
- Infrastruktur pengisian daya belum memadai, jumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) masih terbatas, terutama di luar kota besar
- Jarak tempuh mobil listrik lebih pendek dibandingkan mobil bensin, kurang praktis untuk perjalan jauh. efisiensi baterai dapat dipengaruhi oleh lalu lintas dan kondisi cuaca
- Bengkel dan teknisi khusus mobil listrik masih terbatas, harga suku cadang cenderung mahal
- Risiko kebakaran baterai dan penangananyya lebih sulit dibandingkan mobil bensin. pengisian daya di rumah dapat meningkatkan tagihan listrik, terutama bagi rumah dengan daya terbatas
Sampai saat ini, mobil listrik semakin menarik perhatian masyarakat di Indonesia. Pemerintah turut mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan ini dengan berbagai insentif, sementara produsen otomotif terus meluncurkan model-model baru. Namun, meskipun tren ini positif, masih banyak masyarakat yang ragu untuk beralih ke mobil listrik.
Berbagai kendala, seperti keterbatasan infrastruktur pengisian daya dan harga mobil listrik yang masih relatif tinggi, menjadi penghalang utama dalam adopsi kendaraan ini. Selain itu, faktor lain seperti daya tahan baterai, biaya perawatan, serta ketersediaan suku cadang juga menjadi pertimbangan bagi calon pengguna.
Beberapa faktor utama pun menjadi pertimbangan sebelum mereka memutuskan untuk beralih ke mobil listrik. Sobat EBT Heroes, apa saja sih kekhawatiran masyarakat dalam penggunaan mobil listrik?
Infrastruktur Pengisian Daya yang Terbatas

Keterbatasan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) menjadi salah satu kendala utama dalam adopsi mobil listrik di Indonesia. Kendati jumlahnya terus meningkat, SPKLU masih terpusat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Sementara itu, di luar Pulau Jawa, akses pengisian daya masih sangat terbatas. Selain itu, waktu pengisian daya mobil listrik juga lebih lama dibandingkan dengan pengisian bahan bakar konvensional.
Berbeda dengan mobil berbahan bakar fosil yang hanya membutuhkan beberapa menit untuk pengisian penuh, mobil listrik memerlukan waktu antara 30 menit hingga beberapa jam, tergantung jenis charger yang digunakan. Bagi sebagian orang, membawa perangkat pengisian daya ke rumah mungkin menjadi solusi. Namun, kendala muncul bagi mereka yang memiliki keterbatasan akses listrik atau tinggal di apartemen tanpa fasilitas pengisian daya. Hal ini membuat masyarakat semakin mempertimbangkan keputusan untuk beralih ke mobil listrik.
Jarak Tempuh Mobil Listrik Terbatas

Jarak tempuh mobil listrik masih menjadi perhatian utama masyarakat. Di Indonesia, mobil listrik dapat menempuh jarak antara 200 hingga 400 km dengan satu kali pengisian penuh. Meskipun kapasitas ini cukup untuk perjalanan dalam kota, jaraknya tetap lebih pendek dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin yang mampu menjangkau 500 hingga 800 km per tangki penuh. Selain itu, kondisi lalu lintas yang padat dan cuaca yang tidak menentu juga memengaruhi efisiensi baterai. Penggunaan AC, kecepatan berkendara, serta kondisi jalan yang menanjak dapat mempercepat konsumsi energi, sehingga mengurangi jarak tempuh yang seharusnya.
Ketersediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di rute perjalanan jauh, seperti saat mudik, juga masih menjadi tantangan. Banyak masyarakat merasa khawatir akan kehabisan daya di tengah perjalanan tanpa akses mudah ke stasiun pengisian. Kekhawatiran ini menjadikan mobil listrik dianggap belum sepenuhnya praktis untuk perjalanan jarak jauh.
Baca Juga
Keterbatasan Teknisi untuk Mobil Listrik

Berbeda dengan mobil berbahan bakar bensin yang bisa diperbaiki di hampir setiap bengkel, mobil listrik memerlukan teknisi yang memiliki keahlian khusus dan peralatan yang sesuai. Sayangnya, di Indonesia, jumlah bengkel yang dapat menangani perawatan dan perbaikan kendaraan listrik masih tergolong sedikit. Selain itu, ketersediaan suku cadang juga menjadi tantangan. Beberapa komponen mobil listrik belum banyak tersedia di pasaran, sehingga ketika terjadi kerusakan, pemilik mobil harus bersiap untuk menunggu lebih lama dan mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk perbaikan.
Situasi ini semakin rumit bagi mereka yang tinggal di daerah yang tidak memiliki fasilitas servis khusus untuk mobil listrik. Dalam kasus kerusakan, mereka terpaksa harus membawa mobil mereka ke kota besar yang memiliki bengkel resmi, yang tentu saja akan memakan waktu dan biaya tambahan.
Keamanan dan Risiko Kebakaran Baterai

Kekhawatiran mengenai keamanan baterai mobil listrik semakin mendominasi perhatian publik. Berbagai insiden kebakaran pada mobil listrik yang viral di media sosial menambah rasa cemas tentang potensi overheating atau thermal runaway pada baterai. Di samping itu, penanganan kebakaran pada mobil listrik cenderung lebih rumit dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin. Meskipun para produsen telah mengimplementasikan berbagai sistem keamanan, ketakutan tetap ada, terutama karena pemahaman masyarakat tentang teknologi baterai mobil listrik masih terbatas.
Baca Juga
- Inovasi Terbaru dan Polemik Kendaraan Listrik di Indonesia
- Dibalik Harga Fantastis: Mengapa 5 Mobil Listrik Ini Jadi yang Termahal di Dunia?
Dampak dari Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Bagi mereka yang berencana mengisi daya kendaraan listrik di rumah, muncul sebuah pertanyaan penting. Apakah kapasitas listrik di rumah cukup untuk mendukung pengisian mobil listrik?
Di Indonesia, tidak semua rumah memiliki kapasitas listrik yang memadai, terutama di perumahan lama yang masih bergantung pada daya rendah. Jika perlu menambah kapasitas listrik, hal ini tentu akan memerlukan biaya tambahan yang harus dipertimbangkan. Selain itu, ada kekhawatiran mengenai potensi peningkatan tagihan listrik akibat penggunaan mobil listrik. Meskipun biaya pengisian daya umumnya lebih ekonomis dibandingkan membeli bensin, sebagian masyarakat masih ragu untuk beralih karena ketidakpastian dalam pengelolaan biaya listrik bulanan mereka.
Sobat EBT Heroes, mobil listrik menawarkan berbagai keuntungan, mulai dari efisiensi energi hingga kontribusi terhadap lingkungan yang lebih bersih. Namun, masih ada beberapa tantangan yang membuat masyarakat ragu untuk beralih. Tantangan tersebut mencakup keterbatasan infrastruktur, jarak tempuh yang terbatas, kurangnya bengkel yang menyediakan layanan perbaikan, serta harga yang masih tergolong tinggi. Faktor-faktor ini menjadi penghambat utama dalam adopsi mobil listrik di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, diharapkan teknologi terus berkembang, infrastruktur semakin baik, dan harga mobil listrik menjadi lebih terjangkau. Namun, hingga saat itu tiba, banyak orang masih memilih untuk menunggu sebelum beralih ke mobil listrik. Bagaimana dengan Sobat EBT Heroes? Apakah sudah siap beralih ke mobil listrik, atau masih menunggu hingga semua kekhawatiran tersebut terjawab?
#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHEROES
Editor : Alfidah Dara Mukti
Referensi:
1 Comment