Antara Perempuan dan Emisi Karbon

Perempuan di Tengah Polusi. Sumber: freepik.com

Halo, Sobat EBT Heroes! Sebagai masyarakat yang hidup di zaman modern, di mana hampir sebagian besar aktivitas membutuhkan mesin, tentu isu pembahasan mengenai emisi karbon tidak ada habisnya untuk didiskusikan. Mengapa demikian? Karena hasil buang dari tenaga mesin tersebut berwujud gas yang mengandung zat karbon.

Baik pemerintah maupun sejumlah komunitas yang bergerak dalam penghijauan sering mengadakan sosialisasi akan bahayanya zat tersebut untuk masa depan lingkungan, supaya menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat umum demi membangun dan menjaga alam yang sehat hingga generasi anak-cucu. Kaum perempuan pun tidak terkecuali. Lantas, bagaimana peran perempuan dalam usaha mengatasi emisi karbon tersebut? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

Dimulai dari Lingkup Terkecil

Menurut I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), dalam sebuah talkshow yang berjudul Peran Perempuan dalam Mendukung Dekarbonisasi yang diadakan 23 September 2023, pengurangan emisi karbon bisa dimulai dari lingkup terkecil, yaitu lingkungan keluarga. Seluruh anggota keluarga diajak untuk memulai upaya tersebut dan membiasakan diri bersama. Dari lingkup terendah, setelahnya bisa ditingkatkan ke dalam lingkup tetangga, pertemanan, dan seterusnya. 

Staf Ahli Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sripeni Intan Cahyani, juga menambahkan bahwa Indonesia menargetkan untuk mengurangi emisi karbon hingga 358 juta ton sampai 2030 nanti. Artinya, tersisa waktu enam tahun lagi untuk meraih tujuan tersebut. Sedangkan, dilansir dari tim ilmuwan Global Carbon Project, pada 2022 tingkat emisi karbon yang ada di Indonesia mencapai 700 juta ton per tahun, menyebabkan Indonesia berada di peringkat 10 terbesar negara penyumbang emisi karbon terbanyak.

Hal tersebut memiliki keterkaitan dengan Indonesia yang memecah rekor produksi batu bara tertinggi dalam sejarah pada akhir 2023, yaitu sebanyak 775 juta ton. Jumlah yang sangat jauh dari 695 juta ton, batas yang sudah ditargetkan sebelumnya. Dilansir dari CNN Indonesia, menurut Arifin Tasrif, Menteri ESDM, saat itu masa peralihan dari selesainya pandemi sehingga permintaan akan bahan bakar fosil melonjak. Karena itu, pemerintah terus memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dan efisiensi penggunaan energi untuk menekan lonjakan kebutuhan batu bara yang menjadi salah satu penyebab dari emisi karbon.

Baca Juga



Penghematan Penggunaan Bahan Elektronik

Elektronik. Sumber: freepik.com

I Gusti Ayu Bintang Darmawati turut melanjutkan, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, perempuan berperan sebagai manajer untuk keluarganya yang selalu identik dengan urusan rumah tangga dan pengaturan keperluan energi. Salah satunya adalah penggunaan energi listrik. Ya, listrik merupakan energi yang menghasilkan emisi karbon yang tergolong sekunder. Menurut Latifa dkk. (2022), rumah dengan daya listrik yang tinggi cenderung mempengaruhi jumlah emisi karbon yang semakin besar.

Mengingat saat ini kebutuhan listrik semakin meningkat kian harinya, maka listrik ditetapkan sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar hingga mencapai 35%. Karena itu, sebagai yang mengelola urusan rumah tangga, maka perempuan, terutama yang sudah berkeluarga, disarankan untuk lebih memerhatikan penggunaan listrik sehari-hari, seperti lampu, komputer, televisi, kulkas, dan lain sebagainya. Selain itu, teliti dalam memilih perangkat elektronik yang lebih hemat energi juga menjadi salah satu upaya yang bisa perempuan lakukan untuk mengurangi emisi karbon.

Baca Juga



Kegiatan Memasak

Memasak. Sumber: freepik.com

Memasak adalah salah satu dari keseharian yang dilakukan sebagai bentuk penghematan dalam memenuhi kebutuhan pangan individu. Di zaman sekarang, memasak memang bukan lagi kegiatan yang wajib sepenuhnya dikuasai perempuan. Walaupun demikian, stigma “dapur, kasur, sumur” untuk perempuan masih belum lepas oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. 

3 jenis bahan yang biasa digunakan oleh perempuan Indonesia dalam memasak, di antaranya adalah tabung gas LPG, minyak tanah, dan kayu bakar. Masing-masing dari ketiga bahan tersebut tentu menghasilkan emisi karbon yang dimasukkan ke dalam kategori primer. Emisi karbon primer merupakan jejak emisi langsung yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Baik LPG, minyak tanah, maupun kayu bakar yang digunakan untuk memasak harus melalui prosedur pembakaran langsung untuk menghasilkan energi panas. Walaupun banyak masyarakat Indonesia telah beralih menggunakan gas LPG yang memiliki faktor emisi yang lebih rendah, tetap saja dengan populasi perempuan yang lebih banyak dan kebutuhan pangan semakin meningkat, maka emisi karbon akibat dari penggunaan bahan bakar memasak tersebut juga bertambah tinggi. Karena itu, diperlukan sumber energi pengganti yang bebas dari emisi karbon atau paling tidak, mengatur pemakaiannya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Dengan fasilitas yang disediakan sekarang dan sumber energi yang ada, tentu tidak mudah untuk mengubah kebiasaan hingga pola hidup yang benar-benar terlepas dari emisi karbon. Banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama bagi kaum perempuan yang akan merasakan dampaknya secara jelas dalam menjalani kehidupan. Karena itu, masih panjang perjalanan bangsa Indonesia dalam memaksimalkan penggunaan sumber energi terbarukan, baik pemerintah maupun masyarakatnya. 

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Adhira Kurnia Adhwa

Referensi:

[1] Al Latifa, R., Sari, K. E., & Meidiana, C. 2022. Faktor Rumah Tangga yang Mempengaruhi Emisi CO2 di Kelurahan Jodipan, Kota Malang. Planning for Urban Region and Environment Journal (PURE), 11(3), 89-100.

[2] Indonesia Masuk Daftar 10 Negara Penghasil Emisi Karbon Terbesar Dunia

[3] Peran Penting Perempuan dalam Dekarboniasi

[4] Rekor Baru, Produksi Batu Bara RI Tembus 775 Juta Ton di 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *