- Darurat sampah di Banyumas menggerakkan Arky untuk mulai mengelola sampah menjadi kompos
- Budidaya manggot yang dijalankan Arky sukses sebagai metode pengelolaan sampah di Banyumas
- Manggot yang siap dapat dijual sebagai pakan ternak atau pupuk organik
Sampah nyatanya masih menjadi permasalahan utama bagi umat manusia sampai sekarang. Semakin bertambahnya populasi manusia, sampah yang dihasilkan pun ikut meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan sampah karena belum ada pengelolaan sampah yang baik dari masyarakat.
Ramai sosialisasi yang telah dilakukan untuk mencegah penumpukan sampah ini, mulai dari pemilahan hingga pengolahan sampah. Akan tetapi, sosialisasi tanpa aksi langsung masyarakat juga adalah isapan jempol semata. Sampah-sampah akan tetap menggunung di TPA sekitar.
Sampah yang menggunung dapat menyebabkan banyak masalah, seperti kesehatan, lingkungan yang tercemar, banjir, dan masih banyak lagi. Gunungan ini akan menyebabkan berbagai dampak negatif lainnya apabila tidak segera dikelola dengan baik.
Dilansir dari laman resmi Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2022 terdapat 35.439.338,12 ton timbulan sampah dan sebanyak 12.171.329,96 ton sampah atau sekitar 35,34% di antaranya yang belum terkelola dengan baik.
Pengelolaan sampah mulai banyak digiatkan kembali, mulai dari yang termudah seperti mengolahan pupuk menggunakan sampak organik hingga mengolah sampah menjadi energi listrik atau bisa disebut dengan PLTSa.
Masih banyak lagi usaha yang telah dilakukan oleh banyak pihak untuk menanggulangi masalah sampah ini. Salah satunya adalah Arky Gilang Wahab dengan budidaya manggotnya.
Mengenal Arky Gilang Wahab, Pemuda Banyumas Pencetus Budidaya Manggot
Sampah nampaknya menjadi masalah yang cukup serius di Desa Banjaranyar. Desa tempat Arky Gilang Wahab berasal. Gunungan sampah yang terus meningkat menyebabkan penduduk Desa Banyaranyar tidak nyaman karena baunya yang tidak sedap dan dapat mengangggu aktivitas.
Daerah asal Arky, Banyumas sempat mengalami darurat sampah pada tahun 2018 hingga awal 2019. Selain sampah dari masyarakat, banyaknya sampah ikut terbawa oleh hujan besar saat itu ikut menambah banyaknya sampah di Banyumas. Tidak beroperasinya TPA setempat, TPA Kaliori karena demostrasi warga yang menganggap TPA mencemari lingkungan membuat keadaan semakin memburuk.
Berangkat dari keprihatinannya, Sarjana Teknik Geodesi ITB ini membuat gagasan program sistem konversi limbah organik untuk ciptakan ketahanan pangan. Dibantu adik iparnya, ia mulai mengembangkan gagasannya ini dengan budidaya manggot.
Sebelum memulai budidayanya, Arky melakukan berbagi riset dan belajar peluang dari budidaya yang akan menjadi bisnisnya ini dari berbagai sektor. Awalnya ia menjalankan program pengolahan sampah dalam skala rumah tangga. Tercatat 50-70% sampah yang ia olah adalah sampah organik. Hasil akhir pengolahan sampah organik ini adalah kompos.
Baca Juga
- Pendidikan Asa Membangun Bangsa dalam Program Tukar Sampah
- Menggiatkan Aksi Peduli Sampah Bersama Waste Solution Hub
Budidaya Manggot Atasi Masalah Sampah
Setelah banyak riset dan membaca peluang di berbagai sektor, Arky memulai pengolahan sampah secara besarnya dengan budidaya maggot larva Black Soldier Fly (BSF). Penggunaan manggot ini lebih efektif dan efisien dari metode sebelumnya.
Lalat BSF diletakkan di sekitar sampah organik dan akan menetas dalam waktu 4-5 hari. Larva dari BSF inilah yang akan memakan bubur sampah organik yang telag diolah sebelumnya ini secara rakus dan dapat membantuk mengurai sampah dengan cepat. Manggot juga dapat memproses bubur sampah tersebut menjadi pupuk organik.
Awalnya Arky mengembangkan budidaya ini dengan modal manggot dengan berat 5 gram. Kemudian hasilnya adalah 7 kilogram pupuk organik. Manggot yang telah siap kemudian akan dijual sebagai pakan ternak dan pupuk organik.
Budidaya ini semakin melebar setelah Arky bekerja sama dengan pemerintah setempat dalam mengelola sampah dengan budidaya manggotnya. Upaya ini mencapat keberhasilan dengan mampu mengolah sekitar 5.800 rumah dan 80 instansi pemerintah dan perkantoran di kecamatan Purwokerto, Sumbang, dan Sokaraja.
Baca Juga
- David Hidayat: Anak Nelayan yang Terpanggil untuk Menjaga Laut
- Cerita David Hidayat Menjaga Ekosistem Pesisir Sumatera Barat Melalui Blue Carbon
Dari Sampah Jadi Rupiah
Budidaya manggot yang awalnya dijalankan dalam skala rumah tangga ini lama kelamaan menjadi bisnis yang cukup menjanjikan. Arky mengungkapkan bahwa kerja sama antara bisnisnya dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dapat mengelola sekitar 10-12 ton sampah atau 10% dari sampah organik Banyumas setap harinya.
Pundi rupiah juga didapatkannya berkat bisnis ini. Penjualan manggot sebagai pakan ternak dan pupuk organiknya semakin meluas jangkauannya. Akan tetapi, aspek lingkungan masih menjadi fokus utama Arky dan KSM dalam menjalankan bisnis ini. Pundi rupiah yang didapatkan digunakan sebaik-baiknya untuk memperluas skala produksi.
Selain itu, meluasnya bisnis ini juga berimbas pada kegiatan perekonomian warga setempat. Terhitung ada lebih dari 200 karyawan dan anggota KSM yang telah terdampak secara finansial.
Nah, Sobat EBT Heroes, sekarang kita semakin tahu Indonesia melalui gagasan luar biasa dari Arky Gilang Wahab. Sampah yang menggunung apabila dikelola dengan baik juga akan menghasilkan hal positif. Gagasan Arky Gilang Wahab ini akhirnya dapat mengatasi darurat sampah yang terjadi di Banyumas. Hal ini membuatnya pantas mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Awards tahun 2021 lalu dari Astra.
#zonaebt #sebarterbarukan #sobatebtheroes
Referensi:
[1] Finalis Penggerak Program Sistem Konversi Limbah Organik Untuk Ciptakan Ketahanan Pangan
[2] Arky Gilang Wahab Ubah Sampah Jadi Rupiah Dengan Budidaya Manggot