Cara Unik Mengolah Sampah 5 Desa Terbersih di Indonesia

Pemandangan Desa yang Asri dengan Pepohonan zonaebt.com
Pemandangan Desa yang Asri dengan Pepohonan. Sumber: Pexels/Tom fisk
  • Desa Panglipuran punya kepercayaan Tri Hita Karana untuk memaknai hubungan antar manusia degan Tuhan dan manusia dengan lingkungan.
  • Asep Kusmiadi, Kades Cangkuang Wetan selalu mensosialisasikan bentuk ibadah dan ketuhanan dalam menjaga lingkungan. Insinerator Motah adalah bentuk dukungan untuk mengolah sampah di Desa Cangkuang Wetan.
  • Maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) menjadi solusi pengolahan sampah limbah tahu di Desa Kalisari, Banyumas.
  • Warga Desa Celuk menggunakan sumur komposter (Sumur Sampah) atau teba modern untuk mengolah sampah organik. Mereka bahkan membuat Badan Pengelola Sampah Desa Adat Cemenggoan untuk meneraptakn peraturan adat ini.

Kebersihan lingkungan merupakan faktor penting dalam menciptakan tempat tinggal yang sehat dan nyaman. Di Indonesia, beberapa desa telah berhasil menerapkan sistem pengelolaan sampah yang efektif, sehingga diakui sebagai desa terbersih di tingkat nasional maupun internasional.

Dengan adanya pengelolaan sampah yang baik, desa-desa ini mampu menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi, udara yang segar, serta keindahan alam yang tetap terjaga. Beberapa di antaranya bahkan telah mendapatkan penghargaan desa terbersih dari UNESCO.

Baca Juga



Berikut adalah tujuh desa terbersih di Indonesia yang tidak hanya menjaga kebersihannya, tetapi juga memiliki cara unik dalam mengelola sampah!

1. Desa Penglipuran, Bali

Jalanan Bersih Desa Penglipuran, Bali zonaebt.com
Jalanan Bersih Desa Penglipuran, Bali. Sumber: Wikipedia.org

Desa Penglipuran yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali, telah lama dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Keunikan desa ini terletak pada sistem tata ruangnya yang rapi serta budaya masyarakatnya yang sangat peduli terhadap kebersihan. Tahun 2016, desa ini mendapatkan penghargaan desa terbersih oleh UNESCO.

Menurut Good News From Indonesia, masyarakat Penglipuran menganut kepercayaan Falsafah Tri Hita Karana, yang menekankan pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dengan sesama, manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan lingkungan.

Menurut Waste4Change, pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat Desa Penglipuran yang membuat mereka mendapatkan penghargaan desa terbersih adalah kegiatan rutin seperti pengumpulan dan penyortiran yang berdasarkan kategorinya. Selain itu mereka memiliki peraturan untuk tidak sembarangan merokok dan menyediakan tempat bagi masyarakat yang ingin merokok.

2. Desa Girirejo, Magelang

Pupuk Organik Cair Hasil Pembuatan Desa Girirejo zonaebt.com
Pupuk Organik Cair Hasil Pembuatan Desa Girirejo, Magelang untuk Para Petani. Sumber: desagirirejongablak.com

Terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Desa Girirejo dikenal dengan program TPS 3R Giri Mulya, yang mengelola sampah rumah tangga menjadi kompos dan produk daur ulang.

Program TPS3R mereka juga mendapatkan penghargaan pertama Desa Mandiri Sampah tingkat provinsi Jawa Tengah 2024, oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jawa Tengah.

Dilansir dalam desagirirejongablak.com, TPS 3R mereka juga mengatasi limbah organik dengan menjadikannya Pupuk Organik Cair dan Padat untuk petani.

Program 3R (Reduce, Reuse, Recycle)  mereka juga terus berkembang ke masyarakatnya. Mulai dari aktif memilah sampah sejak dari rumah tangga, sehingga sampah yang masuk ke tempat pembuangan sudah terorganisir. Berkat upaya ini, Desa Girirejo berhasil menjadi Juara Pertama Desa Mandiri Sampah di tingkat provinsi.

3. Desa Cangkuang Wetan, Jawa Barat

Rumah Sampah Tempat Insinerator Motah di Desa Cangkuang Wetan zonaebt.com
Rumah Sampah Tempat Insinerator Motah di Desa Cangkuang Wetan. Sumber: citarumharum.jabarprov.go.id

Suksesnya mengolah sampah juga dirasakan warga Kabupaten Bandung, Desa Cangkuang Wetan. Hal ini karena, pengelolaan sampah yang menerapkan konsep ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular yang mereka lakukan ini akhirnya membuat desa mereka tidak menyumbang sampah ke TPA Sarimukti (pusat).

Seperti yang dilansir citarumharum.jabarprov.go.id, pemecahan masalah sampah plastik desa ini adalah adanya insinerator. Insinerator adalah alat pembakar limbah atau sampah yang berupa padatan, cairan, ataupun gas dengan menggunakan suhu tinggi untuk mengurangi volume sampah.

Insinerator ini diberi nama Motah, setidaknya Motah dapat membakar satu ton sampah dalam satu jam dan 15 ton dalam sehari. Keunggulan lainnya insinerator Motah ini beroperasi dalam 20 jam, sehingga membuat masyarakat bisa untuk mengakuisisi langsung sampahnya.

Faktor paling krusial yang membuat desa ini bisa mengolah sampah secara mandiri adalah karena upaya kepala desanya (Kades). Tidak seperti banyak pemerintah, kades Cangkuang Wetan ini selalu mengupayakan desa mereka selalu terdepan dalam kebersihan.

“Saya kasih pemahaman bahwa memilih sampah itu ibadah. Setiap jiwa punya tanggung jawab jaga lingkungan, saya sampaikan saat tarling, pengajian,” ucap Asep Kusmiadi, Kades Cangkuang Wetan dalam Citarum Harum.

4. Desa Kalisari, Banyumas

Sosialisasi Budidaya Maggot Berbahan Dasar Limbah Ampas Tahu di Desa Kalisari, Banyumas zonaebt.com
Sosialisasi Budidaya Maggot Berbahan Dasar Limbah Ampas Tahu di Desa Kalisari, Banyumas. Sumber: Researchgate.com

Banyumas memang menjadi daerah yang telah banyak menerapkan pengelolaan sampah yang baik. Bahkan di 2023, Banyumas menjadi tuan rumah City Windows Series (CWS) II, Program Smart Green ASEAN Cities (SGAC). Di skala kecil pedesaan juga telah banyak menciptakan inovasi, termasuk di Desa Kalisari.

Terkenal dengan masyarakat yang perajin tahu, Desa Kalisari juga mencoba melakukan pengolahan sampah mereka. Limbah tahu seperti ampas kedelai dulunya menjadi masalah untuk mereka, tetapi masalah itu teratasi dengan memanfaatkan maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF).

Dilansir di antaranews.com, pelatihan budi daya maggot menggunakan ampas tahu tersebut diberikan oleh tim dosen Institut Teknologi (IT) Telkom Purwokerto melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang mendapatkan dana dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi. Maggot ini kemudian dijadikan pakan ternak, yang tidak hanya membantu mengurangi sampah organik tetapi juga menciptakan ekonomi sirkular.

Tidak hanya ampasnya namun limbah tahu yang sering kali berbau juga mereka olah untuk menjadi biogas untuk rumah tangga. Bahkan harga yang ditawarkan juga tergolong murah hanya 20 ribu rupiah.

5. Desa Celuk, Gianyar

Sumur Komposter di Setiap Rumah pada Desa Celuk, Gianyar, Bali zonaebt.com
Sumur Komposter di Setiap Rumah pada Desa Celuk, Gianyar, Bali. Sumber: Luh De Suriyani/Mongabay.co.id

Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali memiliki satu hal yang unik di setiap rumah mereka, yang bahkan jarang ditemui di rumah modern sekarang. Hal unik ini adalah sumur komposter, sumur ini digunakan sebagai lubang untuk mengelola sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos.

Cara ini dinilai mengurangi pembuangan sampah mereka ke TPA dan hanya menyisakan 10% residu yang mengalami penguraian cukup lama. Pendorong lain yang membuat desa ini melakukan pengolahan sampah adalah adanya aturan adat tertulis.

Dilansir di mongabay.co.id, mereka membentuk Badan Pengelola Sampah Desa Adat Cemenggoan pada 2020. Sumur komposter ini sering kali disebut “teba modern”. Kata “Teba” merujuk ke halaman belakang atau area hijau di belakang rumah. Dulunya warga sering membuang sampah ke teba yang biasanya ditanami pohon. Cara ini menjadi solusi sederhana, namun efektif untuk mengurangi limbah.

Baca Juga



Desa-desa ini menunjukkan bahwa kebersihan dan pengelolaan sampah yang baik dapat dicapai dengan inovasi dan kesadaran bersama. Mereka tidak hanya menjaga lingkungan tetap asri, tetapi juga mengolah sampah menjadi produk daur ulang dan pupuk kompos yang bernilai ekonomi.

Kita pun bisa ikut berkontribusi dengan langkah sederhana, seperti memilah sampah, mengurangi plastik, atau mendukung program daur ulang. Jika Sobat EBT Heroes ingin mengunjungi atau menerapkan sistem pengelolaan sampah dari desa-desa ini, jadikan mereka sebagai inspirasi untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, ya!

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes #KurangiPlastik #MengolahSampah

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi:

[1] Desa Girirejo Ngablak

[2] Desa Terbersih di Indonesia

[3] Desa Girirejo Menjadi Juara Pertama Desa Mandiri Sampah Tingkat Jateng

[4] Patut Dicontoh Desa Cangkuang Wetan Mampu Kelola Sampah Secara Mandiri

[5] Cerita dari Banyumas Kelola Sampah Jadi Berkah Sekaligus Kurangi Emisi

[6] Perajin Tahu di Banyumas Dilatih Budidaya Maggot Gunakan Ampas Tahu

[7] Teba Modern Cara Desa Celuk Bali Bebas Sampah Organik

[8] Desa ini Berhasil Merubah Sungai Tercemar Menjadi Jernih Kembali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 Comment