- Sektor transportasi sebagai salah satu penyebab jejak karbon dan peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor dalam satu dekade.
- Emisi gas karbon dari pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan beberapa zat yang berbahaya.
- Pelaksanaan kebijakan pengadaan dan penggunaan transportasi umum di masyarakat.
Saat ini, masalah perubahan iklim menjadi isu global. Bagaimana tidak? Dampak yang diakibatkan oleh masalah ini sangat luas bagi masyarakat dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini mendorong banyak pihak untuk mencari solusi, salah satunya dengan mengurangi emisi karbon di atmosfer bumi. Penyebarluasan kesadaran mengenai masalah ini dan potensi peningkatan gas karbon diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dalam masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada masyarakat yang skeptis terhadap isu perubahan iklim.
Transportasi dan Emisi Gas Karbon
Emisi gas merupakan resultan dari sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh individu, masyarakat bahkan korporasi, yang secara umum dikenal dengan istilah jejak karbon. Banyak perilaku atau aktivitas yang menyebabkan jejak karbon, salah satunya adalah penggunaan energi dari pembakaran fosil dan/atau batu bara. Artikel ini akan membahas dampak kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi yang menggunakan energi fosil.
Jika kalian tinggal di kota-kota besar dengan mobilitas dan kepadatan penduduk yang tinggi, maka pasti sudah tidak asing dengan banyaknya kendaraan pribadi di jalan raya. Jalanan yang luasnya terbatas sering kali dipadati oleh kendaraan pribadi. Namun, belakangan ini, kepemilikan kendaraan pribadi di kota atau kabupaten kecil juga semakin meningkat. Kita tidak dapat memungkiri bahwa saat ini masyarakat lebih memilih untuk membelanjakan sebagian pendapatnya untuk membeli kendaraan pribadi guna menunjang mobilitas mereka.
Lantas, apa yang menjadi masalah? Perlu diketahui bahwa sebagian besar kendaraan pribadi baik motor maupun mobil masih menggunakan energi dari fosil. Padahal, penggunaan energi dari pembakaran fosil dan batu bara menjadi salah satu penyebab peningkatan potensi emisi gas karbon. Hal tersebut akan berdampak pada kenaikan suhu bumi dan perubahan iklim ekstrim. Lalu, apa yang perlu diketahui lebih lanjut mengenai kepemilikan kendaraan dan potensi peningkatan gas karbon?
Baca Juga:
- Potensi dan Dampak Emisi Karbon dalam Industrialisasi
- Manfaat Mengetahui dan Menghitung Karbon Hutan
Peningkatan Volume Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa salah satu penyebab utama jejak karbon adalah penggunaan kendaraan bermotor yang berbahan bakar fosil atau bensin. Saat ini, masyarakat lebih memilih membeli dan menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilitas. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, jumlah kepemilikan kendaraan bermotor juga akan meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, terdapat sekitar 125,3 juta unit motor di Indonesia. Angka tersebut memperlihatkan pertumbuhan kendaraan unit motor sebesar 64% dalam satu dekade (2012-2022).
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini di satu sisi mencerminkan perkembangan ekonomi, seperti pertumbuhan industri otomotif dan peningkatan daya beli masyarakat. Di samping itu, peningkatan ini memperbesar potensi emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer, yang berdampak pada polusi udara dan perubahan iklim. Bayangkan saja seberapa padat jalan raya dengan kendaraan yang digunakan setiap hari, dan bagaimana emisi karbon yang dihasilkan berkontribusi terhadap kualitas udara yang buruk.
Seberapa Banyak Gas Karbon yang Dihasilkan oleh Kendaraan Bermotor?
Setelah membahas peningkatan jumlah kendaraan bermotor, sekarang kita akan melihat emisi karbon yang dihasilkan. Sektor transportasi yang merupakan salah satu kontributor utama emisi karbon, dengan berbagai jenis kendaraan, seperti motor, mobil, kereta api, dan pesawat terbang turut andil dalam peningkatan gas buang ini Tidak hanya kendaraan bermotor roda dua tapi juga mobil, kereta api bahkan pesawat terbang. Apa yang dimaksud dengan emisi? Emisi adalah gas buang yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dan dilepaskan ke udara.
Lebih spesifik, emisi gas kendaraan diartikan sebagai sisa pembakaran dalam internal combustion engine dan keluar melalui exhaust system atau knalpot. Gas-gas ini mengandung zat yang berbahaya seperti karbon monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen Oksida (NOX) dan Hydrocarbon (HC) di mana HC merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna. Sektor transportasi menyumbang sekitar 5% dari emisi karbon global dan seperlima emisi dari total emisi di Indonesia, menurut data Kementerian Perhubungan dari jejak karbon global. Laporan Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC) juga menyebutkan bahwa 62% dari penggunaan bahan bakar berasal dari sektor transportasi.
Baca Juga:
- Jejak Karbon: Kendaraan Pribadi Akar Masalahnya?
- Kendaraan Listrik Menjadi Solusi Efektif Pengurangan Emisi Karbon
Memperbanyak Transportasi Umum atau Beli Kendaraan Pribadi?
Saat ini, isu lingkungan terkait pemanasan global menjadi topik penting di seluruh dunia. Banyak negara mulai menyadari pentingnya saling merangkul guna mengatasi dan meminimalkan dampak kerusakan lingkungan. Dampak ini dirasakan secara global, menciptakan efek domino yang mempengaruhi banyak negara. Salah satu solusi di sektor transportasi adalah dengan meningkatkan akses transportasi umum.
Dengan adanya kebijakan yang mendukung transportasi umum, diharapkan masyarakat akan beralih dari penggunaan kendaraan pribadi. Hal ini tidak hanya akan berdampak pada penurunan emisi gas karbon, tetapi juga meningkatkan kualitas layanan publik. Namun, menumbuhkan pola pikir untuk beralih ke transportasi umum di masyarakat bukanlah hal yang mudah. Di kota-kota besar yang sudah memiliki fasilitas transportasi umum memadai, sebagian masyarakat masih enggan meninggalkan kendaraan pribadi mereka.
Indonesia masih menghadapi tantangan dalam menyediakan fasilitas transportasi umum yang merata. Di kota besar, perbaikan sudah mulai terlihat, tetapi kesenjangan masih ada, terutama di wilayah kabupaten dan desa. Akibatnya banyak masyarakat yang tetap memilih kendaraan pribadi untuk mobilitas. Peralihan ke transportasi Akan tetapi, masih ada kesenjangan penyelenggaraan transportasi umum juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Oleh karena itu, pemerintah sebagai regulator harus bijaksana dalam merancang kebijakan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
#zonaebt #Sebarterbarukan #EBTHeroes
Editor: Savira Oktavia
Referensi:
[1] Ini Pertumbuhan Jumlah Motor di Indonesia 10 Tahun Terakhir
[2] Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor pada Mobil, Kenali!
[3] Perkotaan Penyumbang Terbesar Emisi Gas Rumah Kaca, Bagaimana Mengatasinya?
3 Comment
Your writing is a true testament to your expertise and dedication to your craft. I’m continually impressed by the depth of your knowledge and the clarity of your explanations. Keep up the phenomenal work!