
- Indonesia berkontribusi 2,3% emisi global dan menargetkan net zero emissions pada 2060.
- Emisi CO2 global mencapai rekor tertinggi 40,8 miliar ton pada 2024, naik 1% dari tahun sebelumnya.
- Energi fosil masih mendominasi 83% konsumsi energi dunia meskipun energi terbarukan mencapai rekor 40,9%.
Dunia kembali mencatatkan rekor baru yang mengkhawatirkan dalam hal emisi gas rumah kaca. Berdasarkan data terbaru dari Our World in Data Catalog yang dipublikasikan pada 26 Juni 2025, emisi karbon dioksida (CO2) dari sektor energi global mencapai titik tertinggi sepanjang masa dengan total 40,8 miliar ton CO2 pada tahun 2024.
Rekor emisi CO2 global pada 2024 ini menunjukkan bahwa dunia masih jauh dari jalur yang diperlukan untuk mencapai target Perjanjian Paris. Dengan 2024 menjadi tahun terpanas akibat emisi karbon yang terus meningkat, dengan emisi metana naik 165% dibandingkan tingkat pra-industri, urgensi untuk mempercepat transisi energi semakin tinggi.
Faktor utama yang mendorong tingginya emisi – yaitu dominasi energi fosil sebesar 83%, kenaikan konsumsi batubara (1,2%) dan gas (2,5%), serta pertumbuhan energi terbarukan yang belum mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi energi fosil – menunjukkan bahwa diperlukan upaya yang lebih masif dan terkoordinasi. Berikut penjelasan dari beberapa faktor utama naiknya Emisi CO2:
Baca juga:
- Emisi Gas Rumah Kaca berdasarkan Produk Makanan (kg CO₂e)
- ZE Jobs: Pembangun Karir di Sektor Energi Terbarukan
Kenaikan Emisi Berkelanjutan Selama 4 Tahun

kenaikan emisi ini merupakan yang keempat berturut-turut dalam empat tahun terakhir, dengan peningkatan 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Tren ini menunjukkan bahwa upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca masih belum memberikan hasil yang signifikan dalam menghentikan laju peningkatan emisi.
Energi Fosil Masih Mendominasi dengan Porsi 83%

Salah satu faktor utama yang mendorong tingginya emisi adalah dominasi energi fosil yang masih sangat besar dalam konsumsi energi global. Data menunjukkan bahwa energi fosil masih menguasai 83% dari total konsumsi energi dunia. Angka ini mengindikasikan bahwa transisi energi menuju sumber yang lebih bersih masih berjalan sangat lambat.
Dari sisi konsumsi, dua sumber energi fosil utama mengalami peningkatan yang signifikan:
Konsumsi Batubara mengalami kenaikan 1,2% pada tahun 2024. Batubara, yang merupakan sumber energi dengan emisi karbon tertinggi, masih menjadi andalan banyak negara untuk memenuhi kebutuhan energi mereka, terutama untuk pembangkit listrik.
Konsumsi Gas naik 2,5%, menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan batubara. Meskipun gas menghasilkan emisi yang lebih rendah dibandingkan batubara, peningkatan konsumsi yang signifikan ini tetap berkontribusi pada kenaikan emisi global.
Energi Terbarukan Mencapai Rekor Tertinggi tapi Belum Cukup

Di sisi positif, data menunjukkan bahwa porsi energi terbarukan dalam bauran energi global mencapai rekor tertinggi sepanjang masa dengan 40,9%. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dari investasi dan pengembangan teknologi energi bersih di seluruh dunia.
Namun, meskipun energi terbarukan mencapai rekor tertinggi, pertumbuhan ini masih belum mampu mengimbangi kenaikan konsumsi energi fosil secara keseluruhan. Kesenjangan antara pertumbuhan energi terbarukan dan penurunan konsumsi energi fosil masih menjadi tantangan utama dalam upaya mengurangi emisi global.
Baca juga:
Indonesia, sebagai negara dengan konsumsi energi yang terus meningkat, juga menghadapi tantangan serupa. Indonesia berkontribusi sebesar 2,3 persen dari total emisi gas rumah kaca global dan menempati posisi ke-6 di daftar negara penyumbang emisi karbon terbesar di dunia.
Pola konsumsi energi Indonesia yang masih didominasi oleh batubara untuk pembangkit listrik dan ketergantungan pada energi fosil di sektor transportasi dan industri berkontribusi pada emisi nasional. Sektor industri berkontribusi paling besar terhadap emisi Indonesia, sebesar 37%, diikuti oleh sektor transportasi.
Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi tantangan emisi ini. Indonesia memiliki target ambisius untuk mencapai net zero emissions pada 2060 atau lebih cepat sebagai bagian integral dari tujuan pembangunan menjadi ekonomi maju pada 2045.
makin tahu Indonesia, bahwa Beberapa program yang telah diimplementasikan antara lain program perdagangan karbon yang diluncurkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia Green Affordable Housing Program (IGAHP) yang bertujuan membangun satu juta unit rumah hijau pada 2030, dan investasi energi bersih sebesar USD 55,18 miliar yang telah membuka 281.566 lapangan kerja baru.
#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes
Referensi:
[1] Our World in Data – CO2 and Greenhouse Gas Emissions
[2] Analysis: Global CO2 emissions will reach new high in 2024
[3] Sebagai Komitmen Emisi Karbon