Bukan Sekadar Sampah: Inilah 3 Plastik Paling Mematikan di Laut

Kondisi Penyu yang Sekitarnya terdapat Mikroplastik dan Sampah Balon. Sumber: oceanconservation.org
  • Berdasarkan penelitian CSIRO dan Ocean Conservancy terhadap lebih dari 1300 satwa laut, ditemukan tiga jenis sampah plastik yang paling mematikan.
  • Alat tangkap ikan bekas merupakan penyebab utama jeratan fatal pada satwa laut besar seperti anjing laut, burung laut, dan penyu.
  • Kantong plastik fleksibel, karet, dan balon menyebabkan kematian karena menghambat sistem pencernaan satwa laut, terutama penyu dan cetacea yang tertipu bau plastik seperti makanan.
  • Pengurangan plastik mematikan dan pengelolaan alat tangkap ikan harus diutamakan melalui edukasi, regulasi, dan pengelolaan limbah yang lebih baik. Setiap individu bisa berkontribusi dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan

Plastik kini menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar di dunia. Penggunaannya yang masif dan harganya yang ekonomis membuat banyak orang lebih memilihnya sebagai solusi praktis. Meski demikian, plastik memang memberikan banyak manfaat bagi manusia. Namun, yang paling menjadi sorotan adalah dampaknya terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Dilansir dari laman Waste 4 Change, satu kantong plastik membutuhkan waktu antara 10 hingga 1.000 tahun untuk terurai menjadi partikel yang lebih kecil, seperti mikroplastik. Dalam banyak kasus, plastik dibuang langsung ke lingkungan, terutama ke lautan. Salah satu contohnya adalah The Great Pacific Garbage Patch, yaitu pusaran arus laut yang memerangkap sampah dalam jumlah besar.

Sampah di lautan ini kerap tertelan oleh satwa laut, menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan yang berujung pada kematian perlahan. Oleh karena itu, banyak ilmuwan meneliti solusi untuk mengurangi dampak plastik serta mengidentifikasi jenis plastik yang paling membahayakan satwa laut.

Baca Juga



Penelitian yang menghasilkan daftar ini dilakukan oleh CSIRO Oceans and Atmosphere bekerja sama dengan Ocean Conservancy. Kedua lembaga tersebut mengungkap bahwa terdapat tiga jenis sampah plastik utama yang berdampak besar terhadap kematian satwa laut. Berikut daftarnya:

Plastik Berbahaya bagi Satwa Laut

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Marine Policy oleh Elsevier pada tahun 2016 ini menguji dan memprediksi data dari 76 studi sebelumnya. Dari total 1.328 individu satwa laut, terdiri atas 132 cetacea (seperti paus dan lumba-lumba), 20 anjing laut dan singa laut, 515 penyu laut, serta 658 burung laut yang berasal dari 80 spesies berbeda, para peneliti berhasil menarik kesimpulan yang signifikan.

Sebelumnya, verifikasi penelitian ini dilakukan melalui survei yang dirancang menggunakan sistem peringkat ancaman dari WWF dan IUCN, serta basis data global milik BirdLife International. Berdasarkan data tersebut, para peneliti menganalisis penyebab kematian tiap kelompok satwa laut serta jenis sampah plastik yang paling berbahaya bagi masing-masing spesies.

1. Alat Tangkap Perikanan

Anjing Laut yang Terperangkap Jaring Hantu zonaebt.com
Anjing Laut yang Terjebak Jaring Penangkapan Perikanan atau Disebut Jaring Hantu. Sumber: Nationalgeographic.com

Jenis sampah plastik paling mematikan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah peralatan penangkapan ikan, seperti pelampung, tali, monofilamen, dan jaring. Berdasarkan survei, diketahui bahwa jaring ikan menyumbang sekitar 25 hingga 50 persen dari kematian satwa laut yang tercatat.

Yang paling mengkhawatirkan adalah jeratan jaring-jaring ini umumnya menimpa satwa laut berukuran besar, seperti anjing laut dan singa laut, karena luas dan kuatnya material jaring yang digunakan. Selain itu, tali pancing dan tambang juga tercatat dapat menjerat burung laut dan menyebabkan cedera serius hingga kematian.

Temuan ini sejalan dengan laporan Stop Ghost Gear oleh WWF pada tahun 2020. Laporan tersebut mengungkap bahwa sekitar 10 persen sampah laut secara global berasal dari limbah alat tangkap ikan yang hilang atau ditinggalkan, dikenal juga sebagai ghost gear atau jaring hantu.

Lebih lanjut, laporan WWF menunjukkan bahwa pencemaran ini sangat berdampak pada berbagai spesies laut. Lebih dari 66 persen spesies mamalia laut, separuh dari seluruh spesies burung laut, dan semua spesies penyu laut tercatat menjadi korban tidak sengaja dari jaring hantu.

Sementara itu, Lauren Roman dan Chris Wilcox dua peneliti yang mereview studi ini pada tahun 2020 juga menegaskan bahwa satwa seperti anjing laut dan singa laut lebih sering mati karena tertelan alat pancing dibandingkan karena menelan plastik biasa.

“Kebalikannya, anjing laut dan singa laut tidak begitu banyak makan plastik, tapi bisa meninggal karena memakan sampah alat memancing,” tulisnya dalam The Conversation (06/01/21).

2. Kantong Plastik

Illustrasi Kepiting yang teperangkap di dalam plastik. Sumber: Greenpeace.org

Jenis sampah plastik paling mematikan kedua bagi satwa laut adalah kantong plastik. Dalam penelitian yang dipimpin oleh Wilcox dan timnya, ditemukan bahwa jenis sampah seperti kemasan makanan, sedotan pengaduk, dan peralatan makan plastik memperoleh skor ancaman tinggi dari para responden. Artinya, risiko kematian satwa laut akibat jenis plastik ini tergolong sangat tinggi.

Kantong plastik, khususnya bagian pegangannya, juga diketahui dapat menjerat tubuh hewan laut dan menyebabkan cedera serius. Dalam tinjauan terbaru, para peneliti mengungkap bahwa plastik yang fleksibel dapat menghambat sistem pencernaan satwa laut, terutama ketika tertelan. Hal ini menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.

Kelompok satwa yang paling banyak dilaporkan mati akibat plastik ini adalah cetacea (seperti paus dan lumba-lumba) serta penyu laut. Penyu dan paus yang menelan plastik juga mengalami gangguan berenang, yang meningkatkan risiko tertabrak kapal.

Dilansir dari Marine Conservation (21/04/2021), salah satu alasan mengapa penyu sering memakan plastik adalah karena baunya menyerupai makanan. Plastik di laut sering kali dilapisi mikroba dan alga yang menghasilkan senyawa berbau khas, mirip dengan makanan alami penyu. Fenomena ini dikenal sebagai biofouling.

Kondisi Bangkai Burung Laut yang Paruhnya Terjebak Sampah Balon. Sumber: Oceanchampion.ca

Meskipun berukuran kecil, balon justru menjadi salah satu jenis sampah plastik yang paling berbahaya bagi satwa laut. Sifat elastis balon membuatnya mudah tertelan dan sulit dicerna oleh sistem pencernaan hewan laut. Akibatnya, banyak hewan mengalami kelaparan karena perutnya terasa penuh meskipun sebenarnya tidak mendapatkan nutrisi apa pun.

Dalam tinjauan yang dilakukan Wilcox dan rekan-rekannya, ditemukan bahwa material seperti karet, logam, dan lateks yang terdapat pada balon sangat memengaruhi kelangsungan hidup burung laut. Sampah-sampah ini tercatat memiliki risiko kematian tertinggi per konsumsi dibandingkan jenis sampah plastik lainnya.

Lantas Solusinya?

Analisis dalam penelitian Wilcox dan rekan – rekannya, juga memberikan sejumlah rekomendasi strategis yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah maupun pegiat lingkungan. Salah satu pendekatan yang disarankan adalah memfokuskan upaya pengurangan terhadap jenis sampah plastik yang paling mematikan bagi satwa laut. Meski demikian, penting juga untuk tidak mengabaikan sampah plastik berukuran kecil seperti mikroplastik.

Penelitian tersebut memang menunjukkan bahwa pecahan mikroplastik dan serat sintetis (fiber) bukanlah prioritas utama dalam penanganan sampah laut saat ini. Namun, jenis sampah ini tetap perlu diperhatikan karena akumulasinya sangat tinggi dan bahkan berpotensi masuk ke rantai makanan manusia.

Dalam konteks tata kelola, langkah yang disarankan antara lain adalah menyediakan lokasi pembuangan sampah lokal, memperluas program daur ulang, serta meningkatkan masa pakai produk plastik, terutama untuk kebutuhan rumah tangga (domestik).

Baca Juga



Selain itu, solusi khusus terkait alat tangkap perikanan juga diulas dalam tinjauan yang diterbitkan oleh Society for Conservation Biology. Beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Pendidikan bagi nelayan rekreasional tentang dampak berbahaya alat penangkapan ikan
  2. Menyediakan insentif bagi perbaikan alat dan tempat pembuangan jaring rusak
  3. Memberikan sanksi larangan aktivitas berisik tinggi kehilangan alat pancing
  4. Sanksi kegiatan pembuangan alat tangkap perikanan secara sembarang.

Tentunya, upaya pelestarian laut tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau nelayan. Setiap individu juga dapat berperan aktif, misalnya dengan ikut serta dalam kegiatan lingkungan seperti pembersihan pantai, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta mendukung kebijakan ramah lingkungan di tingkat lokal.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes #KurangiPlastik #MengolahSampah

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi:

[1] Berikut barang-barang plastik yang paling mematikan bagi paus, lumba-lumba, penyu laut, dan burung laut

[2] Using expert elicitation to estimate the impacts of plastic pollution on marine wildlife

[3] PLASTIC IN OUR OCEANS IS KILLING MARINE MAMMALS

[4] The most dangerous plastic products polluting our oceans

[5] Membedakan Sampah Organik dan Anorganik Berdasarkan Waktu Terurai

[6] Plastic pollution is killing marine megafauna, but how do we prioritize policies to reduce mortality?

Comment closed