Kian kesini, makin sulit untuk memprediksi masa depan Emas Hitam Indonesia. Batubara. Beberapa waktu lalu, pada konferensi Tingkat Tinggi atau KTT COP 26, para pemimpin dunia hadir untuk bersepakat mengucapkan selamat tinggal kepada si Emas Hitam. Bisa ditebak bahwa penggantinya bukan tidak lain adalah energi ramah lingkungan. Banyak kejutan di penghujung tahun 2021 kali ini. Menarik sekali.
Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan yang telah dijalin dari pertemuan di KTT COP26. Beberapa negara telah menyiapkan rencana instrumen aksi yang secara bertahap menghapus penggunaan batubara. Khusus untuk negara kita Indonesia, pasti akan terjadi kegaduhan entah besar atau kecil dari pembaruan kebijakan energi yang akan datang. Tapi patut untuk disimak manufer- manufer para pejabat negeri kita ini.
Perhelatan besar KTT COP 26 ini, berlokasi di Negeri Ratu Elizabeth Inggris. Sebagai tuan rumah acara, Inggris mengingatkan kepada kepala negara-negara untuk segera menyetujui tindakan atas janji dalam melawan perubahan iklim. Termasuk ke negara China yang notabene merupakan kontributor polutan terbesar dunia, saat ini.
Dihubungi secara terpisah, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dirinya sangat optimis terhadap kemajuan pembicaraan COP 26 PBB di Glasgow Skotlandia. Secara khusus, Johnson menyebut India yang telah berjanji mengakhiri penebangan hutan serta negara-negara yang mengupayakan netralitas karbon yang mewakili hampir 90% emisi global.
“Sebuah komitmen akan 100% sia-sia jika janji yang dibuat disini tidak diikuti dengan aksi nyata” ujar Johnson.
Dalam targetnya itu, setidaknya ada empat area yang harus mencapai progres: yakni menghapus batubara dan mobil yang masih berbahan bakar BBM, meningkatkan pendanaan untuk bantuan iklim dan terakhir yaitu melindungi hutan. Semoga apa yang direncanakan menjadi nyata dan berdampak baik itu kehidupan di bumi ini.
DI sisi lainnya, Xi Jinping selaku kepala negara China absen dalam pertemuan di Glasgow. Johnson secara blak-blakan untuk menekan China untuk berambisi mengurangi gas rumah kaca hingga tahun 2030. Pemerintah China pun sebenarnya telah berkomitmen untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga dari Batubara di luar negeri.
Baca juga:
- Gunakan Energi Terbarukan, Bisakah Cryptocurrency Mendorong Inovasi Energi Bersih?
- Usul Tolak Proyek Baru PLTU Demi Tercapai Netral Karbon, Sanggupkah?
Presiden negara paman Sam, Joe Biden tak ketinggalan meluncurkan sebuah regulasi pengurangan emisi gas rumah kaca. Dia juga telah mengumumkan bahwa hampir 100 negara telah berpartisipasi dalam penandatanganan perjanjian AS-Uni Eropa dalam mengurangi emisi metana sebesar 30% hingga 2030.
Selain itu, sebagai kepala negara dengan julukan Adidaya, Biden juga berencana menginisiasikan insentif pemotongan pajak bernilai miliaran dolar AS teruntuk pembangkit listrik tenaga Batubara yang memasang sistem penangkap karbon.
Kejutan datang dari perdana menteri India. Sebagai salah satu negara penyumbang emisi terbesar di dunia. Narendra Modi, memaparkan lima target penyelaman iklim hingga 2070. Salah satu yang paling ambisius adalah menggunakan 50% dari kebutuhan energi dalam negeri bersumber dari energi terbarukan. Sasaran target tersebut, bakal memaksa investasi besar untuk menggantikan sumber energi dari pembangkit batubara sebagai sumber energi.
Padahal kita tahu, bahwa negara dengan julukan Bollywood ini bergantung sekali pada energi fosil. 75% energi India masih bersumber dari Batubara, minyak dan gas.
Bagaimana dengan kesiapan Indonesia?
Adanya komitmen pada pemimpin dunia untuk beralih dari energi Batubara ke energi yang lebih bersih. Bakal turut berdampak pada industri komoditas tersebut di Indonesia. Seperti kita tahu bersama, bahwa Indonesia menjadi eksportir Batubara termal terbesar di dunia. Bisa dikatakan Indonesia memiliki peran dalam bisnis komoditas batubara secara global.
Baca juga:
- INFRASTRUKTUR ENERGI BARU TERBARUKAN DI BALI, APAKAH SIAP MENYAMBUT KKT G20?
- Mampukah Panel Surya Mencukup Kebutuhan Sehari-hari Kita?
Ketergantungan kita (Indonesia) masih sangat tinggi terhadap penggunaan Batubara sebagai tulang punggung energi nasional. Dengan cakupan mencapai 38%. Di Sisi lain energi baru terbarukan masih berada di kisaran 11%, tinggal menunggu waktu saja untuk beranjak naik.
Bisa dikatakan harapan para pemimpin dunia akan mengucapkan selamat tinggal pada Emas Hitam (Batubara). Ini akan sangat menantang bagi Indonesia karena selama ini Indonesia menikmati keuntungan dari berbisnis Emas Hitam ini.
Sudah pasti dalam implementasi KTT COP 26, akan banyak menemui hambatan yang menghadang. Tinggal kita lihat, seberapa tajam komitmen negara-negara untuk berupaya ke energi bersih. Asal jangan komitmen tanpa hasil yang nyata, sebuah dagelan dari pemimpin kelas dunia.
#zonaebt #sebarterbarukan #energi #KTTCOP26
2 Comment
Bagaimana ya nasib emiten Batubara Indonesia, apakah akan tetap cuan seperti dulu lagi?