Konstruksi Bangunan Hijau di Masa Depan

  • Pengurangan emisi karbon di sektor konstruksi sangat penting untuk mencapai target netralitas iklim pada tahun 2050, dengan fokus pada penggunaan teknologi inovatif dan bahan bangunan ramah lingkungan.
  • Meskipun bangunan hijau menawarkan manfaat ekonomi dan lingkungan, tantangan seperti biaya awal yang tinggi dan kurangnya standar internasional perlu diatasi melalui inovasi teknologi dan dukungan kebijakan.
  • Kerja sama antara arsitek, investor, dan produsen bahan bangunan serta penerapan regulasi dan deklarasi lingkungan yang ketat diperlukan untuk memantau dan mengurangi emisi di seluruh siklus hidup bangunan.

Sobat EBT Heroes, dalam industri konstruksi yang berperan besar dalam pembangunan mendirikan bangunan telah menyadari bahaya penambahan laju emisi karbon, memperkecil lahan hijau, dan pemanasan global. Semakin banyaknya populasi manusia membuat permintaan akan pembangunan perumahan dan gedung-gedung lainnya juga meningkat. Untuk menghadapi tantangan itu, industri konstruksi harus bertindak agar dalam proses pembangunan atau konstruksi bisa berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya penghijauan dan kelangsungan bumi bagi para investor dan pelanggan.

Masa Depan Bangunan Hijau

Kesadaran yang meningkat di kalangan perusahaan, investor, dan pelanggan telah menjadikan bangunan hijau sebagai peluang besar, terutama di masa depan. Peningkatan pengakuan terhadap pembangunan berkelanjutan dan kebutuhan untuk mengurangi emisi karbon semakin mendorong adopsi bangunan hijau. Pada tahun 2023, sekitar 37% emisi terkait energi global berasal dari sumbangan konstruksi bangunan hijau, menjadikannya sektor penting dalam perlawanan terhadap krisis iklim. Semakin banyak bangunan yang memperoleh sertifikasi ekologi, dan teknologi seperti sistem manajemen energi cerdas, serta sumber energi terbarukan menjadi hal yang lumrah. Misalnya, inovasi seperti beton penyerap karbon menjadi contoh nyata dari kemajuan di bidang ini

Selain manfaat lingkungan, konstruksi bangunan hijau juga menawarkan keuntungan ekonomis. Bangunan yang memiliki sertifikasi bangunan hijau secara signifikan dapat mengurangi biaya operasional karena penggunaan energi dan air yang lebih efisien. Berdasarkan WorldGBC (World Green Building Council), bangunan berkelanjutan mampu mengurangi konsumsi energi mencapai sekitar 30-50% dan penggunaan air hingga 40%. Seperti di Uni Eropa menetapkan target untuk mencapai bangunan nol emisi pada tahun 2030, dan banyak negara yang menerapkan peraturan baru dalam rangka mendukung bangunan hijau.

Meskipun telah ada kemajuan, akan tetapi mencapai bangunan hijau masih menghadapi tantangan besar, seperti tingginya biaya awal untuk investasi teknologi ramah lingkungan, dan kurangnya standar, serta sertifikasi yang seragam di seluruh dunia. Meskipun demikian, inovasi teknologi, meningkatnya jumlah bangunan bersertifikat, dan dukungan politik akan menjadi faktor kunci dalam pengembangan lebih lanjut sektor ini. Mengatasi tantangan ini akan sangat penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Konstruksi Bangunan Hijau dan Dampak Lingkungan

Pengembangan konstruksi bangunan hijau atau ramah lingkungan adalah salah satu tren dalam industri konstruksi paling signifikan, mencakup proyek yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan dengan dampak iklim lebih rendah. Oleh karena itu, kontribusi perusahaan dalam pengurangan laju emisi gas rumah kaca sangat diperlukan.

1. Bahan dengan Jejak Karbon Rendah

Pemanfaatan material rendah karbon untuk konstruksi bangunan hijau, seperti material yang dapat didaur ulang, kayu bersertifikasi ramah lingkungan, dan material inovatif seperti beton rendah emisi CO2 sangat penting dalam konstruksi bangunan hijau.

2. Teknologi Hemat Energi

Teknologi yang mengurangi konsumsi energi dalam bangunan, seperti sistem manajemen energi, isolasi efisiensi tinggi, panel surya, dan pompa panas ramah energi bumi, perlu dipromosikan secara luas

3. Perencanaan Kota Hijau dan Desain Berkelanjutan

Desain berkelanjutan, meliputi perencanaan bangunan dan infrastruktur untuk meminimalisir dampak lingkungan, optimalisasi tata letak perkotaan, dan menggabungkan tanaman hijau perkotaan atau lingkup urban.

4. Standar dan Sertifikasi

Bangunan hijau sering kali mendapatkan sertifikasi dari standar internasional, seperti LEED atau BREEAM, yang menegaskan kepatuhan terhadap standar ekologi dan efisiensi energi yang tinggi.

Dekarbonisasi dan Sektor Konstruksi

Untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2050, pengurangan emisi CO2 dari bangunan menjadi prioritas utama. Emisi langsung dari bangunan harus dikurangi hingga setengahnya pada akhir dekade ini, sementara emisi tidak langsung dari sektor bangunan harus dipangkas hingga 60%. Saat ini, tiga perempat bangunan di Uni Eropa tidak hemat energi. Di Polandia, misalnya, kurang lebih 250.000 bangunan direncanakan akan dimodernisasi secara termal setiap tahunnya sebagai bagian dari upaya ini.

Baca Juga:



Selayang Pandang Karbon Industri Konstruksi

Secara ringkas, jejak karbon industri konstruksi merupakan salah satu tantangan terbesar di dunia modern. Produksi bahan bangunan, seperti semen dan baja, serta konsumsi energi selama proses konstruksi, memberikan kontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca. Menghitung jejak karbon bangunan, baik operasional maupun yang terwujud, semakin penting dalam upaya mencapai netralitas iklim. Kewajiban untuk menghitung jejak karbon dan peraturan hukum dalam konstruksi berkelanjutan, seperti Kesepakatan Hijau Komisi Eropa, bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromosikan penggunaan bahan dengan jejak karbon rendah, seperti yang telah diterapkan di berbagai negara.

Sektor konstruksi adalah salah satu penyumbang terbesar emisi CO2 global, sehingga pengurangan emisi gas rumah kaca di sektor ini menjadi suatu keharusan. Pertumbuhan populasi dan meningkatnya permintaan bangunan baru memperparah situasi ini. Namun, penerapan teknologi baru dan bahan bangunan inovatif menawarkan solusi untuk mengurangi jejak karbon. Misalnya, penggunaan beton rendah emisi dan bahan bakar alternatif dalam produksi semen merupakan langkah nyata dalam menekan emisi yang dihasilkan dari proses konstruksi.

Untuk mencapai tujuan netralitas iklim, diperlukan kolaborasi yang erat antara arsitek, investor, dan produsen bahan bangunan. Kewajiban untuk menghitung jejak karbon produk dan penggunaan deklarasi lingkungan memainkan peran penting dalam memantau dan mengurangi emisi di setiap tahap siklus hidup bangunan. Pengenalan peraturan hukum yang ketat dan peningkatan kesadaran lingkungan di antara klien serta desainer sangat penting untuk menciptakan solusi yang lebih ramah lingkungan, seperti konstruksi bangunan hijau

#zonaebt #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Savira Oktavia

Referensi:

[1] Carbon footprint in the construction industry: meaning, challenges and the future

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 Comment

  1. 💰구글검색 꽁타💰꽁타, 꽁머니, 꽁머니사이트, 꽁, 가입머니, 꽁머니공유방, 꽁머니홍보방, 꽁머니게시판, 꽁1만, 꽁3만, 꽁2만, 꽁타 환전가능한 꽁머니 사이트 추천