Lima Strategi Efisiensi Energi: Kunci Industri Indonesia Menuju Era Rendah Karbon

Strategi Kunci Industri Rendah Karbon, Sumber: Instagram zonaebt
  • optimalisasi konsumsi energi hingga 50-60% melalui modernisasi teknologi dan audit energi.
  • transisi dari bahan bakar fosil ke EBET untuk mengurangi emisi hingga 927.113 ton CO2.
  • lima strategi utama menuju target net zero emission 2060 melalui elektrifikasi, hidrogenisasi, dan biomassa.

Sektor industri Indonesia kini berada di persimpangan jalan antara pertumbuhan ekonomi dan tanggung jawab lingkungan. Sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, sektor industri dituntut untuk bertransformasi menuju sistem produksi yang lebih berkelanjutan. Tekanan global terhadap perubahan iklim serta komitmen Indonesia dalam Paris Agreement mendorong percepatan adopsi teknologi hijau dan efisiensi energi di berbagai lini industri nasional.

Merespons tantangan tersebut, Makin tahu Indonesia Kementerian Perindustrian bersama Badan Standardisasi Nasional (BSKJI) per 2024 telah merumuskan lima strategi utama dalam roadmap dekarbonisasi industri. Strategi-strategi ini tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi karbon, tetapi juga pada peningkatan daya saing industri melalui efisiensi operasional dan inovasi teknologi. Lima pilar transformasi ini mencakup fuel switching, efisiensi energi, elektrifikasi, hidrogenisasi, dan pemanfaatan biomassa yang diharapkan dapat membawa industri Indonesia menuju era rendah karbon. Berikut 5 strategi kunci industri rendah karbon:

Baca juga:



Fuel Switching

Ilustrasi Pemanfaatan Fuel Switching. Sumber: turbomachinerymag

Fuel switching atau penggantian bahan bakar merupakan strategi prioritas dalam upaya dekarbonisasi industri. Strategi ini melibatkan transisi dari bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas alam konvensional ke sumber energi yang lebih bersih dan terbarukan (EBET – Energi Baru dan Energi Terbarukan). Penerapan fuel switching terbukti mampu mengurangi emisi dari bahan bakar fosil hingga 927.113 ton CO2 ekuivalen.

Indonesia memiliki potensi besar untuk mengimplementasikan strategi ini mengingat kekayaan sumber energi terbarukan yang dimiliki. Industri-industri besar seperti semen, baja, dan petrokimia dapat beralih menggunakan energi surya, angin, atau biomassa untuk menggantikan ketergantungan pada batu bara. Langkah ini tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga meningkatkan ketahanan energi nasional di tengah fluktuasi harga energi fosil global.

Efisiensi Energi

Ilustrasi energi baru dan terbarukan (EBT).
Ilustarsi Efisiensi Energi untuk bumi. Sumber: kompas.com

Efisiensi energi merupakan strategi fundamental yang berfokus pada optimalisasi peralatan industri untuk menurunkan konsumsi energi hingga 50-60%. Melalui audit energi dan modernisasi teknologi, industri dapat mengidentifikasi area pemborosan energi dan melakukan perbaikan sistem produksi yang lebih efisien. Dampak langsung dari strategi ini adalah peningkatan produktivitas sekaligus penghematan biaya operasional yang signifikan.

Implementasi efisiensi energi mencakup penggunaan teknologi motor listrik hemat energi, sistem pencahayaan LED, isolasi termal yang lebih baik, dan sistem manajemen energi berbasis IoT. Kementerian Perindustrian telah mendorong program konservasi energi di berbagai sektor industri dengan menyediakan insentif dan pendampingan teknis. Hasil studi menunjukkan bahwa industri yang menerapkan program efisiensi energi dapat menghemat biaya energi hingga 20-30% per tahun.

Elektrifikasi

Low angle shot of electric linemen working on pole
Contoh kegitan dan pemanfaatan Elektrifikasi. Sumber: Freepik.com

Elektrifikasi industri merupakan strategi jangka panjang yang menargetkan penggunaan listrik untuk proses industri bersuhu rendah, khususnya pada sektor makanan, tekstil, dan perangkat elektronik. Target pemerintah adalah mencapai elektrifikasi penuh pada industri-industri tersebut pada tahun 2060, sejalan dengan komitmen Indonesia mencapai net zero emission.

Proses elektrifikasi memerlukan transformasi infrastruktur yang signifikan, termasuk pengembangan jaringan listrik yang andal dan kapasitas pembangkit listrik terbarukan yang memadai. Industri manufaktur ringan akan menjadi pionir dalam transisi ini karena karakteristik prosesnya yang lebih mudah dielektrifikasi dibandingkan industri berat. Keberhasilan elektrifikasi akan sangat bergantung pada ketersediaan pasokan listrik hijau yang stabil dan terjangkau.

Hidrogenisasi

Fasilitas produksi hidrogen modern menampilkan tangki silinder putih yang ditandai dengan H2 dikelilingi oleh tanaman hijau subur dan sinar matahari yang cerah bersinar
Ilustrasi startegi pemanfaatan green Hydrogen. Sumber: Freepik.com

Pemanfaatan green hydrogen atau hidrogen hijau menjadi inovasi terdepan dalam strategi dekarbonisasi industri, terutama untuk menggantikan gas alam pada industri semen dan industri berat lainnya. Hidrogen hijau diproduksi melalui elektrolisis air menggunakan energi terbarukan, menghasilkan energi bersih tanpa emisi karbon. Strategi ini berpotensi mengurangi emisi dan ketergantungan pada gas fosil secara drastis.

Indonesia memiliki peluang besar mengembangkan industri hidrogen hijau mengingat potensi energi terbarukan yang melimpah, terutama energi surya dan angin. Namun, tantangan utama terletak pada biaya produksi yang masih tinggi dan infrastruktur pendukung yang belum memadai. Pemerintah dan sektor swasta perlu berkolaborasi dalam riset dan pengembangan teknologi hidrogenisasi serta membangun ekosistem industri hidrogen yang kompetitif di tingkat regional.

Biomassa

Staf Pengajar Unpad Biomassa Alternatif Pengganti Energi Fosil, Ini  Penjelasannya - Cakrawala
Ilustrasi Pemanfaatan biomassa. Sumber: cakrawala.co

Strategi pemanfaatan biomassa melibatkan penggantian bahan bakar fosil dengan sumber biomassa untuk proses pemanasan industri. Biomassa yang berasal dari limbah pertanian, kehutanan, dan industri pengolahan dapat dikonversi menjadi energi panas yang diperlukan dalam proses produksi. Keunggulan biomassa adalah emisi yang lebih rendah dan karakteristiknya yang ramah lingkungan serta berkelanjutan.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi biomassa yang sangat besar dari berbagai sumber seperti cangkang kelapa sawit, sekam padi, dan limbah kayu. Pemanfaatan biomassa tidak hanya mengurangi emisi industri tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru bagi sektor pertanian dan kehutanan. Pengembangan teknologi konversi biomassa yang efisien dan pembangunan rantai pasok biomassa yang terintegrasi menjadi kunci keberhasilan strategi ini dalam jangka panjang.

Baca juga:



Makin tahu Indonesia, implementasi lima strategi efisiensi energi ini memerlukan komitmen kuat dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, pelaku industri, hingga masyarakat. Kementerian Perindustrian telah menyiapkan berbagai insentif dan program pendampingan untuk mempercepat transisi industri menuju rendah karbon, termasuk kemudahan akses pembiayaan hijau dan pengembangan SDM kompeten di bidang energi terbarukan. Dengan target net zero emission pada 2060, Indonesia memiliki waktu untuk melakukan transformasi secara bertahap namun konsisten. Keberhasilan strategi ini tidak hanya akan mengurangi jejak karbon industri nasional hingga jutaan ton per tahun, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru, menciptakan lapangan kerja hijau, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global yang semakin mengedepankan aspek keberlanjutan.

#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan

[1] Kementerian Perindustrian RI. (2024). “Strategi Industri Hijau Indonesia

[2] Badan Standardisasi Nasional. (2024). “Kebijakan Standar Efisiensi Energi Industri.”

[3] Indonesia Clean Energy Forum. (2024). “Implementasi Green Hydrogen di Indonesia.”