• Pemerintah Indonesia menetapkan pengoptimalan EBT sebagai prioritas kedua dalam upaya mencapai target karbon netral tahun 2060.
• Pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi terbarukan membawa berbagai dampak positif bagi pelestarian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi.
• Selain bermanfaat untuk mengurangi emisi, pemanfaatan tenaga surya berpeluang besar dalam bisnis perdagangan karbon.

Sobat EBT Heroes, tahukah kamu bahwa pemerintah Indonesia sedang mengupayakan percepatan bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dalam rangka mencapai target karbon netral pada tahun 2060. Hal tersebut mencakup beberapa prioritas yang ditekankan oleh pemerintah dalam pelaksanaannya secara langsung.

Pertama-tama, pemerintah fokus pada pengembangan kebijakan politik yang mendukung upaya tersebut. Keikutsertaan Indonesia dalam Perjanjian Paris COP 21 untuk mengurangi emisi CO2, diwujudkan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Paris Agreement.

Selain itu, upaya ini juga mencakup pengembangan Nationally Determined Contribution (NDC) yang bertujuan untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen dengan usaha sendiri dan hingga 41 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030.

Selanjutnya, prioritas kedua adalah mengoptimalkan penggunaan EBT di Indonesia. Pemerintah telah mengidentifikasi beberapa target waktu yang jelas.

Pada jangka pendek hingga tahun 2025, fokus utama adalah memacu pertumbuhan pembangkit tenaga surya (PLTS) untuk mencapai target bauran energi sebesar 23 persen pada tahun 2025.

Jangka menengah menuju NDC tahun 2030 akan didominasi oleh skenario “green RUPTL” yang lebih mengandalkan pembangkit dari EBT.

Pemerintah juga memiliki visi panjang untuk meningkatkan andil EBT dalam bauran energi hingga mencapai 100 persen pada tahun 2060, dengan energi dari surya, air, dan bioenergi sebagai sumber andalan.

Prioritas ketiga adalah terkait dengan regulasi EBT dan investasi dalam teknologi yang mendukung energi ramah lingkungan. Selain itu, pemerintah juga mendorong pengembangan teknologi penyimpanan energi dalam baterai untuk memajukan EBT dan mengurangi dampak emisi karbon di Indonesia.

Artikel ini akan menyoroti pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi terbarukan yang berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon dioksida, sekaligus berpotensi menjadi ladang bisnis hijau yang dapat menghasilkan keuntungan melalui penjualan kredit karbon.

Baca juga

---

• Peran Besar EBT dalam Dekarbonisasi Indonesia
• Pemerintah Indonesia Meluncurkan Skenario Energi Low Carbon dalam RUPTL 2021-2030

---

Memanfaatkan Tenaga Surya Sebagai Solusi Ganda

Indonesia merupakan negara dengan potensi pemanfaatan EBT yang sangat besar. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat potensi energi terbarukan Indonesia lebih dari 400.000 Mega Watt (MW) dan sekitar 50% atau 200.000 MW tersebut berasal dari energi surya.

Namun, hingga tahun 2021, pemanfaatan energi surya di Indonesia terbilang masih sangat rendah, yaitu sekitar 150 MW atau hanya 0,08% dari total potensi yang ada.

Berikut grafik potensi dan pemanfaatan tenaga surya di Indonesia.

Berdasarkan grafik tersebut, bar yang menunjukkan jumlah pemanfaatan energi surya di Indonesia amat rendah dari total potensi yang dapat digunakannya, bahkan hampir tidak terlihat.

Hal tersebut cukup ironis bagi Indonesia, mengingat letak geografisnya yang berada di garis khatulistiwa. Di mana, seharusnya negeri ini menjadi pelopor dalam pengembangan dan pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca seperti CO2 yang menjadi penyebab utama perubahan iklim global.

Meskipun begitu, pemerintah Indonesia terus berupaya dalam mencapai target ambisiusnya untuk meningkatkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hingga bisa mencapai 5.342 MW pada tahun 2030, yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) hingga 8 juta ton pada tahun tersebut.

Selain itu, pemerintah juga merencanakan pengembangan PLTS Atap dengan target 2.145 GW dan instalasinya yang akan dipasang di berbagai jenis bangunan, termasuk gedung pemerintah, kantor BUMN, lembaga sosial, industri, bisnis, hingga rumah tangga. 

Disamping itu, pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi untuk mengurangi emisi juga dapat dilakukan dengan mengganti sumber energi konvensional berbahan bakar fosil yang lebih banyak menyumbang polusi udara. 

Di mana, energi matahari dimanfaatkan melalui panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sebagai penghasil energi atau pengisi daya mobil listrik.

Sehingga, pemanfaatan tenaga surya sebagai pembangkit listrik ini dapat digunakan untuk tujuan ganda, yaitu mengurangi polusi sekaligus menekan emisi.

Peluang Bisnis Pemanfaatan Tenaga Surya

Bursa karbon Indonesia yang telah resmi dibuka oleh pemerintah, memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang dapat menjual kredit karbon, termasuk pembangkit listrik dengan energi terbarukan seperti panel surya. 

Perdagangan karbon yang melibatkan jual-beli sertifikasi atau izin untuk menghasilkan emisi CO2 dalam jumlah tertentu, dikenal sebagai kredit karbon atau kuota emisi karbon. 

Pembeli kredit karbon adalah industri, negara, atau perusahaan dengan emisi yang tinggi. Sementara, penjual kredit karbon adalah yang mampu menyerap emisi CO2 atau menghasilkan sedikit CO2, seperti pembangkit listrik tenaga surya.

Skema perdagangan karbon, seperti yang disampaikan oleh Adhityani Putri, Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah, memiliki potensi untuk mendorong perusahaan dan entitas proyek berwawasan hijau untuk mengurangi emisi karbon. 

Tujuan utamanya adalah meningkatkan penjualan kredit karbon dan meraih keuntungan lebih besar. 

Di sisi lain, hal ini juga mendorong pelaku yang berkontribusi pada peningkatan emisi karbon untuk beralih ke sumber energi dan teknologi berkelanjutan, sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan mereka pada pembelian kredit karbon.

Dalam hal ini, pemilik panel surya memiliki beberapa opsi untuk memaksimalkan manfaat dari pembangkit listrik tenaga surya yang digunakan, seperti menjual kredit karbon untuk setiap unit energi terbarukan yang dihasilkan melalui bursa karbon. 

Di mana, hal tersebut  tidak hanya memberikan imbalan finansial kepada penjual kredit karbon, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dioksida.

Selain itu, jika sistem panel surya menghasilkan lebih banyak energi daripada yang dibutuhkan, pemiliknya dapat menjual sisa energi tersebut kepada penyedia listrik, yang dapat menjadi ladang pendapatan tambahan. 

Oleh karena itu, pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi memiliki berbagai opsi untuk diinvestasikan dalam sektor energi terbarukan, sekaligus turut berkontribusi dalam upaya mengurangi emisi karbon global.

Baca juga

---

• Sentuh 4 Ton/Tahun: Telusuri Jejak Karbon Pribadimu
• Pajak Karbon: Upaya Indonesia untuk Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

---

Dampak Positif Pemanfaatan Tenaga Surya

Pemanfaatan tenaga surya dapat membawa dampak positif yang signifikan bila dilaksanakan dengan optimal. Salah satu manfaat utama dari penggunaan energi matahari adalah perlindungan bagi lingkungan. 

Ketika listrik dihasilkan dari sumber energi terbarukan seperti matahari, dampak negatif terhadap lingkungan berkurang secara signifikan. Hal tersebutlah yang membantu dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga kualitas udara agar lebih baik. 

Selain itu, Indonesia sebagai negara yang mendapat sinar matahari sepanjang tahun, memiliki potensi besar dalam pemanfaatan tenaga surya. Makin tahu Indonesia akan potensi ini, semakin besar peluang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang menyumbang banyak emisi.

Selain manfaat lingkungan, penggunaan tenaga surya juga memiliki dampak ekonomi yang positif, karena dapat mengurangi biaya energi dalam jangka panjang, seperti tagihan listrik rumah tangga dan biaya operasional perusahaan. 

Tak hanya  itu, industri energi surya juga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang lebih berkelanjutan. Semakin banyak individu dan perusahaan yang beralih menggunakan tenaga surya, semakin besar kontribusi ekonomi dari sektor energi terbarukan.

Dengan begitu, Indonesia dapat meraih keuntungan maksimal dari pemanfaatan tenaga surya, baik dalam hal pelestarian lingkungan maupun pertumbuhan ekonomi.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes

Editor: Nur Wasilatus Sholeha

Referensi:

[1] Optimalisasi EBT Menjadi Prioritas Indonesia Menuju Karbon Netral 2060

[2] Cuma dari PLTS, Emisi Karbon Bisa Turun 8 Juta Ton di 2030

[3] Penggunaan tenaga surya untuk mobil listrik bantu kurangi emisi karbon

[4] Indonesia Kaya Energi Surya, Pemanfaatan Listrik Tenaga Surya oleh Masyarakat Tidak Boleh Ditunda

[5] Bisa Tekan Emisi, Begini Penjelasan Mekanisme Perdagangan Karbon