Ekspansi MRT Jakarta East-West Dimulai: Akankah Menjadi Kompetitor KRL Jabodetabek?

Potret Kemacetan Jakarta di Kawasan Jalan Protokol. Sumber: PramborsFM
  • Dengan keramaian dan hiruk pikuk kemacetan Jakarta, MRT Jakarta telah berkontribusi untuk mengurai permasalahan tersebut dengan hadir menghubungkan Lebak Bulus hingga Bundaran HI (Fase 1).
  • MRT Jakarta resmi canangkan pembangunan MRT Jakarta Lintas Timur-Barat Fase 1 Tahap 1 oleh Presiden Joko Widodo.
  • MRT Jakarta juga bertekad untuk berkontribusi dalam transisi energi hingga 2025 mendatang sebagai dukungan dalam mewujudkan Net Zero Emission 2060 di Indonesia.

Halo Sobat EBT Heroes!

Kabar baru datang dari dunia public transport, nih! MRT Jakarta memulai pencanangan proyek MRT Jakarta lintas Timur-Barat. Sejak beroperasi pada 2019, MRT Jakarta sudah dikenal sebagai wajah baru transportasi publik bagi warga Jakarta. Kehadiran MRT Jakarta telah mengubah kebiasaan dan budaya bertransportasi. Dengan keramaian dan hiruk pikuk kemacetan Jakarta, MRT Jakarta telah berkontribusi untuk mengurai permasalahan tersebut dengan hadir menghubungkan Lebak Bulus hingga Bundaran HI (Fase 1). Saat ini juga sedang berlangsung pembangunan Fase 2, yang akan menghubungkan Bundaran HI ke Kota. Dan baru-baru ini tepatnya 12 September 2024, MRT Jakarta resmi canangkan pembangunan MRT Jakarta Lintas Timur-Barat Fase 1 Tahap 1 oleh Presiden Joko Widodo.

Nah, Sobat EBT Heroes, kehadiran MRT Jakarta yang akan semakin luas ini tentu menjadi warna baru bagi transportasi publik di Jakarta. Saat ini, Jakarta sendiri sudah memiliki BRT (Transjakarta), Commuter Line (KRL Jabodetabek), LRT Jabodebek, dan LRT Jakarta. Masing-masing transportasi publik ini memiliki rute yang berbeda-beda, tetapi MRT Jakarta memiliki beberapa kesamaan dengan KRL Jabodetabek.

Kesamaan ini terlihat dari sistem operasionalnya yang sama-sama menggunakan sistem listrik aliran atas atau OCS (overhead catenary system) sebagai suplai listrik kereta. Ekspansi MRT Jakarta yang akan semakin luas hingga mencakup Bekasi dan Tangerang membuatnya semakin mirip dengan KRL Jabodetabek. Dari rencana dan pencanangan ekspansi ini, akankah MRT Jakarta menjadi kompetitor bagi KRL Jabodetabek sebagai transportasi publik berbasis rel listrik di Metropolitan Jakarta dan sekitarnya? Mari kita cari tahu, agar makin tahu Indonesia!

Keberhasilan MRT Jakarta Fase 1 (Lebak Bulus-Bundaran HI)

Kereta MRT Jakarta (Ratangga) Melintasi Jalur Layang di Jakarta. Sumber: MRT Jakarta

Sejak 2019, MRT Jakarta telah memberikan transformasi bagi transportasi publik di Jakarta. Berhasil menghubungkan Lintas Selatan-Utara Jakarta yang terbentang dari Stasiun Lebak Bulus di Jakarta Selatan hingga Stasiun Bundaran HI di Jakarta Pusat. Rute ini juga berhasil memberikan pengaruh baik sektor ekonomi, pariwisata, ruang-ruang ekspresi dan terbuka hijau, hingga pengembangan kawasan terpadu berbasis transit.

Keberhasilan MRT Jakarta di Fase 1 memberikan dampak positif bagi kawasan-kawasan sekitar jalur MRT Jakarta. Sebagai contoh, kawasan hiburan seperti Blok M mengalami pertumbuhan yang signifikan setelah berhasil disentuh oleh keberadaan MRT Jakarta. Ikon kawasan Blok M seperti Blok M Plaza menjadi bukti akan hadirnya MRT Jakarta yang mengintegrasikan Stasiun Blok M dan Blok M Plaza. Pusat perbelanjaan yang terkenal di era 1990-an ini sempat redup eksistensinya semenjak munculnya mal-mal besar di Jakarta. Kini kawasan Blok M ini kembali eksis di kalangan anak muda sebagai ruang hiburan dan kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga perputaran ekonomi kembali hidup. Hal ini tidak lepas dari konsep yang diterapkan MRT Jakarta untuk mengembangkan kawasan terpadu yang disebut dengan TOD (transit oriented development).

Selain Blok M, konsep TOD ini juga diterapkan di beberapa titik lainnya. Konsep TOD ini bertujuan untuk mengintegrasikan dan memadukan fungsi kawasan agar saling terhubung, sehingga aktivitas manusia menjadi lebih mudah dan fleksibel. Selain itu, konsep ini juga akan mengoptimalkan akses terhadap moda transportasi lain agar saling terkoneksi, sehingga para penumpang akan mudah berpindah jenis transportasi publik.

Baca Juga



Selain Transportasi Publik, MRT Jakarta Berkomitmen Transisi Energi Terbarukan di 2025

9 tahapan transisi energi MRT Jakarta. Sumber: Sustainability Report MRT Jakarta Tahun 2022

Tidak hanya fokus melayani angkutan penumpang, MRT Jakarta juga bertekad untuk berkontribusi dalam transisi energi hingga 2025 mendatang. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan dan komitmen mewujudkan Net Zero Emission 2060 di Indonesia. Beberapa langkah nyata yang dilakukan MRT Jakarta untuk mengurangi emisi CO2 dilakukan dengan melakukan efisiensi energi, terkhusus di fasilitas dan kegiatan pendukung. Selain itu, MRT Jakarta juga berinisiatif untuk memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Untuk menyukseskan transisi energi ini, tahun 2025, MRT Jakarta secara sistem keseluruhan sudah terkoneksi sepenuhnya 25% dengan energi baru terbarukan. Proses ini dimulai sejak 2021 dengan program bertajuk “Birukan Atap, Birukan Langit” dan melakukan kajian pembangunan pembangkit energi terbarukan.

Target yang direncanakan MRT Jakarta yaitu memperoleh kredit penggunaan energi terbarukan dari PT PLN. Kredit ini didapatkan melalui pembelian sertifikat REC (Renewable Energy Certificate) sejumlah 5.000 MWh yang setara dengan 10% konsumsi energi listrik tahunan MRT Jakarta. Lokasi yang dipilih adalah pembangunan pengisi daya tenaga surya di lingkungan Stasiun Dukuh Atas sebanyak 3 unit. Usaha ini diharapkan mampu menjadi kontribusi nyata dalam transisi energi dan upaya dalam menekan angka emisi di Indonesia. Sejumlah manfaat yang akan dipetik dari inisiatif ini adalah:

  • MRT Jakarta menjadi ikon Jakarta
  • Sebagai langkah mengenalkan produk unggulan PLN yaitu REC
  • Mengakomodir kebutuhan jaringan bawah tanah instalasi sistem kelistrikan nasional
  • Pemanfaatan jalur instalasi listrik tegangan tinggi pada jalur underground untuk meminimalisir risiko blankspot pada jaringan seluler

Baca Juga



Apakah MRT Jakarta akan Menjadi Kompetitor KRL Jabodetabek?

Pada 8 Februari 2024, terhitung sebanyak 3.163.357 orang yang menggunakan layanan MRT Jakarta dengan rata-rata per hari mencapai 102.041 orang. Angka ini menunjukkan peningkatan, di mana di bulan sebelumnya rata-rata per hari menyentuh angka 98.349 orang. Berdasarkan Sustainability Report tahun 2023, MRT Jakarta menyebutkan bahwa kinerja operasi kedatangan, berhenti, dan waktu tempuh konsisten di angka 99,9% dengan nihil angka kejahatan serta kecelakaan.

Jika dari segi tarif, MRT Jakarta memang sedikit lebih tinggi dibanding dengan transportasi publik lain seperti KRL Jabodetabek. Hal ini mempertimbangkan keunggulan terkait pelayanan dan kenyamanan yang ditawarkan dua moda transportasi ini tentunya memiliki perbedaan. Alasan lain mengapa MRT Jakarta berpotensi menjadi primadona warga Jakarta dan sekitarnya adalah dari segi pelayanan yang diberikan. Stasiun MRT Jakarta memiliki fasilitas yang lebih mumpuni dan dilengkapi dengan tenanttenant yang beragam, serta fasilitas penunjang lainnya.

Terlebih lagi, saat ini MRT Jakarta termasuk ke dalam Sistem Tarif Integrasi di Jakarta. Tarif integrasi ini memungkinkan para penumpang akan mendapatkan potongan harga apabila menggunakan transportasi yang berbeda dengan cara berpindah jenis transportasi publik. Sejauh ini, MRT Jakarta, Transjakarta, dan LRT Jakarta adalah 3 moda transportasi publik di Jakarta yang mendapat fasilitas tarif integrasi. Walaupun tarif integrasi ini belum ada kepastian akan terus berlaku apabila seluruh masterplan pembangunan MRT Jakarta selesai dan beroperasi, akan tetapi keberadaan tarif ini justru menjadi keunggulan tersendiri untuk menjadi daya tarik bagi masyarakat agar mau menggunakan transportasi publik. Sehingga menjadi kebijakan tarif integrasi ini cukup menjanjikan untuk terus diterapkan di sistem transportasi publik di Jakarta.

Selain itu, MRT Jakarta juga menggunakan konsep TOD, yang di mana Konsep ini akan memberikan dampak positif bagi kawasan terkait. Sebagai contoh konsep TOD di Dukuh Atas yang juga difasilitasi dengan Transit Hub, sehingga TOD tersebut menjadi kawasan integrasi terpadu dengan mobilitas manusia yang ramai untuk berpindah moda transportasi. Bukan hanya sebagai perusahaan jasa angkutan penumpang berbasis rel, namun MRT Jakarta juga sekaligus menjadi pionir dalam mengubah wajah Jakarta dengan membangun sektor lainnya akibat dari keberadaan MRT Jakarta yang melintasi penjuru Jakarta. Beberapa kawasan TOD yang saat ini cukup ramai dilalui para penumpang seperti TOD Blok M, CSW ASEAN, Dukuh Atas, Bundaran HI, Stasiun Fatmawati, dan Stasiun Cipete Raya. Selain itu, MRT Jakarta Lintas Timur-Barat juga akan menjadikan titik Stasiun Thamrin sebagai penghubung ke MRT Jakarta Lintas Selatan-Utara.

Transport Hub MRT Jakarta di kawasan TOD Dukuh Atas (Terowongan Kendal) Jakarta. Sumber: MRT Jakarta

Dengan melihat keseriusan pengelolaan dan keunggulan MRT Jakarta ini, sangat memungkinkan MRT Jakarta akan menjadi primadona warga Jakarta dan sekitarnya, sehingga menjadikan kompetitor bagi KRL Jabodetabek. Pemberlakuan tarif integrasi antarmoda, sehingga dapat mencakup berbagai jenis transportasi publik lain yang bisa menyentuh kawasan kecil dengan tarif yang rendah. Selain itu ditambah dengan keberhasilan MRT Jakarta Fase 1 yang telah menjadi wajah baru bagi Jakarta, juga disertai dengan fasilitas dan kenyamanan yang baik.

Dengan masih adanya skema tarif integrasi dan MRT Jakarta telah terhubung di semua lintasnya, sangat memungkinkan MRT Jakarta menjadi pilihan terbaik masyarakat untuk melakukan mobilisasi. Sehingga akan mampu menyaingi angka pengguna KRL Jabodetabek yang saat ini bisa menyentuh angka 1 juta orang per hari.

Peta jaringan MRT Jakarta dan infrastruktur berbasis rel lainnya di Jakarta. Sumber: MRT Jakarta

Namun, dibalik beberapa keunggulan MRT Jakarta ini, skema terbaik untuk memajukan sektor pelayanan publik adalah dengan memberikan ruang kolaborasi antarmoda penyedia layanan transportasi publik. Saat ini, memang sangat disayangkan bahwa KRL Jabodetabek belum termasuk ke dalam sistem integrasi tarif untuk antarmoda transportasi publik di Jakarta. Cukup banyak pengguna KRL Jabodetabek yang bermobilisasi ke Jakarta, dikutip dari kompas.com (21/5/2024), pada 1-20 Mei 2024, jumlah penumpang yang menggunakan KRL Jabodetabek menyentuh angka 16,43 juta orang.

Sangat besar harapan untuk masuknya KRL Jabodetabek dan LRT Jabodebek agar bisa dikenakan tarif integrasi. Faktor yang mempengaruhi hal ini adalah dari segi pengelolaan. Tarif integrasi diberlakukan oleh Jaklingko selaku fasilitator, sedangkan KRL Jabodetabek dan LRT Jabodebek berada di bawah naungan pusat yaitu PT KAI sebagai perusahaan induk. Maka dari itu, sangat diperlukan kemudahan untuk melakukan kolaborasi bersama ini, karena tujuan utama adanya transportasi publik adalah untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat untuk memudahkan layanan publik.

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Adhira Kurnia Adhwa

Referensi:

[1] Kala Blok M Plaza Bangkit dari Mati Suri Usai Terkoneksi MRT

[2] Sustainability Report MRT Jakarta Tahun 2023

[3] Sustainability Report MRT Jakarta Tahun 2022

[4] Ini Daftar 21 Stasiun MRT Jakarta Tomang Medan Satria

[5] Jumlah Penumpang KRL Jabodetabek Tembus 16.43 Juta Sepanjang Mei 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 Comment

  1. I do trust all the ideas youve presented in your post They are really convincing and will definitely work Nonetheless the posts are too short for newbies May just you please lengthen them a bit from next time Thank you for the post