Peran Besar EBT dalam Dekarbonisasi Indonesia

Ilustrasi Pemanfaatan EBT untuk Mengurangi Emisi Karbon. Sumber: elements.envato.com
  • Indonesia memiliki potensi pemanfaatan EBT yang besar untuk mencapai target karbon netral tahun 2060
  • Kapasitas terpasang pembangkit EBT di Indonesia belum tergarap dengan maksimal
  • Optimalisasi pengembangan EBT untuk masa depan emisi nol bersih Indonesia tengah diupayakan oleh pemerintah

Sobat EBT Heroes, tahukah kamu bahwa Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025. Namun, hingga semester I tahun ini, realisasi dari bauran energi tersebut baru mencapai 12,7 persen Gigawatt berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah harus bergerak cepat dalam dua tahun ke depan untuk mencapai sasaran jangka pendek tersebut dan melaksanakan proyeksi jangka panjang untuk mencapai target karbon netral pada tahun 2060.

Untuk mencapai tujuan karbon netral pada tahun 2060, pemerintah memperkenalkan konsep Green RUPTL sebagai landasan dalam upaya mengurangi emisi karbon dari sektor energi.

Disamping itu, pemerintah pun berencana untuk menambah kapasitas pembangkit listrik sebesar 40,6 GigaWatt dengan fokus pada prinsip yang ramah lingkungan. 

Lebih dari separuh peningkatan kapasitas tersebut akan berasal dari berbagai sumber energi terbarukan seperti tenaga air, panas bumi, tenaga surya, dan sumber EBT lainnya.

Pemanfaatan sumber energi terbarukan diharapkan mampu mempercepat transisi dari energi fosil ke energi yang lebih bersahabat dengan lingkungan. 

Transisi energi bukan hanya menjadi agenda nasional, tetapi juga merupakan langkah penting dalam menjaga ketahanan energi dan mendorong ekonomi hijau di Indonesia. 

Hal tersebut mencerminkan komitmen Indonesia untuk mengembangkan teknologi yang bersih dan terjangkau, serta mendukung pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Baca juga



Potensi Luar Biasa EBT di Indonesia

Ilustrasi Carbon Offset dengan Memanfaatkan EBT. Sumber: olivegaea.com

Sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060, kebijakan energi nasional ke depan akan lebih fokus pada transisi menuju energi yang bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan melalui pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Hal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang cukup besar. International Renewable Energy Agency (IRENA) memperkirakan total potensi energi terbarukan Indonesia mencapai 3.692 Gigawatt.

Berikut potensi beberapa sumber energi terbarukan Indonesia berdasarkan penelitian yang dilakukan IRENA pada tahun 2021 dalam laporan Indonesia Energy Transition Outlook 2022.

Potensi Sumber Energi Terbarukan di Indonesia (2021). Sumber: International Renewable Energy Agency

Berdasarkan data tersebut, salah satu sumber energi yang paling potensial adalah energi surya. Hal ini disebabkan oleh letak geografis Indonesia yang berada dekat dengan garis khatulistiwa. 

Penggunaan energi surya di Indonesia dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu pemanfaatan cahaya matahari dan pemanfaatan panas matahari. 

Pemanfaatan energi panas matahari melibatkan teknologi concentrated solar power plant, sementara pemanfaatan energi cahaya matahari memanfaatkan teknologi photovoltaic power plant.

Selain energi surya, Indonesia juga memiliki potensi untuk mengembangkan energi terbarukan lainnya, seperti hydro power dari Sungai Kayan. Potensi hydro power Sungai Kayan diperkirakan mencapai 11-13 gigawatt. 

Disamping itu, Indonesia pun memiliki potensi panas bumi yang besar dengan ratusan titik potensi yang tersebar di seluruh wilayah negeri ini. Hal tersebut menjadikan Indonesia berada di peringkat kedua dunia setelah Amerika Serikat dalam pemanfaatan panas bumi sebagai sumber tenaga listrik.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui bahwa Indonesia memiliki potensi EBT yang besar, tersebar, dan beragam. Di mana, potensi tersebut mampu mendukung ketahanan energi nasional dan pencapaian target bauran energi baru terbarukan (EBT) Indonesia.

Dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor energi, pengembangan EBT menjadi langkah penting sebagai transisi menuju energi yang lebih bersih, dengan emisi yang minim, dan ramah lingkungan.

Kapasitas Pemanfaatan EBT di Indonesia

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia hingga semester I-2023 telah mencapai total 12.736,7 Megawatt (MW). 

Angka ini merupakan hasil kontribusi dari berbagai sumber EBT, seperti PLT Air, PLT Bio, PLT Panas Bumi, PLT Surya, PLT Bayu, dan PLT Gasifikasi batu bara. Berikut rincian kontribusi dari beberapa pembangkit listrik tersebut.

Kapasitas Terpasang PLT EBT di Indonesia Tahun 2022. Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Kapasitas pembangkit EBT saat ini merupakan 15% dari total kapasitas pembangkit listrik di Indonesia yang mencapai 84,8 Gigawatt (GW). 

Dalam lima tahun terakhir, sejak 2018 hingga tahun 2022, kapasitas pembangkit EBT bertambah sekitar 2.576 MW, dengan kenaikan rata-rata sebesar 5% per tahunnya. Kapasitas ini mencakup PLTA, bio energi, panas bumi, tenaga surya, dan tenaga angin/bayu.

Namun, potensi energi terbarukan di Indonesia, khususnya energi surya dengan potensi pemanfaatannya yang sangat tinggi, belum sepenuhnya tergarap. 

International Renewable Energy Agency (IRENA) mendorong Indonesia untuk mengembangkan lebih lanjut pemanfaatan energi terbarukan guna mendukung target Paris Agreement dalam mengurangi emisi karbon. 

Di mana, hal tersebut memerlukan perencanaan, regulasi, peningkatan infrastruktur, teknologi, dan investasi yang signifikan, terutama dalam sektor ketenagalistrikan, termasuk peningkatan kapasitas pembangkit listrik EBT, jaringan transmisi, penyimpanan energi, dan infrastruktur pendukung.

Salah satu hambatan utama dalam transisi energi Indonesia adalah masalah pendanaan dan investasi. Sumber pembiayaan perlu diperluas dan kapasitas pembiayaan lokal perlu ditingkatkan. 

Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan Paris Agreement dan menjaga peningkatan suhu bumi agar tidak melampaui 1,5 derajat Celcius, Indonesia perlu mengoptimalkan potensi besar yang dimilikinya dalam hal energi terbarukan.

Baca juga



Optimalisasi Pengembangan EBT dalam Dekarbonisasi Indonesia

Ilustrasi Pengembangan EBT untuk Mencapai Target Karbon Netral Tahun 2060. Sumber: freepik.com

Dalam upaya percepatan implementasi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia, terdapat berbagai strategi yang tengah dijalankan oleh pemerintah. 

Salah satunya adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga EBT (PLT EBT) on-grid, termasuk PLTS Terapung dan implementasi PLTS Atap.

Program dieselisasi menjadi PLT EBT, mandatory B35, dan co-firing biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) juga menjadi bagian dari usaha ini.

Selain itu, pemerintah pun telah merancang serangkaian kebijakan untuk mereduksi emisi karbon di sektor pembangkitan energi. 

Dalam kurun waktu 2021-2030, implementasi Green RUPTL menjadi landasan untuk mencapai target karbon netral Indonesia pada tahun 2060. 

Dalam satu dekade mendatang, pemerintah berencana menambah kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 40,6 GigaWatt (GW) dengan fokus pada sumber energi terbarukan. 

Di mana, hal tersebut akan mengubah kontribusi energi dari sumber fosil yang berkurang menjadi sekitar 71 persen pada tahun 2030, sementara kontribusi EBT meningkat menjadi sekitar 29 persen.

Tak hanya itu, pemerintah juga berencana mengurangi pembangkitan energi dari sumber fosil melalui pensiun dini PLTU batubara dan penggantian pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) serta tenaga gas (PLTG) yang sudah tua.

Selain peningkatan kapasitas pembangkit EBT, pemerintah juga mendukung penggunaan kendaraan listrik secara bertahap dan menciptakan kebijakan energi yang mendorong partisipasi masyarakat dalam produksi energi ramah lingkungan yang dapat dijual. 

Hal ini termasuk dalam mekanisme transaksi ekspor energi dari PLTS atap yang diproduksi oleh rumah tangga.

Dengan makin tahu Indonesia akan beberapa upaya tersebut, diharapkan target Net Zero Emission pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat, dapat tercapai oleh Indonesia melalui pengembangan EBT dalam dekarbonisasi dan transisi energi di negeri ini.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor : Nur Wasilatus Sholeha

Referensi:

[1] Jalan Panjang Mewujudkan Karbon Netral di Indonesia

[2] Pemerintah Terus Mendorong Percepatan Transisi Energi di Dalam Negeri Guna Mencapai Target Net Zero Emission pada 2060

[3] Potensi Energi Terbarukan Indonesia Baru Tergarap 0,3% sampai 2021

[4] Peta Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia

[5] Semester I-2023, Pemanfaatan EBT RI Capai 12,7 GW

[6] Pembangkit Listrik EBT Indonesia Didominasi Tenaga Air sampai 2022

[7] PLTS Atap: Kaya Potensi, Amankan Investasi, Kunci Bauran Energi

[8] Pemerintah Targetkan Bangun PLTS Atap 2.145 MW hingga 2030

[9] Indonesia miliki potensi besar dukung capaian target bauran EBT

[10] Optimalisasi Potensi EBT Kejar Target Emisi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *