Carbon Offsetting Melalui Penanaman Mangrove, Alternatif Menekan Emisi Karbon yang Berdampak dan Berkelanjutan

Semenjak revolusi industri, aktivitas manusia merupakan penyumbang paling besar emisi karbon dan puncaknya menjadikan bumi kini mengalami perubahan iklim.

Semenjak revolusi industri, aktivitas manusia merupakan penyumbang paling besar emisi karbon dan puncaknya menjadikan bumi kini mengalami perubahan iklim. Berbagai upaya ditempuh demi menekan konsumsi emisi karbon yang punya dampak buruk mengekor baik untuk bumi maupun makhluk hidup di dalamnya.

Bicara soal upaya, bicara pula soal komitmen. Sadar akan bahaya konsumsi emisi karbon yang terlampau tinggi dan kenyataan perubahan iklim yang dihadapi, negara-negara di dunia sepakat untuk mencari solusi yang kemudian diwujudkan dalam bentuk Perjanjian Paris.

Indonesia sebagai salah satu negara yang meratifikasinya, ikut berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam kebijakan terbarunya, Indonesia telah menetapkan target penurunan emisinya pada 2030 sebanyak 31,89% (dengan usaha sendiri).

LindungiHutan mengadakan kegiatan penanaman Mangrove di pantai-pantai. Sumber: Dokumentasi LindungiHutan.

Tentu, komitmen ambisius ini perlu dibarengi dengan dukungan regulasi yang mumpuni. Belum lama ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menerbitkan pedoman dan acuan tentang perdagangan karbon di bursa karbon pada 23 Agustus 2023. Aturan tersebut adalah Peraturan OJK Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perdagangan Karbon melalui Bursa Karbon atau POJK Bursa Karbon.

Dalam prosesnya, perdagangan karbon memungkinkan perusahaan untuk menjual-belikan kredit karbon. Kredit karbon/sertifikasi/izin ini didapatkan salah satunya dari skema carbon offsetting. Sederhananya, carbon offset adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan untuk menyeimbangkan jejak karbon yang telah dikeluarkan dengan cara ikut serta dalam proyek penghijauan seperti menanam pohon.

LindungiHutan mendorong masyarakat dalam program tebus emisi. Sumber: Dokumentasi LindungiHutan.

LindungiHutan sebagai startup yang berfokus pada aksi konservasi hutan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan menghadirkan inisiatif carbon offsetting melalui penanaman mangrove. Sebelumnya, LindungiHutan telah terlebih dahulu meluncurkan kalkulator jejak karbon Imbangi. Melalui carbon calculator Imbangi, baik individu maupun perusahaan dapat menghitung dengan mudah besaran konsumsi emisi karbon yang dihasilkan dari berbagai jenis aktivitas.

Ilustrasi menghitung jejak karbon. Sumber: Dokumentasi LindungiHutan.

Selain menghitung besar jejak karbonnya, Individu dan perusahaan juga dapat melakukan carbon offsetting melalui penanaman mangrove di 5 lokasi yang LindungiHutan sediakan. Mengapa mangrove? Sebab, ekosistem ini memiliki kemampuan serapan karbon yang cukup efektif. Satu pohon mangrove yang ditanam dapat menyerap 8 Kg CO2eq/tahun.

Inisiatif carbon offsetting melalui penanaman mangrove ini memberikan jaminan perlindungan selama tiga tahun kepada perusahaan yang menjalin kolaborasi bersama LindungiHutan. Adapun, jaminan perlindungan yang dimaksud antara lain memastikan keamanan keberadaan pohon, penyulaman, penanaman di area tersendiri, melakukan site visit secara berkala, dan laporan pemantauan.

Chief Executive Officer LindungiHutan, Miftachur ‘Ben’ Robani berharap melalui inisiatif carbon offset ini bisa membantu pelaku bisnis ke depannya dalam mewujudkan kepedulian serta aksi nyata dalam menekan emisi karbon.

Ini kami buat, kami develop untuk membantu bisnis usaha agar mereka dapat mengetahui jejak karbon yang mereka produksi atau mereka hasilkan bisnis atau usaha atau bahkan secara personal, dan bukan hanya berhenti tahu, selain tahu mereka bisa melakukan offsetting atau penebusan agar kegiatan kita yang meninggalkan jejak karbon bisa diimbangi dengan cara penanaman pohon yang sudah jadi kegiatan utamanya LindungiHutan,” Pungkas Ben.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 Comment