Gawirea dan Tim Uzbekistan Luncurkan AI Chatbot Untuk Edukasi Energi Terbarukan

Mecca robot Gawirea. Sumber: Gawirea

Jakarta, 7 Oktober 2024 – Girls and Women in RE Academy (GAWIREA), sebuah inisiatif pemberdayaan perempuan dalam bidang energi terbarukan dan lingkungan, bekerja sama dengan Eco Mons Vita, tim ahli bidang teknologi asal Uzbekistan, dalam mengembangkan sebuah AI (Artificial Intelligence) chatbot. Proyek ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai energi terbarukan dengan fokus utama pada daerah rural. AI chatbot ini akan memanfaatkan video edukasi untuk menyampaikan materi terkait melalui platform Telegram. Kolaborasi ini juga didukung oleh pendanaan dari pemerintah Jerman, yang mendukung proyek inovatif ini.

Menurut Icheiko Ramadhanty, Communications and Community Development GAWIREA, ide kolaborasi ini muncul dari keprihatinan GAWIREA terhadap tren kecerdasan buatan (AI) yang semakin sering dibahas di berbagai konferensi dan pertemuan anak muda, baik dengan tema lingkungan, energi, maupun politik. Dari sinilah ide pengembangan AI chatbot untuk energi terbarukan.

“Munculnya ide itu kita lebih ngeliat concern sih karena sejauh ini selama ini misalnya kita mau ikut konferensi atau ikut pertemuan anak muda. Entah itu topik utamanya tentang lingkungan, energy, atau politik itu bahkan ada sub-tema di mana kita sama-sama ngebahas tentang AI,” jelas Icheiko, pada hari Minggu (29/9/2024).

GAWIREA akhirnya menemukan organisasi yang mampu mengisi kekurangan yang selama ini dihadapi, sekaligus menjadi mitra untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Kolaborasi ini dimulai saat GAWIREA bertemu dengan Eco Mons Vita, tim berpengalaman dari Uzbekistan yang ahli di bidang teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI).

“Kita tahu GAWIREA gap-nya di mana selama ini, kayak kita tahu kekurangan kita di mana dan kita mau improve. Akhirnya, ada satu momen di mana kita nemu organisasi yang bisa ngisi gap-nya GAWIREA selama ini sambil belajar, selagi sambil kita improve juga. Akhirnya, nemu organisasi yang cukup berpengalaman di bidang teknologi ini, AI ini,” ungkap Icheiko.

AI Chatbot yang dikembangkan bersama tim Uzbekistan ini menyasar pada isu energi terbarukan, yang dinilai relevan dengan permasalahan di wilayah rural. Ical, anggota GAWIREA, menjelaskan bahwa proyek ini berfokus pada pengembangan sistem energi terbarukan yang dapat diterapkan di sektor pertanian dan pengelolaan sampah.

“Karena sejauh ini kan kita berangkatnya GAWIREA itu sebenarnya dari topik itu, dan kita tuh sebenarnya menyasarnya, salah satunya di daerah rural. Contohnya, ada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar itu mereka salah satunya ada nanem semangka. Ada permasalahannya di irigasi, irigasinya ini harus dilakukan setiap hari. Sedangkan mereka airnya kurang, kemudian aksesnya juga sulit, dan selama ini mereka pakainya manual dengan cara menimba dari sumur-sumur. Makanya kita punya ide, gimana kalau renewable energy ini digunakan untuk agriculture dan untuk waste management, dan juga sebagai powernya atau sumber energinya,” jelasnya.

Proses berlangsungnya kerja sama antara tim GAWIREA dengan Eco Mons Vita dalam penciptaan AI Chatbot ini didasarkan pada keahlian masing-masing di mana GAWIREA berfokus pada penyusunan kurikulum, sedangkan tim Uzbekistan tersebut berfokus pada pembuatan teknologinya. “Jadi kita fokusnya untuk pembuatan kurikulumnya dalam bentuk yang nantinya akan dibentuk dalam video dan pemaparan materi dalam bentuk modul. Sedangkan, tim Uzbekistan ini fokus ke AI-nya,” ungkapnya.

Faizal Rohmiani, Project Officer GAWIREA, mengungkapkan bahwa AI Chatbot ini tidak hanya akan memberikan materi dalam format video, tetapi juga melibatkan berbagai pakar yang akan mempresentasikan kurikulum dalam bentuk video interaktif.

“Kalau yang video ini bentuknya video edukasi. Jadi ada beberapa materi, kita punya beberapa segmen, ada tujuh kalau gak salah. Yang pertama mungkin ‘introduction renewable energy’ dan seterusnya. Nah, tadi kalau bentukannya apakah animasi itu bukan. Kita masih menggunakan bentuk video orang presentasi. Ada yang juga dalam bentuk presentasinya itu dari PPT-nya itu, kemudian ada orangnya yang menjelaskan, kemudian ada yang seperate atau dipisah, tapi juga ada modulnya sendiri,” ujar Faizal.

Meskipun saat ini platform Telegram dipilih karena kemampuannya untuk mengirimkan file berukuran besar, tidak menutup kemungkinan ke depan AI Chatbot ini juga akan diintegrasikan ke platform lain, seperti WhatsApp. “Karena concern kami itu yang pertama kalau Telegram itu kalau semisalnya mau mengirimkan file bisa dalam bentuk yang besar. Makanya kita pakai Telegram dulu-lah. Meskipun kita juga punya tantangan, gimana caranya mencari market yang sudah mengerti Telegram. Tapi nanti seiring berjalannya waktu, mungkin aja sih kita ganti platformnya ke dalam bentuk Whatsapp yang lebih familiar, atau mungkin platform-platform lain yang ada,” ujar Icheiko.

Dalam upaya memperkenalkan chatbot ini ke publik, GAWIREA telah merancang strategi promosi melalui berbagai kanal media sosial, serta berkolaborasi dengan komunitas yang bergerak di bidang pengelolaan sampah dan pertanian.

“Kami menggandeng komunitas-komunitas lain untuk promote program kita ini via Instagram ataupun via platform lain. Selain itu, kami juga turun ke lapangan, kami menyasar ke beberapa komunitas yang bergerak di bidang waste management, terutama untuk pengelolaan sampah, seperti Bank Sampah. Nah kita pengennya menyasar ke orang-orang itu yang sesuai dengan tujuan kami. Orang-orang yang bergerak di waste management dan agriculture,” kata Faizal.

Untuk mengukur kesuksesan proyek ini, GAWIREA telah menetapkan target minimal 100 peserta untuk berpartisipasi dalam chatbot ini. Selain itu, kuesioner akan disebarkan untuk menilai pemahaman peserta dan dampak dari video edukasi yang ditampilkan. “Karena kami ada target sendiri. Misalnya, target kami 100 orang untuk mengajak peserta untuk menggunakan AI Chatbot ini,” pungkas Icheiko.

“Kemudian, nanti di dalam proses pembelajaran dan setelahnya akan ada kuesioner yang kami bagikan. Jadi mungkin ada beberapa indikator, seperti seberapa paham orang-orang terhadap video edukasi project ini, kemudian mereka punya rencana apa ke depannya setelah mendapatkan video edukasi ini, akankah direalisasikan,” tambah Faizal.

Bagi kalian yang tertarik untuk mengikuti kursus, dapat segera mendaftarkan diri melalui laman berikut ini: https://tally.so/r/w8pzpP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *