• Hutan di Indonesia, termasuk hutan hujan tropis, mangrove, dan gambut, memiliki potensi besar dalam penyerapan karbon, namun tantangan seperti deforestasi menghambat kemampuan ini.
• Deforestasi di Indonesia masih menjadi masalah serius, dengan peningkatan laju deforestasi pada tahun 2023 yang mengakibatkan hilangnya habitat dan spesies endemik.
• Upaya pelestarian hutan melalui reboisasi, pengelolaan hutan berkelanjutan, dan penegakan hukum sangat penting untuk mengurangi deforestasi dan memaksimalkan penyerapan karbon.

Luas hutan Indonesia diperkirakan mencapai 125,76 juta hektar pada tahun 2022, yang setara dengan 62,97% dari total wilayah Indonesia. Dari total tersebut, 106 juta hektar hutan mampu menyerap karbon secara produktif dengan potensi penyerapan sebesar 58.198 ton karbon per tahun. Namun, untuk mencapai potensi penuh kawasan hutan seluas 125,8 juta hektar sesuai UUCK Nomor 6 Tahun 2023 dan PP 23 Tahun 2021, masih diperlukan penyelesaian 19,9 juta hektar pada tahun 2024.

Baca Juga :

---

• 14% Emisi GRK Berasal Dari Sektor Agrikultur, Apa Bahayanya?
• Manfaat Mengetahui dan Menghitung Karbon Hutan

---

Dalam upaya inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan, melalui SIGAP-SIMONTANA, tercatat penurunan angka deforestasi di Indonesia yang konsisten sejak tahun 2019: 462,5 ribu hektar (2019), 115,5 ribu hektar (2020), 113,5 ribu hektar (2021), dan 104 ribu hektar (2022). Meskipun tren ini menunjukkan penurunan, deforestasi tetap menjadi masalah serius dengan dampak signifikan terhadap lingkungan dan sosial.

Pada tahun 2023, deforestasi di Indonesia mengalami peningkatan mencapai 257 ribu hektar, sebagian besar terjadi di kawasan hutan nasional. Ini sangat disayangkan mengingat hutan tersebut memiliki potensi penyerapan karbon sebesar 58.198 ton per tahun, yang tentunya bervariasi tergantung jenis hutan dan lokasinya.

Jenis Hutan di Indonesia Berpotensi Menyerap Karbon

Adapun jenis hutan yang terhitung efektif dalam penyerapan karbon adalah:

1. Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan tropis merupakan hutan yang berada di wilayah tropis dengan curah hujan yang tinggi dan suhu hangat sepanjang tahun. Curah hujan berkisar antara 800 hingga 1200 mm per tahun, serta kelembaban tinggi mencapai lebih dari 80%.

Hutan hujan tropis selalu mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, membuat pepohonan tumbuh tinggi hingga mencapai 50 meter dan tumbuh dengan lebat. Hutan ini dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah besar, sekitar 40% dari kebutuhan oksigen dunia. Setiap pohon di hutan hujan tropis diperkirakan dapat menghasilkan sekitar 1,2 kg oksigen per hari.

Dengan luas hutan hujan yang dimiliki Indonesia yaitu 125,8 juta hektar, potensi penyerapan karbon mencapai 25,18 miliar ton karbon dioksida per tahun. Penyerapan ini didukung oleh keanekaragaman hayati dan biomassa vegetasi yang tinggi.

2. Hutan Mangrove

Hutan mangrove atau hutan bakau tumbuh di daerah pasang surut air laut seperti di pesisir pantai, muara sungai, dan rawa gambut. Hutan ini berfungsi sebagai habitat berbagai spesies hewan laut, melindungi pantai dari abrasi, dan menyaring polutan. Selain itu, kayu bakau dapat digunakan untuk bahan bakar dan pembuatan kertas, serta sebagai sumber makanan dan mata pencaharian warga setempat.

Hutan mangrove tersebar di Indonesia sepanjang 95 ribu kilometer pesisir, dengan luas total sekitar 3 juta hektar. Hutan mangrove terluas berada di Papua dengan luas sekitar 3,7 juta hektar. Hutan ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan alam karena menyediakan habitat bagi biota laut.

Beberapa kawasan hutan mangrove juga dijadikan tempat wisata, sehingga pengunjung dapat menikmati keindahannya. Dengan luas tersebut, potensi penyerapan karbon hutan mangrove mencapai 33 miliar ton karbon dioksida per tahun.

3. Hutan Gambut

Hutan gambut terbentuk dari timbunan material organik seperti sisa-sisa pohon, rumput, lumut, dan bangkai hewan yang membusuk di dalam tanah. Hutan ini merupakan hutan tropis berdaun lebar, dengan tanah yang terendam air untuk mencegah daun-daun dan kayu terdekomposisi. Seiring waktu, terbentuk lapisan gambut yang bersifat asam.

Hutan gambut mampu menyimpan karbon dalam jumlah besar, hingga 30% dari jumlah karbon dunia. Hutan gambut juga berfungsi menyaring air, melindungi dari bencana banjir, dan menyimpan karbon lebih banyak dibandingkan seluruh hutan hujan di dunia.

Lahan gambut di Indonesia mencapai 22,5 juta hektar, dengan potensi penyerapan karbon sebesar 55 miliar ton karbon dioksida per tahun.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, hutan-hutan ini memiliki potensi besar dalam menyerap dan menyimpan karbon, tetapi tantangan seperti deforestasi dan alih fungsi hutan tetap menjadi isu yang harus dihadapi untuk memaksimalkan potensi ini.

Deforestasi dan Dampaknya

Deforestasi di Indonesia menjadi isu yang sangat serius dengan dampak signifikan. Deforestasi terjadi salah satunya karena pertumbuhan industri pengolahan kayu dan perkebunan. Peningkatan produksi hasil hutan dan perkebunan di lahan yang sebelumnya berupa hutan menyebabkan kerusakan hutan semakin parah.

Lonjakan pembangunan perkebunan, seperti alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit, memperburuk kondisi ini. Kurangnya penegakan hukum juga memperparah kerusakan hutan, yang berdampak langsung pada berkurangnya habitat spesies endemik dan non-endemik.

Deforestasi juga berdampak pada penurunan jumlah spesies di Indonesia yang sangat mempengaruhi dinamika ekosistem. Hal ini mengakibatkan berbagai spesies tumbuhan dan hewan kehilangan habitatnya, mengganggu pola makanan dan interaksi antarspesies. Contohnya di Kalimantan, habitat asli Orangutan, yang populasinya diperkirakan menurun hingga 80%.

Baca Juga :

---

• Peran Vital Hutan dan Ekosistem dalam Pemanasan Global
• Masyarakat “Pionir” Kesuksesan Carbon Capture Storage
• The Carbon Problem and Norway’s Way to Deal It

---

Spesies hewan dan tumbuhan yang kehilangan habitatnya berpotensi mengalami kepunahan. Kepunahan ini mengganggu pergerakan dan migrasi spesies, serta mengubah siklus nutrisi yang merugikan rantai makanan dan produktivitas ekosistem. Kehilangan pohon dan vegetasi hutan menyebabkan perubahan pola makanan dan interaksi antarspesies.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak-dampak deforestasi adalah dengan melestarikan dan mengonservasi hutan. Reboisasi, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan penegakan hukum terhadap kegiatan yang merusak hutan sangat penting. Langkah-langkah ini akan membantu mengurangi deforestasi, mempertahankan ekosistem, dan siklus nutrisi ekosistem.

Dengan demikian, kesadaran penegak hukum dan masyarakat tentang dampak deforestasi sangat penting. Upaya pengelolaan hutan yang baik dan menjaga keseimbangan alam dapat mengurangi risiko perubahan iklim dan memaksimalkan penyerapan karbon yang menguntungkan semua makhluk hidup.

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes #makintahuIndonesia

Editor: Savira Oktavia

Referensi:

[1] Jejak Langkah Tahun 2023, Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan

[2] Indonesia Alami Deforestasi 257.384 Hektar pada 2023

[3] Ekonomi Karbon Indonesia Berpotensi Meraih Rp 8.000 Triliun

[4] Tipe Hutan Paling Besar Menyimpan Karbon

[5] Deforestasi di Indonesia