Potensi dan Dampak Emisi Karbon dalam Industrialisasi

Potret kegiatan industrialisasi. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/surga-merokok-uap-pabrik-lanskap-4832214/
  • Pertumbuhan industrialisasi meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil, yang berkontribusi pada peningkatan emisi karbon dan perubahan iklim.
  • Alih fungsi lahan hijau untuk industri mengakibatkan kerusakan lingkungan, mengurangi kemampuan alam dalam menyerap karbon, dan meningkatkan risiko bencana ekologi.
  • Ada dilema antara pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi dan upaya perlindungan lingkungan, yang memerlukan partisipasi aktif dari pemerintah, pengusaha, dan masyarakat untuk menemukan solusi berkelanjutan.

Hutan memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi kelangsungan makhluk hidup. Salah satu peran utama dari hutan adalah sebagai penyerap karbon. Perubahan iklim di bumi semakin mengkhawatirkan akibat pelepasan gas rumah kaca yang meningkat, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitro oksida (N2O). Dalam beberapa waktu terakhir, pelepasan emisi karbon di atmosfer bumi semakin meningkat.

Peningkatan emisi karbon di atmosfer disebabkan oleh banyak faktor, baik dari individu, kelompok, maupun instansi. Aktivitas ini dikenal sebagai jejak karbon. Ditambah lagi, laju industrialisasi di banyak negara berpotensi meningkatkan emisi karbon. Di negara berkembang seperti Indonesia, proses industrialisasi semakin gencar dilakukan. Di satu sisi, industrialisasi meningkatkan laju perekonomian, namun di sisi lain, berdampak besar pada lingkungan.

Baca Juga



Industrialisasi Dan Bahan Bakar Fosil

Ilustrasi penggunaan bahan bakar fosil. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/mengisi-bahan-bakar-pompa-gas-1629074/

Saat ini, pertumbuhan industri semakin masif. Banyak perusahaan dengan berbagai macam variasi produk dibangun, mengalihfungsikan lahan hijau dan pertanian menjadi bangunan-bangunan perusahaan. Dari sisi ekonomi, industrialisasi yang masif tentu berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi, baik bagi masyarakat dengan banyaknya lowongan pekerjaan yang tersedia maupun bagi negara.

Namun, di sisi lain, kita tidak dapat memungkiri banyaknya energi yang digunakan dalam operasional produksi bersumber dari bahan bakar fosil. Masih banyak negara yang mengkonsumsi energi berbahan bakar fosil dalam kegiatan industri. Hal ini berakibat pada peningkatan emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer, yang kemudian mempengaruhi perubahan iklim di bumi. Perubahan iklim yang semakin ekstrem dan tidak terkendali berdampak negatif pada kelangsungan makhluk hidup di bumi.

Bahan bakar fosil masih menjadi pilihan utama sumber energi di sebagian besar negara di dunia. Salah satu pendorongnya adalah kemudahan dalam mengakses bahan bakar fosil, terutama bagi negara yang memiliki potensi alam/sumber energi fosil yang melimpah. Selain itu, energi bahan bakar fosil juga memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah. Tidak heran jika sektor industri belum dapat sepenuhnya lepas dari ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Potensi Peningkatan Emisi Karbon dan Kerusakan Lingkungan

Ilustrasi polusi udara. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/isu-perubahan-iklim-7575216/

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, praktik industrialisasi dan penggunaan bahan bakar fosil memiliki keterkaitan yang erat. Pembakaran minyak, gas, dan batu bara sebagai sumber energi meningkatkan jumlah karbon di atmosfer bumi. Peningkatan karbon ini mempengaruhi perubahan iklim, yang berdampak pada pemanasan global dan naiknya volume permukaan air laut.

Selain itu, emisi karbon dari proses industrialisasi juga mempengaruhi kualitas udara, yang berdampak negatif pada kesehatan masyarakat. Ketika lahan hijau seperti hutan dialihfungsikan untuk keperluan industri, kerusakan lingkungan pun terjadi. Kerusakan ini dapat memicu bencana ekologi seperti erosi dan banjir. Fakta bahwa hutan memiliki peran penting dalam menyerap karbon menambah potensi kerusakan lingkungan.

Baca Juga:



Dilema Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Kerusakan Lingkungan

Potret kegiatan ekonomi. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/uang-euro-keuangan-mata-uang-3864576/

Tidak dapat disangkal bahwa pertumbuhan industrialisasi dan kerusakan lingkungan memiliki keterkaitan satu sama lain. Ada harga yang harus dibayar apabila kita ingin meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Di satu sisi, peningkatan sektor industri diperlukan, namun di sisi lain, kita terus kehilangan hutan dan menghadapi peningkatan emisi karbon. Akibatnya, perubahan iklim ekstrem menjadi ancaman nyata bagi masa depan makhluk hidup.

Untuk mengatasi dilema ini, partisipasi dari semua pihak terkait sangat diperlukan. Pemerintah, pengusaha, dan masyarakat memiliki peran strategis. Pemerintah sebagai regulator perlu membuat kebijakan tegas yang menguntungkan perekonomian dan menjaga lingkungan. Pengusaha harus memiliki standar operasional yang ramah lingkungan dan menaati regulasi. Masyarakat dapat berperan sebagai pengawas dan berkontribusi aktif dalam pembuatan kebijakan.

Saat ini, isu lingkungan, khususnya perubahan iklim, menjadi perhatian global. Pemanasan global, peningkatan emisi karbon, dan kekhawatiran akan masa depan makhluk hidup mendorong berbagai inovasi untuk mengurangi emisi karbon. Namun, di banyak negara yang sedang mengembangkan ekonomi melalui industrialisasi, isu lingkungan menjadi dilema besar. Banyak negara masih menggunakan bahan bakar fosil dan mengalihfungsikan hutan menjadi lahan industri.

#zonaebt #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Savira Oktavia

Referensi:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 Comment