Artikel ini membahas jejak karbon dalam ajang sepak bola Euro 2024 serta bagaimana emisi karbon yang dihasilkan berbanding dengan olahraga lainnya. Topik utama yang akan diulas meliputi:
- Besarnya emisi karbon dalam penyelenggaraan Euro 2024.
- Pengaruh jejak karbon sepak bola terhadap lingkungan.
- Perbandingan jejak karbon sepak bola dengan cabang olahraga lain.
Sobat EBT Heroes, pada Euro 2024, penggemar sepak bola dari seluruh Eropa, termasuk jutaan yang berada di Inggris, melakukan perjalanan ke Jerman untuk mendukung tim kesayangan mereka. Meskipun begitu, UEFA sebagai badan pengatur sepak bola Eropa berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan selama turnamen berlangsung.
UEFA telah berjanji bahwa turnamen ini akan menjadi “Kejuaraan Eropa yang paling berkelanjutan sepanjang masa,” yang merupakan janji berani mengingat besarnya jejak karbon yang dihasilkan oleh penyelenggaraan ajang sepak bola.
Upaya pengurangan emisi termasuk penggunaan energi terbarukan di stadion, pengelolaan limbah, dan subsidi perjalanan kereta api bagi penonton. Tim juga diwajibkan bepergian menggunakan kereta api atau bus jika jarak perjalanan kurang dari tiga jam, sementara penonton diberikan akses gratis ke transportasi umum sebagai bagian dari langkah pengurangan emisi.
Beberapa upaya pengurangan emisi tampaknya telah membuahkan hasil. UEFA melaporkan bahwa pada 29 Juni, terjadi penurunan hingga 75% dalam jumlah penerbangan yang dilakukan oleh tim peserta di babak penyisihan grup, dibandingkan dengan turnamen pada tahun 2016.
Namun, dengan skala kompetisi internasional yang semakin besar, seperti Piala Dunia FIFA 2026 dan 2030 yang akan berlangsung di beberapa benua dan melibatkan lebih banyak tim, sepak bola menghadapi tantangan signifikan dalam memangkas emisi dan mengurangi jejak karbonnya. Upaya apa yang dapat dilakukan di masa mendatang untuk terus mencapai target ini?
Baca Juga:
Jejak Karbon Sepak Bola di Balik Setiap Pertandingan
Perkiraan dampak keseluruhan sepak bola terhadap emisi sering kali kurang akurat karena cenderung mengabaikan aspek penting, seperti pembangunan stadion yang tidak berkelanjutan.
Selain itu, perhitungan emisi klub sering kali sulit dilakukan karena perbedaan ukuran dan lokasi masing-masing klub. Namun, satu hal yang diakui oleh para ahli adalah bahwa perjalanan yang dilakukan oleh penonton dan tim menyumbang porsi terbesar dari jejak karbon. Sebagai contoh, selama musim 2016-2017, perjalanan ke ajang FIFA menyumbang sekitar 61% dari total jejak karbon Liga Primer Inggris, menurut sebuah studi tahun 2019. Transportasi diperkirakan menyumbang 80% dari jejak karbon di Euro 2024.
Analisis emisi karbon VfL Wolfsburg, salah satu tim Bundesliga Jerman, menunjukkan bahwa 60% dari emisinya berasal dari perjalanan penggemar, sementara hanya 20% berasal dari emisi “langsung”, seperti penggunaan energi untuk pemanas. Meskipun data seperti ini tersedia, para ahli mengakui bahwa klub dan penyelenggara sering kali kesulitan memberikan estimasi yang akurat mengenai total emisi. Banyak dari mereka yang memilih untuk menggunakan praktik pengimbangan karbon guna menurunkan angka tersebut.
Pengimbangan karbon memungkinkan klub atau penyelenggara untuk membeli kredit karbon sebagai kompensasi atas emisi yang mereka hasilkan, dengan cara mendanai proyek reboisasi atau konservasi hutan. Namun, para ahli iklim berpendapat bahwa penggunaan kompensasi ini dalam acara olahraga sering kali dilebih-lebihkan dan digunakan sebagai dasar untuk mengklaim status netral karbon, meskipun hal tersebut tidak sepenuhnya akurat.
Sebagai contoh, FIFA memperkirakan bahwa Piala Dunia 2022 di Qatar menghasilkan sekitar 3,6 juta ton emisi karbon. Meskipun demikian, FIFA tetap mempromosikan turnamen tersebut sebagai kompetisi yang “sepenuhnya netral karbon” berkat penggunaan kredit karbon atau offset. Kredit ini digunakan untuk mendanai proyek-proyek seperti reboisasi atau energi terbarukan, yang diklaim dapat mengurangi jumlah emisi yang dihasilkan oleh turnamen.
Namun, klaim FIFA ini mendapat kritik dari regulator independen yang menyatakan bahwa status “netral karbon” tersebut tidak akurat. Regulator menyebut bahwa meskipun ada upaya pengimbangan, emisi yang dihasilkan secara langsung dari kegiatan turnamen tetap jauh lebih besar daripada pengurangan yang dihasilkan dari proyek-proyek kompensasi. Hal ini menimbulkan perdebatan mengenai efektivitas penggunaan kompensasi karbon dalam acara olahraga besar.
Baca Juga:
Jejak Karbon Sepak Bola vs Olahraga Lain
Meskipun perjalanan udara meningkatkan emisi karbon dari sepak bola, olahraga seperti terjun payung memiliki jejak karbon individu tertinggi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan pesawat untuk membawa penerjun payung ke ketinggian yang diperlukan. Diikuti oleh pegolf, yang memiliki jejak karbon tinggi karena pembuatan dan penggunaan pestisida serta pupuk untuk memelihara lapangan, selain dari perjalanan jarak jauh ke lokasi turnamen.
Formula Satu memperkirakan bahwa selama satu musim balap, olahraga ini menghasilkan sekitar 256.000 ton CO2e, setara dengan emisi tahunan dari sekitar 55.000 mobil biasa, menurut kalkulator dari Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat. Sebagai upaya untuk mengurangi dampak lingkungan, Formula Satu saat ini sedang menjajaki penggunaan bahan bakar baru yang lebih ramah lingkungan untuk kendaraan balapnya. Selain itu, mereka juga berupaya memangkas emisi yang dihasilkan dari logistik dan transportasi, yang merupakan sebagian besar dari emisi total mereka.
Untuk kompetisi olahraga skala besar, penyelenggara Olimpiade Paris 2024 telah menetapkan target untuk menjaga emisi tetap di bawah 1,5 juta ton CO2, lebih rendah dari separuh emisi yang dihasilkan pada Olimpiade musim panas sebelumnya. Komite Olimpiade Internasional juga berkomitmen untuk mengurangi separuh emisi mereka pada tahun 2030 sebagai bagian dari upaya global menuju keberlanjutan.
#zonaebt #Sebarterbarukan #EBTHeroes
Editor: Savira Oktavia
1 Comment