
- Konsep pertanian keberlanjutan menjadi kunci penting dalam mewujudkan pembangunan global yang memiliki hubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
- Penggunaan pupuk organik mendukung model pertanian yang lebih efisiensi dalam jangka panjang.
- Beberapa pelaku yang mendukung pertanian keberlanjutan seperti PT Tiara Kurnia dan PT Petrokimia Gresik.
Halo Sobat EBT Heroes!
Konsep keberlanjutan dalam proses produksi pertanian mengedepankan pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui secara bijak untuk menekan dampak negatif terhadap lingkungan. Solusi ini bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu ekonomi, sosial, dan ekologi. Pertanian berkelanjutan menjadi kunci penting dalam mewujudkan pembangunan global yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama tujuan nomor 13 (penanganan perubahan iklim), nomor 14 (pelestarian ekosistem laut), dan nomor 15 (pengelolaan daratan yang berkelanjutan). Salah satu penerapan konsep ini adalah penggunaan pupuk organik, yang terbukti mampu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, menjaga kesuburan tanah, memperkuat ekosistem, serta mendukung produktivitas pertanian secara berkelanjutan dan melindungi bumi dalam jangka panjang.
Pupuk organik menghadirkan produk yang ramah lingkungan bagi industri pertanian dan menjadi solusi berkelanjutan dan menjadi peluang bisnis yang semakin luas. Produk ini hadir untuk mengurangi limbah organik, limbah ternak, sehingga dapat memperbaiki tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia serta dapat menjadi kelestarian lingkungan dan menciptakan nilai ekonomi jangka panjang.
Baca Juga
- Kisah Indra Jaya: Sang Penggerak Lokal Ecovillage di Kedungwaringin Kabupaten Bekasi Menjadi Pariwisata Berkelanjutan
- Selain Produk Dairy, Ada Jejak Karbon di Segelas Kopimu Lho!
- Teba, Inovasi Warga Bali dalam Menangani Sampah Organik
Pentingnya Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia yang berasal dari berbagai jenis bahan organik dengan karakteristik yang berbeda-beda. Contoh bahan yang digunakan antara lain limbah rumah tangga, limbah peternakan (seperti kotoran dan urine hewan), sisa hasil pertanian (seperti jerami dan sekam padi), serta bahan organik lainnya.
Secara umum, proses pembuatan pupuk organik dalam skala rumah tangga hingga industri kecil dikenal dengan istilah komposting. Berikut tahapan proses pembuatannya:
- Persiapan bahan baku, yang terdiri dari:
- Bahan coklat atau karbon: daun kering, jerami, dan sebagainya.
- Bahan hijau atau nitrogen: sisa dapur, rumput, kotoran ternak, dll. Perbandingan ideal antara bahan karbon dan nitrogen adalah 30:1.
- Pengecilan ukuran bahan baku untuk mempercepat proses dekomposisi.
- Pencampuran bahan secara berlapis, tidak terlalu padat, agar sirkulasi udara tetap terjaga.
- Menjaga kelembaban kompos sekitar 50–60%. Jika terlalu kering, tambahkan air. Jika terlalu basah, tambahkan bahan karbon seperti daun kering.
- Pengadukan secara berkala (sekitar seminggu sekali) untuk menjaga suhu tetap merata dan membantu aktivitas mikroorganisme.
- Proses dekomposisi berlangsung selama 4–8 minggu dengan suhu ideal antara 50–70°C.
- Fase pematangan, ditandai dengan penurunan suhu dan bau yang tidak menyengat. Proses ini membutuhkan waktu tambahan sekitar 2–4 minggu hingga kompos siap digunakan.
- Penyaringan sebelum dikemas agar menghasilkan kompos yang halus dan siap diaplikasikan ke lahan.
Dalam jangka panjang, penggunaan pupuk organik mampu meningkatkan produktivitas lahan, mencegah degradasi, membantu penyerapan hara oleh akar tanaman, menjaga kelembapan dan kesuburan tanah, serta mencegah erosi pada lapisan atas tanah yang kaya nutrisi. Selain itu, pupuk organik dapat mengurangi kehilangan unsur penting seperti nitrogen dan fosfor yang mudah larut dalam tanah.
Karena terbuat dari bahan alami dan tidak meninggalkan residu berbahaya, pupuk organik jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan pupuk kimia. Sebaliknya, penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang dapat meninggalkan residu yang mencemari air tanah, membahayakan tanaman, bahkan mengancam kesehatan manusia dan kelestarian ekosistem.
Di sektor pertanian, tren gerakan Go Green semakin berkembang sebagai wujud kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan lingkungan. Penggunaan pupuk organik sejalan dengan prinsip gerakan ini, karena mampu menjaga keseimbangan alam tanpa merusak sumber daya yang ada.
Peluang Bisnis Berkelanjutan di Bidang Pertanian Organik
Secara global maupun di Indonesia, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keberlanjutan dalam pertanian terus meningkat. Hal ini berdampak pada tren pasar pupuk organik yang mengalami pertumbuhan signifikan. Menurut laporan dari Precedence Research, nilai pasar pupuk organik secara global pada tahun 2023 diperkirakan mencapai antara USD 9,9 hingga 11,65 miliar. Tingkat pertumbuhan tahunan pasar ini diprediksi berada pada kisaran 5,9% hingga 7,01% hingga tahun 2034. Secara regional, Asia Pasifik menjadi kontributor terbesar dengan menyumbang sekitar 42% dari total pasar pada tahun 2023.
Di Indonesia, pada tahun yang sama, sekitar 3,5 juta hektare lahan digunakan untuk pertanian organik dengan pemanfaatan pupuk organik. Tren ini mencerminkan peningkatan praktik pertanian ramah lingkungan yang memainkan peran penting dalam memenuhi permintaan global dan domestik terhadap produk yang berkelanjutan.
Dari sisi ekonomi, penggunaan pupuk organik turut mendukung model pertanian yang lebih efisien dalam jangka panjang. Pupuk organik tidak hanya memperkaya struktur dan kesuburan tanah, tetapi juga memperkuat ekosistem mikroba secara berkelanjutan. Seiring waktu, penggunaan pupuk organik juga dapat menurunkan biaya produksi karena ketergantungan terhadap input kimia berkurang. Dengan kekayaan sumber daya organik dan kebutuhan pertanian yang luas, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pelaku utama dalam pengembangan industri pertanian berkelanjutan.
Studi Kasus : Perusahaan Pelopor Pupuk Organik Secara Berkelanjutan

Salah satu penunjang utama dalam keberlanjutan pertanian adalah peran pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), seperti yang dilakukan oleh PT Tiara Kurnia, sebuah UMKM asal Malang, Jawa Timur. Berdiri sejak tahun 2008, perusahaan ini memproduksi berbagai jenis pupuk organik dengan merek dagang Kurniaganik, yang telah mendapatkan izin edar dan sertifikasi dari Sucofindo serta teruji klinis oleh Universitas Brawijaya. Produk pupuknya pun telah memenuhi standar mutu sesuai Keputusan Menteri Pertanian mengenai pupuk organik dan pembenah tanah.
Sebelum resmi berdiri, PT Tiara Kurnia telah melalui proses panjang yang dimulai sejak tahun 2000, melalui serangkaian trial and error. Usaha yang konsisten akhirnya membuahkan hasil: hanya setahun setelah berdiri, pada 2009, perusahaan berhasil menjalin kemitraan dengan perusahaan besar nasional, yaitu PT Petrokimia Gresik.
Perjalanan perusahaan ini tentu tidak selalu mulus, namun berbagai tantangan berhasil diatasi hingga mampu bersaing dengan produk pupuk kimia di pasaran. Inovasi terus dilakukan, termasuk dengan mengembangkan produk baru seperti pupuk organik cair dan Biofast. Tak hanya berhenti pada produksi, seluruh pegawai perusahaan juga aktif melakukan riset, edukasi, dan pelatihan. Program pelatihan ini tidak hanya ditujukan untuk internal perusahaan, tetapi juga untuk para petani dalam penggunaan pupuk organik, guna meningkatkan hasil pertanian yang berkelanjutan.
Kehadiran PT Tiara Kurnia memberikan dampak positif yang luas. Selain menciptakan lapangan kerja dan mendukung perekonomian lokal—dari petani hingga distributor—perusahaan ini juga berkontribusi terhadap pengelolaan limbah organik. Dampak positif lainnya dirasakan pada tahun 2023, saat PT Tiara Kurnia bersama Bea Cukai Malang berhasil melakukan ekspor perdana ke Timor Leste, dengan jumlah sebanyak 74 ton pupuk organik dalam berbagai jenis: granul, cair, Biofast, dan biokultur, semua di bawah merek dagang Kurniaganik.

PT Petrokimia Gresik, perusahaan terbesar yang terletak di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, didirikan pada tahun 1964 dan diresmikan pada 10 Juli 1972 oleh Presiden kedua Indonesia, Bapak Soeharto. Sejak berdiri, perusahaan ini telah berhasil memproduksi 5 juta ton pupuk per tahun, dengan produk unggulannya seperti pupuk NPK, ZA, dan SP-36. Selain produk pupuk, PT Petrokimia Gresik juga menghasilkan 3,9 juta ton produk non-pupuk per tahun, seperti asam sulfat dan amonia.
Dalam menghadapi tantangan global, PT Petrokimia Gresik terus berinovasi untuk meningkatkan efisiensi dan memberikan nilai tambah. Salah satu contoh inovasi adalah pengembangan GIO Digital Office, yang berhasil meningkatkan efisiensi administrasi dan berkontribusi sebesar Rp 240,68 miliar pada pendapatan perusahaan.
Dari segi dampak sosial, perusahaan ini berkomitmen kuat untuk melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR). Program CSR ini bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan, dan pelestarian lingkungan. Dengan demikian, PT Petrokimia Gresik tidak hanya berkontribusi dalam sektor pertanian tetapi juga berperan positif terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
Baca Juga
- Gerakan Pencerdas Anak Petani: Membangun Kesadaran Lingkungan dan Pendidikan di Pedesaan
- Kisah Inspriratif Jamaluddin, Sang Penggagas Rumah Koran Melalui Gerakan Cerdas Anak Petani Sebagai Wadah Peningkatan Taraf Lingkungan Hidup di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
- Mengenal Biochar, Arang Aktif Berbasis Biomassa
Investasi Hijau dalam Pertanian Organik Secara Keberlanjutan
Penggunaan pupuk kimia menurut petani dianggap lebih praktis dan menghasilkan cepat panen. Namun, seiring kesadaraan mulai tumbuh bahwa ketergantungan produk kimia dapat merusak tanah. Dengan adanya edukasi, pelatihan, dan uji coba mulai memahami penggunaan pupuk organik dapat menyehatkan tanah dan dapat mengurangi biaya produksi.
Industri pertanian keberlanjutan menawarkan pasar yang menjanjikan dan meningkatnya permintaan produk baik dalam negeri hingga luar negeri. Untuk Sobat EBT mari peduli dengan isu lingkungan dan pengan yang berkelanjutan. Ayo bersama-smaa mendukung adanya ekosistem dalam sektor pertanian yang sehat dan pastinya berkelanjutan dengan fokus memilih produk yang berkualitas, memproduksi produk, serta ikut berinvestasi dalam pupuk organik.
#zonaebt #sebarterbarukan #EBTheroes
Editor : Alfidah Dara Mukti
Referensi
- Memahami Lebih Jauh Konsep Pertanian Berkelanjutan
- Pupuk Organik Ramah Lingkungan, Kaya Manfaat
- Pupuk Organik vs Pupuk Kimia: Perbandingan Lengkap untuk Petani
- Organic Fertilizers Market Size, Share and Trends 2024 to 2034
- PT Tiara Kurnia
- UMKM Malang Ekspor Pupuk Organik ke Timor Leste
- PT Petrokimia Gresik
- Inovasi Petrokimia Gresik 2021 beri nilai tambah Rp240,68 miliar