri yang mana selain pembelajaran secara akademis diberikan juga terkait literasi lingkungan. Tentu saja, ini memberikan dampak positif bagi anak-anak Desa Pemuteran terkait pemilahan sampah sekaligus mengingatkan orang tua akan dampak dari sampah plastik. Dari sampah plastik yang sudah dikumpulkan ini akan ditukar menjadi beras, dimana bekerja sama dengan pihak swadaya di Bali yang akan disalurkan kepada orang-orang tidak mampu. Pada pembelajaran pertama di Desa Pemuteran tercatat 781 Kg sampah plastik yang terkumpul dan sudah ditransformasi menjadi beras sebanyak 320 Kg. Hasil tersebut langsung didistribusikan kepada lansia sebanyak 127 lansia.

Baca Juga:



Saat ini dilakukan juga pembelajaran di Desa Batur, namun berbeda untuk sistem pembayarannya. Jika di Desa Pemuteran membawa sampah plastik, di Desa Batur setiap anak memiliki satu pohon yang wajib disiram sebelum mulai belajar. Hal tersebut karena daerah tersebut memiliki masalah penggundulan hutan.

Kerja keras Andika memberikan pelajaran Bahasa Inggris membuahkan hasil, banyak anak-anak kemampuan bahasa inggrisnya semakin meningkat. Bahkan anak didiknya ada yang berhasil mendapatkan beasiswa penuh di sekolah internasional yang berada di Bali karena kemampuan bahasa inggris yang dimiliki dan pernah menang salah satu lomba pidato berbahasa inggris. 

“Hal yang tidak kalah bahagia adalah anak-anak akhirnya ketika ditanya dan diajak diskusi sudah berani berbicara dan sebagainya. Mereka juga tidak hanya mengikuti kompetisi tingkat desa maupun kecamatan tapi sudah mencapai level provinsi walaupun belum ke tingkat nasional. Pencapain tersebut sudah membuat bangga para relawan.” Tutur Andika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *