Pemerintah Indonesia Meluncurkan Skenario Energi Low Carbon dalam RUPTL 2021-2030

Pemerintah Indonesia Meluncurkan Skenario Energi Low Carbon dalam RUPTL 2021-2030 zonaebt.com
  • Pemerintah Indonesia telah meluncurkan skenario energi dengan emisi karbon rendah (low carbon) dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
  • Skenario ini bertujuan untuk mengurangi porsi energi fosil dan meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional.
  • Dengan meluncurkan skenario low carbon dalam RUPTL 2021-2030, pemerintah berkomitmen untuk mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Pemerintah Indonesia telah meluncurkan skenario energi dengan emisi karbon rendah (low carbon) dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Skenario ini bertujuan untuk mengurangi porsi energi fosil dan meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional. Langkah ini merupakan bagian dari upaya Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim global dan mengurangi dampak negatifnya.

Meningkatkan Energi Terbarukan, Menurunkan Fosil

https://datawrapper.dwcdn.net/w3bXh/2/
Proyeksi Bauran Energi Indonesia dalam Skenario Rendah Karbon RUPTL 2021-2030. Sumber: Databoks

Menurut data yang dikeluarkan oleh pemerintah, skenario low carbon ini memiliki target ambisius. Porsi batu bara dalam bauran energi nasional diproyeksikan akan turun dari 66,98% pada tahun 2021, menjadi 59,37% pada tahun 2030. Selain itu, porsi gas bumi juga akan mengalami penurunan dari 16,58% pada tahun 2021, menjadi 15,44% pada tahun 2030. Lalu porsi bahan bakar minyak akan berkurang dari 3,52% pada tahun 2021, menjadi 0,40% pada tahun 2030.

Sebaliknya, porsi energi baru terbarukan (EBT) akan terus meningkat dari 12,6% pada tahun 2021, menjadi 24,8% pada tahun 2030. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya alam yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah mempermudah penambahan porsi EBT di tiap tahunnya. Hal ini terjadi karena kekayaan alam itu bisa dimanfaatkan sebagai energi. Contohnya seperti memanfaatkan sumber daya alam sebagai pembangkit listrik. Pemanfaatan sumber daya ini akan menambah porsi EBT.

Meskipun terdapat penurunan persentase dalam penggunaan energi fosil, batu bara tetap menjadi sumber energi utama Indonesia dalam satu dekade ke depan. Bahkan, jika dilihat dari volume, dalam skenario low carbon ini, kebutuhan batu bara nasional diproyeksikan akan tetap bertambah, dari 111 juta ton pada tahun 2021, menjadi 153 juta ton pada tahun 2030. Diperlukan sebuah tindakan untuk mengurangi pemanfaatan baru bara. Pemanfaatan batu bara sebagai energi selain bisa menghabiskan sumber daya yang terbatas itu, bisa juga menambah kerusakan alam. Banyak dampak buruk dari pemanfaatan sumber energi yang tidak ramah lingkungan, contohnya seperti memperparah perubahan iklim dunia.

Baca Juga



Tantangan Meningkatnya Emisi Gas Rumah Kaca

Pemerintah Indonesia Meluncurkan Skenario Energi Low Carbon dalam RUPTL 2021-2030 zonaebt.com
Ilustrasi Energi Terbarukan. Sumber: klikhijau

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam skenario low carbon adalah meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia dari sektor energi. Meskipun ada upaya untuk mengurangi penggunaan energi fosil, emisi GRK masih diproyeksikan akan meningkat dari 259,1 juta ton CO2 pada tahun 2021, menjadi 334,6 juta ton CO2 pada tahun 2030.

Namun demikian, perlu ditekankan bahwa skenario low carbon ini memiliki emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan skenario optimal dan skenario business as usual (BAU) yang disusun oleh pemerintah. Oleh karenanya, skenario low carbon bisa menjadi jawaban yang lebih baik dalam mengatasi emisi karbon yang berlebihan. Jika emisi karbon bisa ditekan, maka efek buruk pada lingkungan juga akan berkurang. Meskipun ada tantangan emisi GRK, skenario low carbon tetap bisa dijalankan.

Dalam skenario optimal, bauran EBT akan ditambah menjadi 23% pada tahun 2025, namun penggunaan batu bara masih tetap tinggi dengan porsi sekitar 64%. Skenario ini diproyeksikan akan menghasilkan emisi GRK sebanyak 363 juta ton CO2 pada tahun 2030. Untuk mengatasi emisi GRK yang terus bertambah, perlu dilakukan tindakan untuk mengatasi hal ini. Jika masalah penambahan emisi GRK bisa diatasi, maka tantangan dari skenario low carbon akan berkurang.

Sedangkan dalam skenario business as usual (BAU), sama sekali tidak ada penambahan EBT atau teknologi emisi karbon rendah. Skenario ini diproyeksikan akan menghasilkan emisi GRK sebanyak 433 juta ton CO2 pada tahun 2030. Oleh karena itu, skenario low carbon tetap menjadi langkah positif dalam upaya mengurangi emisi GRK, meskipun tetap memiliki tantangan.

Skenario Nol Emisi Berdampak Positif pada Perekonomian Indonesia

Pemerintah Indonesia Meluncurkan Skenario Energi Low Carbon dalam RUPTL 2021-2030 zonaebt.com
Ilustrasi Batu Bara. Sumber: kompas.com

Hasil simulasi terbaru menunjukkan bahwa kebijakan atau skenario nol emisi dapat mendukung pembangunan rendah karbon sebagai upaya menanggulangi dampak perubahan iklim. Apabila dilakukan dengan optimal, kebijakan ini tidak hanya akan berdampak pada aspek lingkungan, tetapi juga ekonomi Indonesia. Tentu hal ini menjadi kabar baik, sebab tak hanya mengatasi masalah lingkungan, masalah ekonomi juga bisa teratasi.

Baca Juga



Upaya Pemerintah dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Pemerintah Indonesia Meluncurkan Skenario Energi Low Carbon dalam RUPTL 2021-2030 zonaebt.com
Ilustrasi Emisi Karbon. Sumber: GNFI

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan keseriusannya dalam menghadapi perubahan iklim global dan mengurangi dampak negatifnya. Dengan meluncurkan skenario low carbon dalam RUPTL 2021-2030, pemerintah berkomitmen untuk mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Langkah-langkah seperti peningkatan penggunaan EBT dan pengurangan penggunaan energi fosil merupakan upaya konkret untuk meminimalkan dampak perubahan iklim. Selain itu, pemerintah juga perlu terus mendorong inovasi dan investasi dalam teknologi ramah lingkungan serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan energi yang berkelanjutan.

Meskipun masih ada tantangan dalam mengurangi emisi GRK, skenario low carbon merupakan langkah awal yang positif menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi Indonesia. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan Indonesia dapat mencapai target-targetnya dalam mengurangi emisi karbon dan memberikan kontribusi positif dalam upaya global untuk melawan perubahan iklim.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor: Rewinur Alifianda Hera Umarul

Referensi:

[1] Skenario Nol Emisi Berdampak Positif pada Perekonomian Indonesia

[2] Ini Skenario Bauran Energi Rendah Karbon Indonesia sampai 2030

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *