- Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) telah menghadirkan Autonomous Rail Transit (ART) atau Trem Otonom sebagai moda transportasi umum.
- Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan China Norinco International Co., Ltd. (Norinco).
- Produk ini menggunakan tenaga listrik murni yang disimpan di dalam baterai, menghasilkan emisi karbon rendah, sehingga mendukung kualitas udara yang lebih baik dan pembangunan kota yang ramah lingkungan.
Halo Sobat EBT Heroes!
Agar makin tahu Indonesia, Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) telah menghadirkan Autonomous Rail Transit (ART) atau Trem Otonom sebagai moda transportasi umum. Saat ini sedang diuji Proof of Concept (PoC) dari Agustus hingga Oktober 2024 di di Sumbu Kebangsaan Sisi Timur, Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN.
Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan China Norinco International Co., Ltd. (Norinco). Norinco sendiri sebuah perusahaan pertahanan milik Tiongkok yang memproduksi produk komersial dan militer.
Trem Otonom memiliki konsep yang mirip seperti bus, tetapi badannya lebih panjang sehingga menyerupai kereta. Kendaraan ini diproduksi oleh CRRC Co., Ltd., perusahaan kereta api asal negeri tirai bambu, dengan harga satu set rangkaian sebesar 70 miliar rupiah.
Ini alasan pemerintah memilih Trem otonom sebagai moda transportasi karena lebih murah daripada moda transportasi lain seperti MRT dan LRT. Selain itu, Trem otonom ramah lingkungan karena bertenaga baterai.
Presiden Jokowi menyampaikan dalam siaran pers pada Selasa, 13 Agustus 2024, “Kita ingin transportasi massal di IKN itu berbasis energi hijau, dan tadi ART (autonomous rail transit)-nya itu listrik. Itu yang saya harapkan nanti bisa digunakan di IKN. Selain murah, itu energinya hijau.”
Baca Juga:
- 4 Mobil Listrik Terbaik di Bawah 500 Juta: Kualitas Tanpa Menguras Kantong!
- Proyek Kereta Listrik Bikin Keuangan BUMN Mencekik
Teknologi Trem Otonom
Trem Otonom menggunakan hybrid system yang menggabungkan teknologi Light Rapid Transit (LRT) dan Autonomus Bus, dengan ban karet untuk melaju di lintasan jalan raya IKN. Trem ini melintas di atas virtual track atau marka jalan khusus yang ditanam sensor Light Detection and Ranging (LIDAR) dan Global Positioning System (GPS).
Teknologi ini memiliki Dedicated Line yang bersifat Autonomous, sehingga mampu menghindari masalah drifting pada bagian belakang trem seperti yang terjadi pada Bus Rapid Transit (BRT). LIDAR juga memberikan efisiensi karena tidak memerlukan rel atau investasi infrastruktur yang besar.
Produk ini menggunakan tenaga listrik murni yang disimpan di dalam baterai, menghasilkan emisi karbon rendah, sehingga mendukung kualitas udara yang lebih baik dan pembangunan kota yang ramah lingkungan. Pengisian baterai pun cepat, dengan arus mencapai 1000 ampere; hanya dengan 10 menit pengecasan, trem dapat melaju sejauh 25 km, dan dengan baterai penuh, dapat mencapai 70 km.
Transportasi massal ini dilengkapi dengan 16 kursi dan 28 gantungan tiap gerbong, sehingga mampu menampung 300 sampai 500 penumpang. Kendaraan umum IKN ini dapat melaju dua arah (bidirectional), baik maju (forward) maupun mundur (backward), dengan kecepatan maksimal 70 km/jam.
Fasilitas Pendukung
Melaju dari sisi barat hingga sisi timur sumbu kebangsaan di IKN, Trem Otonom masih membutuhkan sarana pendukung dalam operasionalnya, seperti halte-halte untuk mengakomodasi penumpang. Diketahui 8 halte sedang dibangun oleh Kementerian PUPR. Merayakan Kemerdekaan RI ke 79 di IKN, pemerintah telah menyiapkan 4 halte, yaitu halte Kemenko 1 hingga Kemenko 4.
Pembayaran dilakukan melalui sistem tap on bus untuk memfasilitasi pembayaran nontunai. Selain itu, sistem persinyalan digunakan untuk mengutamakan trem otonom di persimpangan jalan dengan mengirimkan sinyal 100 meter sebelum sampai ke lampu persimpangan.
Baca Juga:
- Menjelajahi Fungsi Komponen Utama pada Inovasi Mobil Listrik
- Bedah Hulu Hilir Ekosistem Kendaraan Listrik Indonesia
Proof of Concept dan Tantangan Implementasi
Pengujian trem otonom saat ini bertujuan untuk memastikan apakah operasionalnya bisa dilakukan secara otomatis penuh atau masih semi-otomatis. Presiden Jokowi sendiri telah menguji coba trem ini bersama pejabat negara lainnya.
Meski baru dihadirkan di Indonesia, trem ini menghadapi beberapa tantangan, seperti lebar jalan yang terbatas hanya 23 meter dan dibagi menjadi 6 lajur, sedangkan trem otonom membutuhkan jalanan yang lapang. Trem ini juga belum memiliki landasan hukum yang jelas untuk pengoperasiannya. Selain itu, beberapa kritik publik muncul karena dianggap belum mendesak dibandingkan kebutuhan di kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Makassar, dan Medan.
Meski begitu, pemerintah berharap trem otonom dapat menjadi moda transportasi utama dengan teknologi canggih serta ramah lingkungan, sejalan dengan visi Presiden Jokowi. “Kita ingin transportasi massal di IKN itu berbasis energi hijau, dan tadi ART-nya itu listrik. Itu yang saya harapkan nanti bisa digunakan di IKN. Selain murah, itu energinya hijau,” ujar Presiden Jokowi (13/8).
Bagaimana tanggapan Sobat EBT Heroes mengenai trem otonom ini?
#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes
Editor: Adhira Kurnia Adhwa
Referensi:
[1] Uji coba Trem Otonom IKN Kemenhub
[2] Uji coba Trem Otonom Pemerintah IKN
4 Comment