Arah Panjang Perjuangan EBT Indonesia

Jejak panjang EBT Indonesia 30 April 2021, terhitung sudah mendekati enam tahun, 12 Desember 2021 yang akan datang. Publik akan memperingati Perjanjian Paris yang disepakati pada tahun 2015. Bagaimana perkembangan terbarunya, apakah Indonesia dan negara-negara maju sudah sudah mencapai target yang ditetapkan? Bila kita flashback lagi, tujuan Perjanjian Paris ini adalah sebuah aksi iklim untuk mencegah suhu bumi tidak melewati ambang batas 2 derajat celsius dan berupaya maksimal untuk tidak melewati ambang batas 1,5 derajat celcius dibandingkan masa pra-industri.

Jalan panjang yang perlu dilakukan Indonesia untuk mengimplementasikan Perjanjian Paris yang telah disepakati bersama. Indonesia memiliki target ambisius yang tidak muluk-muluk yaitu menurunkan emisi pada 2030 sebanyak 29% dengan usaha sendiri atau 859 juta ton setara karbon dioksida. Dari target itu, pengurangan emisi berbasis lahan yang menjadi tanggung jawab KLHK sebesar 17,1%.

Baca juga:



Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan emisi karbon salah satu penyumbang terbesar pemanasan global ini dihasilkan oleh misalnya menggunakan energi listrik, aktivitas kendaraan bermotor, pabrik, pembakaran sampah, peternakan & pertanian. Contoh kecil saja dalam penerapan energi listrik di Indonesia 85,31% dari total kapasitas terpasang yaitu 60.485 MW berasal dari sumbangan energi fosil. Batubara menjadi sumber utama energi listrik di Indonesia. Jumlah kapasitas pembangkit yang terpasang dari PLTU mencapai 35.216 MW setara 49,67 persen dari total kapasitas nasional 70.900 MW. Setelah PLTU, porsi terbesar pembangkit yang menyumbang listrik Indonesia adalah berbasis bahan bakar gas. PLTG per Mei 2020 menyumbang 20.488 MW setara 28,90% dari kapasitas terpasang nasional. Selanjutnya ada PLTD yang berbasis BBM dengan 4.781 MW setara 6,74 persen dari kapasitas terpasang.

Golongan minoritas pada kelompok Energi Baru Terbarukan (EBT) baru mencapai 10.426 setara 14,71% dari total kapasitas terpasang. Lebih rinci, penyumbang EBT adalah pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebanyak 2.131 MW, lalu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 6.095 MW, dan sisa 2.200 MW gabungan dari berbagai EBT. Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyampaikan, bauran energi baru terbarukan (EBT) Indonesia hingga akhir 2020 masih berada di angka 11,51%. Adapun pada 2025, pemerintah menargetkan bauran EBT bisa mencapai 23%. Untuk tahun 2020 sendiri, target bauran EBT mencapai 13%.

Baca juga:



Bila melihat kondisi ini, rasanya jauh untuk Indonesia segera implementasi secara radikal energi bersih. Banyak faktor yang mempengaruhi para elit politik dalam merancang kebijakan. Salah satunya perlu energi yang murah untuk menggenjot laju pertumbuhan ekonomi nasional. Karena nafas dari laju ekonomi adalah energi, sedangkan energi listrik yang paling murah saat ini berasal dari batubara keberadaannya berlimpah di bumi Nusantara ini.

Diperlukannya komitmen yang bernafas jangka panjang untuk peralihan sumber energi. Berbagai pihak harus saling merangkul satu sama lain dan berupaya untuk kearah lebih bersih.

Salam artikel pertama ZonaEBT, energy push limit!

#EBT #energi #indonesia #power #listrik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 Comment