Jaring Hantu, Ancaman Tersembunyi Yang Menghantui Lautan

Anjing Laut yang Terperangkap Jaring Hantu zonaebt.com
Anjing Laut yang Terperangkap Jaring Hantu. Sumber: Nationalgeographic.org
  • Laporan Stop Ghost Gear oleh WWF tahun 2020, memperkirakan setidaknya 10 persen sampah laut secara global terdiri dari limbah penangkapan ikan atau jaring hantu.
  • Pencemaran ini membuat setidaknya 66 persen spesies mamalia laut mati akibat menjadi sasaran tidak sengaja dari jaring hantu.
  • Jaring hantu juga merugikan manusia, terutama nelayan-nelayan kecil yang beroperasi harian. Hal ini mengakibatkan intensitas kerusakan jaring sangat tinggi hingga kerugian semakin besar.
  • Alih fungsi material pembuatan jaring menjadi salah satu solusi. Penggunaan jaring ramah lingkungan yang terbuat dari serat alami (nanas, pandan laut, kelapa, rami, dan agel) serta selektif dalam menangkap menjadi solusi yang memungkinkan untuk dilakukan.

Laut menjadi pesona tersendiri bagi banyak manusia. Terutama penduduk Indonesia, banyak masyarakat menggantungkan diri dengan laut, terlebih nelayan dan masyarakat pesisir. Perikanan dan keanekaragaman hayati lautan, menghiasi gugusan pulau-pulau di Indonesia dan menjadi keindahan tersendiri.

Dibalik keindahan laut ini, terdapat banyak ancaman bagi kehidupan laut salah satunya sampah plastik. Sampah plastik tentu berbagai macamnya, salah satunya adalah jaring hantu (Ghost Gear). Jaring ini bukanlah fenomena mistis, melainkan alat tangkap ikan yang hilang ataupun rusak kemudian hanyut di laut.

Tanpa bisa dikendalikan, jaring hantu sering kali menjebak banyak makhluk hidup di laut. Perkiraan dari United Nations Environment Programme (UNEP) bahwa, sekitar 640.000 ton alat tangkap ikan yang ditinggalkan atau hilang akan mencemari laut setiap tahunnya.

Lantas, bagaimana jaring hantu ini menjadi ancaman yang besar kedepannya. Bahkan dapat mempengaruhi ekonomi masyarakat?

Apa Itu Jaring Hantu dan Mengapa Berbahaya?

Ilustrasi Dampak Jaring Hantu atau Ghost Gear zonaebt.com
Ilustrasi Dampak Jaring Hantu atau Ghost Gear. Sumber: wwfwhale.org

Perlu diketahui jaring hantu (Ghost Gear) adalah peralatan penangkapan ikan yang terbuang atau hilang di laut. Jaring ini tetap melayang hingga akhirnya menjerat makhluk hidup lautan. Jaring hantu sendiri juga merujuk pada alat tangkap perikanan lainnya termasuk pancing, pukat, dan jaring tarik.

Alex J. Schulze, CEO dari 4Ocean, sebuah perusahaan yang bergerak dalam misi pembersihan plastik dan sampah lautan, dan pantai menyampaikan pendapatnya. Terutama alasan kenapa jaring hantu disebut “hantu”.

“Mengapa disebut jaring hantu? Karena sampah mengapung ini memerangkap ikan-ikan dan membuat mereka sekarat atau mati. Ikan-ikan yang membusuk itu mengundang kehadiran hewan-hewan laut lain, yang ingin memangsanya. Ini menjadi siklus abadi. Dengan berjalannya waktu semakin banyak hewan laut yang terperangkap dan mati,” ucap Schulze dalam VOA Indonesia.

Berdasarkan laporan Stop Ghost Gear oleh WWF tahun 2020, diperkirakan 10 persen sampah laut secara global terdiri dari limbah penangkapan ikan atau jaring hantu ini. Di mana 500 ribu hingga 1 juta ton peralatan penangkapan ikan mencemari lautan setiap tahunnya.

Kondisi Penyu yang Terdampar Dipenuhi Jaring Hantu zonaebt.com
Kondisi Penyu yang Terdampar Dipenuhi Jaring Hantu Menjeratnya. Nationalgeographic.org

Laporan ini juga memaparkan, pencemaran ini membuat banyak spesies terutama mamalia laut mati. Lebih dari 66 persen spesies mamalia laut, setengah spesies burung laut, dan semua spesies penyu laut menjadi sasaran tidak sengaja dari jaring hantu ini.

Mengomentari Laporan tersebut, Marco Lambertini, Direktur WWF Internasional mengatakan, “Meskipun konsekuensi dari limbah plastik akhirnya mulai menerima perhatian yang layak, masih terlalu sedikit kesadaran tentang kerusakan dahsyat yang disebabkan oleh ghost gear. Ini perlu segera diubah mengingat itu adalah bentuk puing plastik laut yang paling mematikan dan dapat bertahan di lautan kita selama berabad-abad, mendatangkan malapetaka seperti ancaman abadi hingga membunuh paus, lumba-lumba, anjing laut, burung laut, kura-kura dan hiu, dan merusak habitat laut yang vital.”

Lebih lanjut di Indonesia sendiri, jenis sampah laut jaring hantu ini belum banyak mendapat perhatian lebih. Bahkan, menurut Muhammad Abdi Suhufan, Koordinator Destructive Fishing Watch (DWF) Indonesia pada Mongabay.co.id, penanganan sampah laut selama ini masih sebatas sampah secara umum dan belum ada penanganan secara khusus untuk sampah jaring.

Abdi menambahkan, jaring hantu sendiri sulit terurai karena bahan pembuatannya dari plastik sintetis. Hal ini membuatnya jadi sulit terurai hingga membuat banyak satwa laut terjerat dan mati. Peristiwa ini biasanya disebut ghost fishing.

Dampak Jaring Hantu pada Laut dan Nelayan

Nelayan Tegalsari Memperbaiki Jaring penangkap Ikan zonaebt.com
Nelayan Tegalsari, Kota Tegal Memperbaiki Jaring Penangkap Ikan. Sumber: Mongabay.co.id

Jaring hantu yang mengakibatkan ghost fishing tentu sangat mengkhawatirkan. Selain berakumulasi dengan satwa laut, hal ini tentunya sangat dirasakan oleh para nelayan kecil.

Hasil riset dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Yayasan Strategi Konservasi Indonesia pada 2022 lalu. Mengungkapkan tentang keberadaan jaring hantu ini memiliki dampak turunan yang tidak sedikit.

Terutama jaring yang terurai menjadi kecil hingga menjadi mikroplastik akan terakumulasi dimakan oleh ikan dan dikonsumsi oleh manusia. Sehingga akan membahayakan kesehatan. Lebih lanjut dalam riset ini juga memaparkan pengaruh ke nelayan sendiri juga sangat besar, terutama dapat memicu kerusakan baling-baling hingga terjadinya kecelakaan di laut.

Baca Juga



Pini Wijayanti salah satu peneliti dalam riset ini mengungkap pada Mongabay.co.id, terdapat tiga jenis kerugian yang dialami para nelayan itu sendiri ketika terjadinya jaring hantu ini.

Kerugian pertama adalah perbaikan, terutama perbaikan alat tangkap, kerugian kehilangan karena tersangkut atau sengaja dibuang, serta kerugian atas biaya yang tak tampak (hidden cost), seperti berkurangnya waktu bekerja untuk melakukan perbaikan.

Lebih lanjut, menurut Pini kerugian terbesar bukan pada kelompok nelayan yang beroperasi bulanan, melainkan yang beroperasi harian. Umumnya nelayan yang beroperasi harian akan melakukan penangkapan ikan tidak lebih dari seminggu. Sedangkan jumlah pengeluarannya lebih besar dibandingkan nelayan yang beroperasi mingguan atau bulanan.

Perihal ini membuat alat tangkap ikan cenderung lebih besar. Berdasarkan laporan riset tersebut, setidaknya nelayan kelompok harian alami kerugian lebih besar, mencapai Rp323.400 per trip. Sedangkan nelayan mingguan ‘hanya’ sebesar Rp100 ribu.

“Bisa dibayangkan sendiri kalau pendapatan nelayan harian itu berkurang 58 persen, maka alokasi untuk kebutuhan tersebut juga akhirnya akan berkurang. Artinya, ada penurunan uang yang harusnya bisa dibelanjakan, yang pada ujungnya mempengaruhi kesejahteraan mereka,” jelas Pini.

Solusi untuk Mengurangi Jaring Hantu

Penyelam Dari Global Ghost Gear Initiative (GGGI) Membersihkan Jaring Hantu zonaebt.com
Penyelam Dari Global Ghost Gear Initiative (GGGI) Membersihkan Jaring Hantu. Sumber Ghostgear.org

Upaya mengatasi ataupun mitigasi tentunya perlu dilakukan. Mengingat sampah laut dan jaring hantu ini sangat berdampak ke banyak hal. Dalam skala global yang mendukung penanggulangan masalah jaring hantu ini adalah Global Ghost Gear Initiative (GGGI).

Umumnya GGGI ini sendiri merupakan kolaborasi antar pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non profit (NGO) untuk mengatasi masalah alat tangkap yang hilang dan mengurangi dampaknya terhadap ekosistem laut. Indonesia sendiri juga terdapat NGO, seperti perusahaan 4 Ocean yang juga mendaur ulang sampah plastik dan masih banyak NGO lainnya.

Cara lain tentunya adalah mengembangkan inovasi dari sektor teknologi. Contohnya seperti pembuatan jaring yang ramah lingkungan. Di Indonesia salah satunya yang sedang mengembangkannya adalah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Baca Juga



IPB sendiri mengembangkan jaring dari serat tumbuhan, seperti nanas, pandan laut, kelapa, rami, dan agel. Serat-serat tersebut akan dibentuk menjadi benang atau tali dengan biopolimer kitosan, untuk kemudian dirajut. Menurut Mokhamad Dahri Iskandar, pakar perikanan dan ilmu kelautan dari IPB, jaring-jaring ini akan mudah terurai sehingga mencegah terjadinya jaring hantu.

Peneliti lain juga menyarankan penggunaan jaring yang selektif, maksudnya jaring harus memiliki ukuran mata jaring yang ramah lingkungan. Ukuran jaring harus bisa menyeleksi ikan yang belum layak tangkap atau belum matang gonad berdasarkan ukurannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga ikan-ikan yang sudah dewasa dengan ikan yang masih kecil.

Tentunya hal yang perlu ditekankan lainnya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat. Terlebih tentang bahaya jaring hantu juga menjadi langkah penting. Kampanye sosial dan mengedukasi nelayan dan masyarakat menjadi penting untuk menangani limbah alat tangkap ikan agar lebih bertanggung jawab.

Jaring hantu adalah ancaman nyata bagi kehidupan laut, ekonomi nelayan, dan keseimbangan ekosistem laut. Namun, melalui inovasi teknologi, program pembersihan, serta edukasi yang lebih luas, kita bisa mengurangi dampak negatifnya dan menjaga kesehatan laut untuk generasi mendatang. Mari bersama-sama menjaga laut dari ancaman jaring hantu!

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi:

[1] Jaring Hantu, Pembunuh Diam-diam Kehidupan Laut

[2] Hari Satwa Liar Sedunia dan Pembunuh Senyap Tak Bernyawa

[3] Ghost Gear dan Dampaknya Terhadap Nelayan Kecil

[4] New report from WWF says abandoned fishing gear an “immortal menace” which must be central in the fight against plastic pollution

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *