- PLTS atap dapat menjadi pilihan strategi prioritas untuk Bali NZE 2045. Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, menerangkan bahwa menurut analisis IESR diperlukan kapasitas energi terbarukan 13 GW di Bali untuk mencapai NZE 2045 – di mana 49% berasal dari PLTS skala besar dan 21% dari PLTS atap
- Pemanfaatan PLTS atap oleh berbagai kalangan dalam berbagai skala merupakan cerminan gotong royong penyediaan energi terbarukan untuk Bali Energi Bersih dan Bali NZE 2045
- potensi energi surya di indonesia angkanya jauh lebih besar dari data yang ada. awalnya pada 2017 potensi energi surya yaitu 273KWh, dan menurut kajian yang dibuat potensi energi surya di seluruh indonesia
Denpasar, 20 Januari 2022 – Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen segera mewujudkan Bali Energi Bersih dan Bali Net-Zero Emission (NZE) 2045 dengan mendorong pemanfaatan PLTS atap secara masif di Bali.
Rencana aksi untuk mewujudkan komitmen ini dibahas dalam kegiatan diskusi grup terarah yang diadakan bersama oleh Pemprov Bali, CORE Udayana, dan Institute for Essential Services Reform (IESR), yang dihadiri oleh Kementerian ESDM, perangkat daerah seluruh Bali, akademisi, dan asosiasi.
“Salah satu keluaran yang kita bahas hari ini adalah Surat Edaran Gubernur untuk percepatan pemanfaatan PLTS atap di seluruh sektor yang beragam, tidak hanya OPD, juga pada masyarakat luas,” Ida Bagus Setiawan, Kepala Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, Disnaker ESDM Bali menjelaskan.
PLTS atap dapat menjadi pilihan strategi prioritas untuk Bali NZE 2045. Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, menerangkan bahwa menurut analisis IESR diperlukan kapasitas energi terbarukan 13 GW di Bali untuk mencapai NZE 2045 – di mana 49% berasal dari PLTS skala besar dan 21% dari PLTS atap. Untuk memastikan suplai yang terjaga dan kualitas yang andal, juga diperlukan upgrade jaringan dan sistem penyimpanan energi, seperti pumped-hydro energy storage.
Diskusi 2 hari ini juga membahas potensi investasi dan skema pembiayaan PLTS atap. Keekonomian masih menjadi faktor penentu bagi calon pengguna, sehingga identifikasi skema pembiayaan yang menarik akan membantu calon pengguna dari berbagai sektor, dari rumah tangga, pemerintah, hingga bisnis seperti perhotelan, untuk memasang PLTS atap di bangunan mereka.
Baca Juga
Pemanfaatan PLTS atap oleh berbagai kalangan dalam berbagai skala merupakan cerminan gotong royong penyediaan energi terbarukan untuk Bali Energi Bersih dan Bali NZE 2045 – selaras dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Menurut Ibu Dian selaku Wakil Ketua Komisi 3 DPRD Bali ”yang pertama mendukung upaya transisi penyelenggaraan sistem PBB termasuk PLTS untuk segera diakuisisi. yang kedua urusan anggaran, perlu bantuan pembiayaan dari sisi holder. Penerapan dari PLTS atap ini sebaiknya di kantor, institusi dan sekolah. Kalau di rumah sakit masih belum mungkin karena harus memiliki cadangan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian yang ketiga perlu Penguatan SDM yang terampil, yang keempat perlu transfer teknologi dalam peralatan agar pemeliharaan alat dan biaya operasional dapat berkesinambungan”.
Ibu Dian berharap proyek-proyek PLTS atap tidak hanya proyek jangka pendek. Namun, dapat bermanfaat untuk digunakan dalam jangka panjang.
Menurut Pak Fabby IESR 87% energi yang masyarakat indonesia pakai masih menggunakan energi fosil. lebih dari 85% pasokan listrik masyarakat berasal dari energi fosil, 65%nya berasal dari batu bara, yang lainnya berasal dari gas, dan BBM.
Dalam sebuah kajian yang dilakukan oleh pak Fabby dan timnya. potensi energi surya di indonesia angkanya jauh lebih besar dari data yang ada. awalnya pada 2017 potensi energi surya yaitu 273KWh, dan menurut kajian yang dibuat potensi energi surya di seluruh Indonesia berdasarkan ketersediaan lahan dapat mencapai 3,4 TWh sampai 20 TWh.
Pak Fabby juga menjelaskan “awal indonesia menggunakan energi terbarukan 100% pada 2050 dengan konsumsi listrik per kapitalnya 8400 Kwh per tahun. kita bisa memastikan semua energi terbarukan digunakan. Seperti panas bumi, biomassa, angin, air dan lainnya. untuk bisa mencapai itu semua 78% menggunakan PLTS”
“Salah satu hal penting adalah membangun transmisi antar pulau, karena Indonesia memiliki banyak pulau, dan sumber daya energinya tersebar-sebar di seluruh pulau. Sementara beban energi yang terbesar itu ada di Jawa, Bali, dan sumatra. Itulah kenapa interkoneksi itu menjadi penting” jelasnya.
Pulau Bali puncaknya pada tahun 2020 yaitu 980 MWp. pada saat covid turun menjadi 4,9 TWh. Kapasitas pembangkitan saat ini yang ada di bali yaitu 1000MWp, dengan kapasitas kabel laut sebesar 420 MWh dan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga surya sebesar 50 MWh tambahan dari PLTS sebelumnya sebesar 50 MWh. Di Bali sendiri potensi energi terbarukannya cukup besar mencapai 143GWh. Surya antara 26GWh sampai 142 GWh.
Baca Juga
Potensi PLTS atap di kantor Pemerintah di Bali itu totalnya hampir 8 MWh. belum termasuk Rumah sakit dan kantor kecamatan. 21 hotel bintang 4 dan 5 yang ada di bali jika di pasang PLTS dapat mencapai 6,7 MWh.
Jumlah Permintaan Listrik dengan pertumbuhan sekarang di Bali pada tahun 2045 mencapai 24 TWh. Bisa dilihat bahwa dibutuhkan kapasitas pembangkit kira-kira sebesar 13 GWh.
Zonaebt.com
Editor : Bunga Pertiwi
Renewable Content Provider
#zonaebt #sebarterbarukan