Nasib kini dan nanti PLTS Kayubihi [Serial 2]
16 April 2021, tim ZonaEBT meluangkan waktu untuk berkunjung ke PLTS pertama dan terbesar yang berada di kabupaten Bangli Provinsi Bali. Berkunjung ke satu- satu kabupaten yang tidak memiliki laut namun terdapat danau paling besar di Bali. Dengan suasana berhawa sejuk 25 derajat celcius dengan kelembaban berkisar 85%. My Trip My Adventure kali ini menyusuri pepohonan dan lebatnya hutan bambu yang sangat mudah ditemukan sepanjang perjalanan. Banyak ditemukannya para pengrajin turunan dari produk bambu seperti Tokasi (wadah tempat upacara agama hindu ).
PLTS berada di Banjar Banglet, Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, kabupaten Bangli Provinsi Bali. Bila perjalanan dari Bandara Ngurah Rai menuju lokasi dapat ditempuh dengan durasi 1 jam 34 menit dengan total 63 km. Sedangkan berangkat dari kota Denpasar dapat ditempuh jarak 53 km dengan durasi kurang lebih 1 jam 24 menit. Keberadaan PLTS yang lebih populer dengan nama PLTS Kayubihi tepat di pinggir akses jalan raya arah Bangli-Singaraja. Kecil kemungkinan para sobat EBT untuk tersesat kehilangan arah. Kompleks area PLTS Kayubihi berdiri di tanah seluas 2 hektar yang dulunya merupakan bekas tempat pembuangan sampah Kota Bangli.
Proyek yang dulunya sangat ambisius, karena menjadi lokasi proyek percobaan (pilot project) pada tahun 2013 oleh menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat itu masih dijabat oleh Jero Wacik. Uniknya juga Kabupaten Bangli merupakan tanah kelahiran dari Jero Wacik. Dengan kondisi lokasi matahari tidak maksimal kabupaten lainnya Bangli dipilih sebagai tempat uji coba.
Baca juga:
- PEMAKAIAN MOBIL LISTRIK AKAN MENINGKAT DI TAHUN 2025
- ZONAEBT.COM NGOBROLIN PANEL SURYA DI KOPERASI AMOGHASIDDHI
Untuk kawasan Bali, tersebar beberapa PLTS selain di Bangli. Lokasi percontohan lain seperti di Kubu, Kabupaten Karangasem dan di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Selain PLTS Kabupaten Klungkung juga terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Namun sayang sekali, update berita tahun 2018, kondisi PLTS di Kubu dan PLTS serta PLTB Nusa Penida tidak lagi berfungsi dengan baik. Per tahun 2021 tulisan ini terbit justru PLTS Kayubihi masih menyala dan tetap terus menyuplai listrik untuk Perusahaan listrik negara (PLN).
Kondisi sekarang menurut penuturan dari I Wayan Rimpin selaku petugas PLTS Kayubihi, saat ini beberapa titik pada area panel terjadi penurunan tanah. Hal ini disebabkan oleh dulunya tempat ini merupakan area tempat pembuangan sampah Kota Bangli (TPA). Saat pembangunan PLTS, TPA tersebut diurug dengan tanah. Berjalanya waktu pada akhirnya struktur tanah urug yang tidak begitu bagus dan ditambah dengan adanya bekas sampah baik plastik maupun organik mengakibatkan, penurunan tanah (ambles).
Efek dari penurunan struktur tanah pada akhirnya mengakibatkan bergesernya pondasi panel dan bisa dilihat pada gambar, beberapa panel dalam keadaan miring serta rusak. Saat tim zonaEBT berkunjung, kondisi panel yang rusak dibiarkan saja begitu karena menurut penurutan pak wayan diperlukan dana yang besar untuk mengganti panel yang telah rusak.
Diperlukan perawatan yang ekstra untuk mengoptimalkan fungsi Panel Surya di PLTS Kayubihi. Beberapa permasalahan yang dirasakan oleh petugas seperti, banyaknya kotoran lebah yang jatuh di area Panel. Disebabkan karena sekitaran PLTS banyak warga lokal yang budidaya lebah. Selain adanya hama serangga, terdapat juga hama dari tumbuh tumbuhan. Pada umumnya tumbuh dan menjalar di bawah panel naik ke atas panel dan pada akhirnya bisa menutupi panel dari cahaya matahari. Debu juga menjadi salah satu permasalahan dari PLTS, untuk kasus PLTS Kayubihi setiap sorenya para petugas membersihkan dengan bantuangan air.
Baca juga:
- GENJOT PENGGUNAAN EBT, PLN HADIRKAN LAYANAN SERTIFIKAT ENERGI TERBARUKAN
- TAK KALAH! INDONESIA BANGUN KEBUN ANGIN TERBESAR DI SULSEL
Potensi daya yang dihasilkan Kompleks PLTS Kayubihi dengan luas area sekitar 2 hektar dengan jumlah panel surya 500 buah masing-masing berkekuatan kurang lebih 200 watt. PLTS Kayubihi ini menggunakan sistem on grid daya dari PLTS langsung disambungkan melalui jaringan transmisi PLN Kabupaten Bangli. Panas matahari dari panel surya diubah menjadi listrik dengan bantuan 50 investor kemudian dikumpulkan di gardu distribusi. PLTS on grid tidak memerlukan adanya battery.
Dukungan Pemda Bangli Dikutip dari Mongabay Indonesia, pada tahun 2018 lalu PLN Distribusi Bali menandatangani kerjasama pembelian daya dari PLTS Kayubihi. Menurut I Gusti Ketut Putra, Deputi Manager Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Distribusi Bali, PLN bisa membeli listrik dari PLTS Kayubihi setelah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangli membentuk perusahaan daerah (Perusda) untuk mengelola PLTS Kayubihi. Menurut penuturan I Gusti Ketut Putra “Aturannya memang begitu, PLN harus membeli dari Perusda sehingga sifatnya membeli dari BUMD ke BUMN, bukan dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat,”
Sedangkan untuk harga pembelian sudah diatur sesuai dengan eraturan Menteri (Permen) ESDM No.39/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan serta Konservasi Energi, yaitu Rp750/kwh. Lama kontrak pembelian lima tahun dan bisa diperpanjang.
Bagaimana kedepannya? Oke, Bangli memang tidak sebagus kabupaten lain di Bali kalau berbicara potensi matahari. PLTS ini berada di daerah ketinggian sedangkan PLTS Kubu berada di dekat pantai. Menurut Priyatna secara umum di awal pembangunan PLTS Kayubihi didesain memang untuk menjadi tempat penelitian untuk pengambang energi terbarukan di Indonesia. PLTS pertama yang ada di Indonesia.
Penuturan dari Pak I Wayan Rimpin selaku petugas PLTS Kayubihi, sebelum adanya pandemi COVID-19, banyak mahasiswa yang melakukan kegiatan magang. Mahasiswa datang dari berbagai kampus mulai dari ITS, UGM, Udayana, dll. Karena di area PLTS Kayubihi tidak terdapat asrama/mes. Jadi mahasiswa luar yang magang akan tinggal di kos-kos yang dibuat oleh warga sekitar sana.
Perkembangan terbaru dari laju pemanfaatan PLTS di Indonesia, dikutip dari Harris Yahya selaku Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM mengungkapkan, hingga Juni 2020 sudah ada 2.346 unit PLTS Atap yang terpasang di seluruh Indonesia dengan total kapasitas 11,5 megawatt (MW). Bila dikompilasi dengan potensi energi PLTS di Indonesia yang sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GW, jelas saja angkanya begitu besar, toh Indonesia hanya punya dua musim. Penghujan dan musim kemarau. Sekedar informasi negara Uni Emirat Arab adalah negara paling besar memanfaatkan energi dari sinar matahari.
Indonesia yang memiliki potensi yang begitu besar untuk memanfaatkan energi matahari. Melihat dari kapasitas yang baru dipasang, masih jauh dari harapan. Dilihat dari daftar negara konsumsi EBT tertinggi menurut Petrominer.com, dalam daftar 10 besar Indonesia tidak menampakan batang hidungnya. Peralihan energi dari fosil diperlukan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Perlu dibuatkannya payung hukum dan kebijakan menguntungkan bagi masyarakat untuk mau menggunakan PLTS skala rumah tangga. Informasi terbaru masyarakat yang sekaligus pelanggan listrik dari PLN mau berencana memasang panel surya hingga 500 kilovolt ampere (kVA) tidak perlu mengajukan izin pemanfaatan. Tetapi jika ingin memasang PLTS Atap yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas lebih dari 500 kVA maka harus mengantongi izin operasi. Dunia sedang mengarah ke energi EBT,arahnya memang kesana. Kalau tidak dimulai dari sekarang mau kapan lagi kita akan mulai? Atau menunggu konglomerat batubara kenyang dengan uang hasil PLTU (Pusat listrik tenaga uap) yang ngebul?
Tunggu serial berikutnya yang tentunya akan menarik dan mengupas hal-hal terkait energi EBT.
Artikel ini merupakan serial berlanjut dengan judul “Menjaga kesucian dan keharmonisan Alam Bali beserta isinya, melalui pemanfaatan energi EBT
#energi #panelsurya #solarpanel #PV #ebt #bangli #bali
1 Comment