Seberapa Penting Menghitung Emisi Karbon?

Mini Clas zonaebt x Carbon Share
  • Bagaimana para konsumen energi mengetahui seberapa besar emisi karbon yang dihasilkannya?
  • Apa yang berubah ketika kita mengetahui jumlah emisi karbon yang kita hasilkan? Ketika kita mengetahui emisi karbon yang kita hasilkan, maka kita akan lebih memahami langkah antisipasi ke depannya.

Emisi karbon menjadi salah satu penyebab pemanasan global yang signifikan. Akan tetapi, bukan tidak mungkin bagi Sobat EBT Heroes ikut berperan mengurangi emisi karbon di bumi. Untuk menyebarkan pengetahuan dan memasifkan langkah mengurangi emisi karbon, zonaebt melalui ZE Academy bersama Carbon Share mengadakan mini class dengan tajuk “Pelatihan Penghitungan Karbon untuk Organisasi: Mengukur, Mengelola, dan Mengurangi Emisi Karbon”.

Mini Class yang diadakan dua hari, yaitu pada 1 dan 2 September 2023 lalu ini menarik perhatian puluhan peserta dari berbagai latar belakang. Tak jarang, para peserta telah berkecimpung di dunia pengelolaan energi terbarukan. Meskipun tak semua peserta memiliki latar belakang yang sama, antusias seluruh peserta menunjukkan ketertarikan dan kepeduliannya dalam menindaklanjuti dampak emisi karbon.

Ketertarikan peserta juga tak lepas dari pembicara yang kredibel di bidangnya. Mini Class ini menghadirkan Faela Sufa sebagai Chief Executive Officer Carbon Share dan Amalia Sosrodiredjo dari ESG Consultant Company, Rubrik Solutions.

Dalam kesempatan tersebut, peserta juga dapat membeli e-sertifikat karbon yang nilainya setara dengan mengurangi 1 ton emisi karbondioksida di atmosfer.

Pelaksanaan Mini Class zonaebt x Carbon Share. Sumber: Dokumentasi acara.

Amalia menyebut, pengetahuan dan kemampuan untuk menghitung jumlah emisi karbon yang kita hasilkan menjadi hal yang penting. Dengan kemampuan tersebut, seseorang dapat memperkirakan seberapa banyak emisi yang dihasilkan dan bagaimana mengantisipasinya. Seseorang menjadi tahu bagaimana impact perbuatannya terhadap lingkungan.

Pada dasarnya, bukan hanya gas karbon berdampak pada lingkungan, tapi ada juga Methane (CH4), Nitrous Oxide (N2O), Sulphur Hexafluoride (SF6), Hydrochlorofluorocarbons (HFCs), Perfluorocarbons (PFCs), Nitrogen Trifluoride (NF3). Masing-masing zat memiliki tingkat Global Warming Potential yang berbeda dan karbondioksida atau CO2 menjadi zat ekuivalennya. Sumber kemunculan zat ini pun berbeda-beda. Zat-zat tersebut berperan membuat bumi menjadi panas serta menimbulkan dampak negatif lainnya.

“Bumi itu seperti tubuh manusia, ketika kita kedinginan dan greenhouse gases itu seperti selimut bumi. Cukuplah. Dan greenhouse itu penting untuk protect bumi dari sinar matahari langsung, tapi ketika kita sudah hangat dan terus ditambahi selimut, maka menjadi panas” ujar Amalia.

Amalia Sosrodiredjo saat menyampaikan materi di Mini Class. Sumber: Dokumentasi acara.

Karbon umumnya muncul dari hasil pembakaran bahan bakar, seperti yang dilakukan di PLTU dan PLTG, pemanfaatan batu bara lainnya, minyak bumi, atau gas alam. Selain itu, sumbernya bisa dari kendaraan, aktivitas industri, solid waste, aktivitas industri kimia, sampah yang tertimbun, agricultural practices, bahkan peralatan transmisi dan distribusi listrik. Faktor yang beragam ini membuka peluang besar terciptanya emisi karbon di bumi. Sebagai contoh, 1 ton CO2 sama dengan emisi yang dihasilkan dalam perjalanan pulang pergi Jakarta-Istanbul menggunakan pesawat.

Organisasi atau perusahaan pun rentan menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Oleh karena itu, kesadaran kelompok dalam menghitung dan mengurangi emisi dari aktivitas yang dilakukan akan sangat bermanfaat.

Sebagai data collection, kelompok dapat membuat Greenhouse Gases Report, Greenhouse Gases Statement, atau Greenhouse Gases Inventory. “Jadi perusahaan yang punya greenhouse gases inventory dia bisa tau, symptom perusahannya. Total emisi dan sumber emisinya, apakah ada peluang saving cost di sumber emisi tertentu,jelas Faela.

Amalia Sosrodiredjo dan Faela Sufa saat menyampaikan materi di Mini Class. Sumber: Dokumentasi acara.

Kepemilikan data ini juga menjadi tantangan bagi kelompok atau organisasi yang baru saja memulai. Pasalnya, tidak semua kelompok atau organisasi memiliki data lengkap mengenai jenis dan besaran emisi dari alat-alat yang digunakannya.

Akan tetapi, melalui Mini Class yang interaktif ini para pembicara membantu para peserta dalam menyiapkan data collection tersebut melalui sebuah pelatihan. Dalam Mini Class, diberikan studi kasus untuk diselesaikan bersama.

Di hari kedua pelaksanaan, kegiatan dilakukan lebih practical. Pembicara menyediakan studi kasus dan peserta menyelesaikannya melalui perhitungan karbon yang telah disampaikan sebelumnya. Setiap peserta diberikan waktu untuk menyelesaikan studi kasus, kemudian memaparkannya di Mini Class. Kesempatan tersebut pun digunakan dengan baik oleh para peserta, diantaranya M. Fitra Rachmandani dan Aditya Kristanto yang memaparkan hasil perhitungannya. Bahkan, sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi peserta, Carbon Share memberi e-sertifikat karbon untuk M. Fitra Rachmandani.

Bagi kamu yang tertinggal tidak sempat bergabung Mini Class topik Pelatihan Penghitungan Karbon untuk Organisasi: Mengukur, Mengelola, dan Mengurangi Emisi Karbon. Kami menyediakan link recording , yang bisa diakses berikut ini

Link pendaftar Mini Class

Selain memberikan manfaat melalui pelatihan, diskusi dalam Mini Class tersebut dapat memperkaya pengetahuan seputar penanganan emisi karbon di Indonesia. Sejauh ini di Indonesia, salah satu penanganan emisi karbon dilakukan dengan adanya Carbon Tax, dimana hal ini baru berlaku di sektor energi. Carbon Tax menentukan ambang batas emisi yang dapat dikeluarkan masing-masing perusahaan sektor energi. Jika melebihi batas ambang, maka perusahaan akan dikenai Carbon Tax. Ukurannya pun berbeda sesuai kapasitas perusahaan. Jika perusahaan yang emisinya melebihi ambang batas namun enggan membayar pajak, maka dapat membeli Carbon Credits.

“Untuk Carbon Credits sendiri baiknya, idealnya, memang kita baru membeli Carbon Credits kalo kita sudah melakukan aksi-aksi yang lain. Misalkan, kita udah berusaha supaya mesin-mesin ini lebih energy efficient atau kita udah berusaha untuk memakai listrik dari sumber yang lebih ramah lingkungan,”jelas Faela.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

27 Comment