Dilema Pertanian Modern: Solusi Pangan vs. Dampak Lingkungan

Sayur-sayuran di Supermarket. Sumber: newseasonsmarket.com
  • Keuntungan dan Tantangan Pertanian Industri: Efisiensi pangan meningkat, tetapi berdampak pada lingkungan dan kesejahteraan hewan.
  • Dampak pada Petani dan Ekonomi: Biaya tinggi membuat petani kecil tertekan, sementara perusahaan besar menggunakan monokultur yang rentan terhadap hama.
  • Kebutuhan Etika dan Keberlanjutan: Praktik saat ini menekankan pentingnya sistem pangan yang lebih adil dan ramah lingkungan.

Sistem pangan global modern telah berkembang pesat dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi populasi dunia yang semakin bertambah. Kemajuan teknologi dan praktik pertanian memungkinkan kita untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul akibat peningkatan populasi global, sembari menjaga ketahanan pangan. Namun, di samping manfaat yang diberikannya, sistem pangan ini juga membawa berbagai tantangan lingkungan dan sosial, khususnya terkait emisi gas rumah kaca dan polusi air. Artikel ini akan membahas manfaat yang dihadirkan oleh sistem pangan modern, sebelum mengevaluasi dampaknya terhadap lingkungan.

Manfaat Sistem Pangan Modern

Pengeluaran makanan sebagai bagian dari pendapatan keluarga yang dapat dibelanjakan di Amerika Serikat, 1950 hingga 2022. Sumber: ourworldindata.org

1. Memenuhi Kebutuhan Populasi yang Terus Bertambah

Sejak pertengahan abad ke-20, yang sering disebut sebagai periode “Great Acceleration,” populasi dunia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Berkat perkembangan dalam produksi pangan, sistem ini berhasil mengimbangi pertumbuhan tersebut dan mencegah terjadinya kelangkaan pangan serta kekurangan gizi secara luas. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi miliaran orang setiap harinya merupakan prestasi yang luar biasa, membuktikan efektivitas sistem pertanian modern.

2. Menurunnya Biaya Pangan

Berkat teknik pertanian modern yang lebih efisien, biaya pangan secara global telah menurun drastis selama beberapa dekade terakhir. Sebagai contoh, data dari “Our World in Data” menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, pengeluaran untuk pangan sebagai persentase dari pendapatan pribadi turun dari 20% pada tahun 1950 menjadi hanya 10% pada tahun 2022. Penurunan ini menunjukkan efisiensi ekonomi dari sistem pangan yang memungkinkan konsumen mengalokasikan pendapatan mereka ke kebutuhan lain, sambil tetap menikmati akses pangan yang terjangkau.

3. Distribusi Global yang Efisien

Sistem pertanian modern juga memungkinkan distribusi pangan secara global, sehingga kita bisa mengakses berbagai produk segar dari seluruh penjuru dunia, bahkan di luar musim panen lokal. Misalnya, ketersediaan blueberry segar di Amerika Serikat diimpor dari negara-negara seperti Ekuador saat musim tanam di sana telah selesai. Sistem logistik ini tidak hanya memungkinkan kita menikmati keragaman pangan sepanjang tahun, tetapi juga dengan harga yang terjangkau.

4. Produktivitas Tinggi di Tingkat Petani

Praktik pertanian modern telah meningkatkan produktivitas pertanian melalui penggunaan teknologi dan industrialisasi, memungkinkan petani menghasilkan panen yang tinggi dengan input yang lebih efisien. Hal ini menguntungkan konsumen, yang bisa menikmati ketersediaan produk pangan secara luas dengan harga terjangkau, sekaligus memberikan kestabilan ekonomi bagi petani yang menjaga pasokan pangan.

Baca Juga



Dampak Lingkungan Sistem Pangan Modern

Meskipun sistem pangan modern memiliki banyak manfaat, ia juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Pertanian skala besar yang menggunakan teknik intensif menyumbang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca dan masalah ekologis lainnya. Berikut adalah beberapa dampak lingkungan yang menjadi perhatian utama:

  • Emisi Gas Rumah Kaca
Emisi gas rumah kaca global menurut sektor. Sumber: ourworldindata.org

Sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan menyumbang lebih dari 18% emisi gas rumah kaca global. Emisi ini berasal dari berbagai aktivitas pertanian, termasuk produksi metana dari kotoran ternak, nitroksida dari penggunaan pupuk sintetis, serta emisi dari pertanian padi dan pembakaran lahan. Tingginya biaya lingkungan dari produksi ternak dan tanaman skala besar ini menggarisbawahi kebutuhan akan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.

  • Zona Mati di Laut dan Danau
Zona Mati Teluk Meksiko. Sumber: serc.carleton.edu

Dampak lain dari pertanian intensif adalah terbentuknya “zona mati” di laut, di mana kadar oksigen rendah membuat kehidupan akuatik sulit untuk bertahan. Contohnya, zona mati di Teluk Meksiko yang pada tahun 2021 mencakup lebih dari 6.334 mil persegi. Zona-zona ini terbentuk akibat limpasan pupuk kaya nutrisi dari lahan pertanian yang mengalir ke sungai dan lautan. Di Teluk Meksiko, limpasan dari Sungai Mississippi merangsang pertumbuhan alga yang berlebihan, menghabiskan oksigen di air saat alga tersebut mati dan membusuk. Lingkungan hipoksik ini berakibat pada kematian biota laut, yang berdampak buruk pada keanekaragaman hayati dan industri perikanan.

Penggunaan pupuk sintetis, meskipun membantu meningkatkan hasil panen, dapat mencemari badan air. Pupuk sintetis ini larut dalam air hujan dan mengalir ke sungai dan danau, menyebabkan polusi nutrisi yang memicu ledakan alga. Ledakan alga ini menurunkan kadar oksigen, merusak ekosistem air, dan berkontribusi pada pembentukan zona mati. Dampak lingkungan dari pupuk sintetis ini menunjukkan perlunya manajemen yang lebih bijaksana terhadap penggunaan pupuk di sektor pertanian.

  • Aspek Kesehatan dan Kesejahteraan Hewan dalam Pertanian

Dalam sistem produksi pangan modern yang berbiaya rendah dan berkapasitas besar, hewan sering kali ditempatkan dalam lingkungan yang tidak alami, terutama pada operasi peternakan intensif seperti concentrated animal feed operations (CAFO) atau peternakan ayam industri. Di tempat-tempat ini, hewan dibiarkan hidup di antara kotoran mereka sendiri, yang menciptakan kondisi kesehatan yang kurang baik. Agar tetap sehat dalam kondisi tersebut, hewan-hewan ini diberikan antibiotik, yang kemudian berisiko menyebabkan resistensi antibiotik tidak hanya pada hewan, tetapi juga pada manusia. Pertanyaan yang patut Sobat EBT Heroes renungkan, apakah etis memperlakukan hewan seperti ini hanya demi konsumsi pangan murah? Jawabannya akan berbeda bagi setiap orang. Bagi sebagian orang, termasuk mereka yang memilih menjadi vegetarian, jawabannya adalah tidak.

  • Bahan Sintetis dalam Pertanian
Ilustrasi Orang-orang sedang makan. Sumber: pexels.com

Input sintetis, seperti pestisida, herbisida, dan pupuk, digunakan dalam jumlah besar untuk mempertahankan hasil panen yang diharapkan. Bahan kimia ini jelas berbahaya bagi para petani, seperti yang terlihat dari petani yang harus memakai pakaian pelindung saat menyemprot tanaman mereka. Namun, residu pestisida juga berdampak pada konsumen. Beberapa bahan kimia tersebut bersifat karsinogenik dan dapat mengganggu hormon, terutama bagi kaum muda yang sedang dalam masa perkembangan. Kandungan bahan kimia yang berlebihan dalam tubuh kita menciptakan risiko kesehatan yang berbahaya.

  • GMO dan Keamanan Penggunaannya

Tanaman hasil rekayasa genetika atau genetically modified organisms (GMO) adalah tumbuhan yang telah dimodifikasi agar tahan terhadap herbisida tertentu. Dengan menggabungkan gen bakteri yang tahan herbisida ke dalam gen tanaman, hasilnya adalah tanaman yang tidak terkena dampak herbisida, sementara gulma di sekitarnya mati. Di Amerika Serikat, sekitar 90% dari jagung dan kedelai adalah GMO. Namun, apakah GMO aman? Hingga saat ini, penelitian jangka panjang terkait keamanan GMO masih sangat terbatas. Uni Eropa memilih untuk melarang tanaman GMO sebagai tindakan pencegahan, sementara di Amerika Serikat, GMO tetap digunakan secara luas.

Selain itu, penggunaan GMO berdampak ekonomi pada petani. Berbeda dengan dulu, saat petani bisa menyimpan benih hasil panen untuk digunakan kembali, mereka sekarang harus membeli benih GMO setiap musim tanam, yang meningkatkan pengeluaran dan menguntungkan perusahaan penjual herbisida yang kini juga menjual benih GMO.

  • Rantai Pasokan Pertanian Industri
Petani-petani sedang memanen. Sumber: geotimes.id

Rantai pasokan pertanian meliputi berbagai tahap, mulai dari petani, pabrik pengolahan, pusat distribusi, hingga pengecer. Ironisnya, pihak yang paling awal di rantai ini, yakni petani, justru memperoleh bagian terkecil dari setiap dolar yang dibelanjakan konsumen. Petani kecil terutama menghadapi tantangan finansial yang berat karena tingginya biaya untuk membeli benih, pupuk, dan peralatan pertanian modern.

Akibat tingginya biaya ini, banyak petani keluarga kecil yang akhirnya menjual lahan mereka ke perusahaan agribisnis besar yang mampu mengelola ekonomi skala besar. Namun, ini justru menciptakan lebih banyak ladang monokultur, seperti jagung atau kedelai dalam skala besar. Monokultur menarik hama dan gulma dalam jumlah besar, yang pada gilirannya meningkatkan kebutuhan akan pestisida dan herbisida, menciptakan siklus yang sulit diputus.

Baca Juga



  • Hak-Hak Pekerja Pertanian

Di industri pertanian berskala besar, pekerja sering kali adalah buruh kontrak jangka pendek, banyak di antaranya adalah pekerja migran yang melakukan pekerjaan berat di bawah tekanan untuk memenuhi permintaan harga pangan rendah. Para pekerja ini sering dibayar berdasarkan jumlah unit yang mereka hasilkan, seperti berat tomat atau blueberry yang mereka petik, yang menyebabkan mereka berada di bawah tekanan yang besar dalam pekerjaan yang sangat berat.

Pertanian industri telah memungkinkan kita memenuhi kebutuhan pangan dengan biaya yang relatif murah untuk populasi yang terus bertambah. Namun, seperti halnya praktik-praktik industri yang muncul dari Revolusi Industri, ada biaya lingkungan dan sosial yang signifikan. Dalam rantai pasokan pangan, petani yang berada di bagian awal sering kali menerima bagian terkecil dari nilai yang mereka hasilkan. Dengan sistem ini, kita juga melihat lahan monokultur yang membutuhkan input kimia tinggi, yang pada akhirnya menciptakan resistensi pada gulma dan hama.

Seiring meningkatnya kesadaran tentang asal-usul pangan kita dan dampaknya terhadap lingkungan serta kesejahteraan pekerja, Sobar EBT Heroes kini bisa mencari alternatif yang lebih baik bagi lingkungan, masyarakat, dan kesehatan.

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Adhira Kurnia Adhwa

Referensi:

[1] Our Current Food Production Systems by Michael Readey

[2] Food and Agriculture: The future of sustainability

[3] Why do we need to change our food system?

[4] Global Bites: The Wide Reach of Our Modern Food System

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 Comment

  1. Your blog is a constant source of inspiration for me. Your passion for your subject matter is palpable, and it’s clear that you pour your heart and soul into every post. Keep up the incredible work!

  2. [url=https://chimmed.ru/products/5-bromomethyl-3-4-fluorophenyl-13-oxazolidin-2-one-id=8530865]1- 4-acetyl-5-nitro-1h-pyrrol-2-yl -2,2,2-trichloroethan-1-one – купить онлайн в интернет-магазине химмед [/url]
    Tegs: [u]h-trp-obzl hydrochloride, 95%; – купить онлайн в интернет-магазине химмед [/u]
    [i]cbz-aad-oh; 95% – купить онлайн в интернет-магазине химмед [/i]
    [b]boc-gly-gly-gly-oh, 95%; – купить онлайн в интернет-магазине химмед [/b]

    1- 4-acetyl-5-nitro-1h-pyrrol-2-yl -2,2,2-trichloroethan-1-one – купить онлайн в интернет-магазине химмед https://chimmed.ru/products/4-chloro-6-4-chlorophenyl-2-4-pyridinyl-5-pyrimidinecarbonitrile-id=8530882