Greenwashing: Strategi Pemasaran yang Mengelabui Masyarakat

greenwashing
Mengenal apa itu greenwashing. Sumber: freepik
  • Seiring dengan isu perubahan iklim yang semakin hari semakin terasa dampaknya, gaya hidup berkelanjutan menjadi tren yang banyak diminati oleh banyak orang
  • Namun banyak juga pihak yang melihat fenomena ini sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan, salah satunya adalah dengan melakukan greenwashing
  • Greenwashing adalah strategi pemasaran yang mengelabui konsumen dan masyarakat seolah-olah produk yang mereka gunakan tidak mencemari lingkungan, padahal justru sebaliknya.
  • Selain mencemari nama baik perusahaan dan merusak kepercayaan konsumen, strategi greenwashing juga dapat berdampak pada upaya mitigasi perubahan iklim

Di tengah isu perubahan iklim yang semakin sering diperbincangkan, tren sustainable living atau gaya hidup ramah lingkungan pun semakin marak. Hal ini bisa dilihat dari berbagai produk, layanan, dan gaya hidup sehari-hari yang mulai menerapkan prinsip berkelanjutan.

Namun, di tengah maraknya tren tersebut, praktik greenwashing juga semakin banyak bermunculan, seiring meningkatnya minat konsumen terhadap produk-produk ramah lingkungan. Lantas, apa sih yang dimaksud dengan greenwashing? Dan bagaimana dampaknya ke lingkungan dan masyarakat? Yuk! Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Mengenal Istilah Greenwashing

Greenwashing merupakan trik marketing yang mulai marak
Greenwashing merupakan trik marketing yang mulai marak. Sumber: unsplash

Greenwashing adalah strategi pemasaran yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan cara mengelabui para konsumen agar mempercayai bahwa produk yang mereka ciptakan menggunakan bahan atau melalui tahap produksi yang ramah lingkungan.

Melansir dari plana.earth istilah ini pertama kali dikemukakan oleh seorang pemerhati lingkungan asal Amerika Serikat bernama Jay Westerveld yang pada tahun 1980an berkunjung ke sebuah hotel di Fiji. Saat ia berkunjung, hotel tersebut sedang menggalang kampanye “save the towel” yaitu menggunakan kembali handuk bekas pakai dengan dalih menyelamatkan lingkungan. 

Namun, yang mengherankan, Westerveld justru melihat bahwa hotel tersebut sedang melakukan ekspansi yang jelas merusak alam dan ekosistem di sekitarnya. Belum lagi, hotel itu juga diketahui menghasilkan limbah dalam jumlah besar.

Hal tersebut membuat Westerveld mengkritik kampanye tersebut dalam esai yang ia tulis di tahun 1986 dengan menggunakan istilah greenwashing untuk menjelaskan secara detail apa yang dilakukan oleh hotel tersebut, yaitu untuk memangkas biaya operasional semata.

Pada awalnya praktik ini hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan otomotif dan industri pelayanan. Namun sekarang, strategi greenwashing telah menjamur dan dilakukan oleh perusahaan di berbagai sektor. Mereka menerapkan strategi pemasaran yang mengelabui dan mencurangi kepercayaan konsumen dengan dalih menyelamatkan lingkungan.

Baca juga



Ciri-Ciri dan Contoh Strategi Greenwashing

Praktik semacam ini sering ditemui pada berbagai produk yang mencantumkan label seperti “eco friendly” atau “100% organik” di kemasannya, padahal belum tentu produk tersebut benar-benar ramah lingkungan dalam proses produksinya.

Terdapat beberapa ciri yang bisa kita lihat untuk menemukan adanya praktik greenwashing pada suatu produk. Di antaranya adalah:

  • Klaim “ramah lingkungan” yang tidak dibarengi dengan penjelasan yang detail dan jelas.
  • Menggencarkan produk-produk berkelanjutan namun mengaburkan segala macam tindakan membahayakan lingkungan dalam proses produksinya.
  • Menggunakan sertifikasi yang tidak berbasis sains dan tidak dapat mendukung klaim “ramah lingkungan” yang mereka gencarkan, bahkan memalsukan sertifikasi tersebut.
  • Mengajak konsumen dan masyarakat untuk hidup berkelanjutan namun mendorong mereka untuk tetap konsumtif.
  • Menggalang kampanye keberlanjutan namun tetap memproduksi barang dan produk yang jelas merusak lingkungan.

Beberapa contoh praktik greenwashing yang bisa kita lihat adalah seperti yang dilakukan Volkswagen di tahun 2009 saat mempromosikan mobil mereka dengan sebutan “clean diesel cars“, namun mereka kedapatan memasang perangkat lunak untuk mencurangi hasil tes emisi karbon.

Selain itu, H&M juga pernah kedapatan melakukan praktik yang sama dengan mengklaim merk “H&M Conscious Collection” sebagai produk yang menggunakan bahan ramah lingkungan, tetapi masih menerapkan fast fashion yang tidak ramah lingkungan.

Tidak hanya itu, Nestle juga pernah melakukan praktik greenwashing dengan mengklaim produk air minum dalam kemasannya menggunakan 30% sedikit plastik yang tidak disertai bukti jelas mengenai bahan apa saja yang digunakan untuk membuat kemasan produk tersebut.

Melansir dari Lindungi Hutan, perusahaan-perusahaan tersebut dalam menerapkan strategi greenwashing memiliki alasan-alasan tertentu, di antaranya adalah: 

  • Mengikuti tren marketing agar perusahaan menjadi lebih dikenal
  • Meningkatkan kurva penjualan
  • Mendapatkan predikat baik sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan
  • Memperluas segmen pasar

Dampak Greenwashing bagi Lingkungan

Strategi greenwashing dapat berdampak pada kepercayaan konsumen dan masyarakat, sehingga mempersulit perusahaan-perusahaan yang benar-benar peduli dengan lingkungan dan hidup berkelanjutan. 

Selain itu, strategi ini juga memiliki dampak terhadap lingkungan, misalnya sumber daya yang seharusnya digunakan untuk mengurangi jejak karbon, memperbaiki efisiensi energi, dan dekarbonisasi, malah habis digunakan untuk kampanye greenwashing.

Greenwashing juga memberikan harapan palsu bagi para konsumen kalau produk yang mereka gunakan ramah lingkungan walau nyatanya perusahaan tersebut kerap melakukan tindakan-tindakan yang justru merusak lingkungan. Satu hal yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah greenwashing dapat menghambat mitigasi perubahan iklim karena dapat mengalihkan perhatian masyarakat dari upaya nyata dari pelestarian lingkungan.

Baca juga



Bagaimana Cara Mengatasi Strategi Greenwashing

Memungut sampah di pantai
Perlunya edukasi greenwashing ke masyarakat. Sumber: unsplash

Salah satu upaya untuk mengurangi praktik greenwashing adalah dengan adanya sertifikasi keberlanjutan yang harus dimiliki oleh sebuah perusahaan agar dapat mengklaim produknya ramah lingkungan. Namun, hal ini tidaklah cukup dikarenakan perusahaan dapat dengan mudah memalsukan sertifikasi tersebut. Maka dari itu diperlukan perhatian khusus bagi pemerintah untuk dapat mengeluarkan peraturan terkait pemalsuan sertifikasi serta praktik strategi greenwashing.

Selain itu, salah satu langkah sederhana yang tak kalah penting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dengan melakukan penyuluhan, edukasi mengenai apa itu greenwashing, kampanye hidup berkelanjutan, dan lain sebagainya.

Karena di luar sana banyak sekali masyarakat kita yang ingin menerapkan gaya hidup berkelanjutan namun tidak tahu darimana harus memulainya, jika ini tidak diperhatikan maka akan banyak juga masyarakat yang menjadi korban dari strategi greenwashing.

Untuk itulah sangat penting bagi kita untuk menyadari apa yang paling baik untuk menjaga lingkungan kita agar tetap bersih dan sehat serta tidak mudah termakan iklan “ramah lingkungan” oleh para pelaku greenwashing.

#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan
Editor: Tri Indah Lestari

Referensi